7. Tak lagi perhatian

1001 Kata
Jika weekend tiba, kebanyakan keluarga akan menghabiskan waktu bersama untuk sekedar berjalan-jalan, kini tak lagi terjadi pada Raina sekeluarga. Satu hari ini hanya dijalani Raina dengan anak-anaknya sekedar menonton televisi, tidur dan hanya bermain di rumah. Jangan tanya kemana perginya Ardi. Ya, lelaki itu masih setia berbaring di atas ranjang. Tertidur lelap semenjak jam dua pagi hingga jam empat sore. Luar biasa kuat menghabiskan satu harinya hanya untuk tidur. Bahkan Raina tak akan pernah berani membangunkan suaminya. Dan membiarkan sampai sang suami terbangun sendiri. Dan benar saja, begitu Ardi bangun dari tidurnya, segera mandi dan makan. Tak ada waktu untuk keluarga meski hanya sekedar bercengkrama dengan anak-anaknya. Memilih berkutat dengan ponsel di tangan menyendiri berada di dalam kamar. Sungguh Raina merasa sedih dengan kondisi keluarganya. Anak-anak Raina pun karena sudah terbiasa tanpa papanya dalam keseharian mereka, jadi tak pernah mempermasalahkan sekalipun sang papa tak lagi menunjukkan kasih sayang pada mereka. Tak ada lagi yang meminta sesuatu pada sang papa. Karena segala hal yang mereka butuhkan, kepada mamanya lah mereka mengadu. Raina, tak hanya berperan sebagai ibu tetapi juga berperan sebagai ayah. Meski Raina keberatan dengan semuanya toh dia tak akan bisa berbuat apa-apa. Pintu kamar yang terbuka mengalihkan perhatian Raina. Wanita itu sedang menemani anak kedua dan ketiganya bermain lego di ruang televisi dengan duduk di atas lantai beralas karper bulu. Sementara anak pertamanya sedang mengerjakan tugas sekolah, duduk di kursi ruang makan. "Mas, mau kemana?" tany Raina yang melihat Ardi keluar dari dalam kamar dengan penampilan yang sudah rapi. Kemeja berlengan pendek dipadu dengan celana jins berwarna biru tua. "Keluar sebentar," jawab Ardi singkat sembari memasang jam tangan di pergelangan tangan kanannya. "Bukannya nanti mau balik ke rumah? Jangan pulang larut. Kau istirahatlah, Mas. Besok harus kembali bekerja." omel Raina. Raina paham meski di mulut suaminya mengatakan akan keluar sebentar, nyatanya lewat tengah malam barulah suaminya itu pulang. Padahal besok sudah harus kembali bekerja. Dan yang membuat Raina cemas ialah dimana Ardi yang harus menempuh perjalanan dari rumah kedua orangtua Raina untuk pulang ke rumahnya sendiri yang berada di kota. Bahkan memerlukan empat jam lamanya waktu yang harus Ardi tempuh. Dan itu, Ardi akan membawa mobilnya sendiri. Raina yang khawatir sang suami akan mengantuk di jalan jika kurang tidur. Tapi semua peringatan Raina tak pernah di indahkan oleh Ardi. Tanpa menjawab sepatah katapum ucapan Raina, begitu saja Ardi keluar rumah. Tak berselang lama, terdengarlah suara deru mobil meninggalkan halaman rumah. Raina hanya mampu menghela nafasnya. Sungguh berat ia jalani hari - harinya beberapa waktu ini. Tapi Raina tak akan mengeluh. Ia terlalu malu pada kedua orang tuanya. Sudah hidup menumpang, dan tak mungkin ia akan membebani kedua orang tuanya dengan permasalahan yang tengah menimpanya. Biarlah Raina menyimpan semua nya sendiri. Berdoa dan berharap semoga ia masih tetap waras menjadi Raina yang kuat dan tangguh. *** Jam sebelas malam, Raina masih saja belum bisa memejamkan mata. Ketiga anaknya sudah tertidur lelap dalam damainya malam. Sembari menunggu kepulangan Ardi, Raina membuka ponselnya. Mencari judul serial drama melayu terbaru yang belum pernah ia tonton. Hampir semua drama melayu terpopuler sudah Raina tonton semuanya. Terlebih jika pemeran nya adalah sang artis idola. Siapa lagi jika bukan Lukman Haikal. Salah satu aktor berbakat yang berasal dari negeri jiran Malaysia. Hampir rata-rata film yang dibintanginya menjadi best seller. Raina akui memang akting sang artis idola patut diberikan acungan jempol karena begitu menghayati di setiap peran nya. Bahkan Raina sendiri pun setiap melihatnya selalu berandai-andai, jika mereka kenal atau andai saja lelaki itu menjadi orang terdekatnya, betapa bahagia hidupnya. Sangat konyol memang dan Raina hanya bisa menertawai dirinya sendiri. Dua jam lamanya tak terasa telah berlalu. Pukul satu dini hari dan sang suami belum juga ada tanda - tanda akan pulang. Padahal seharusnya Ardi sudah kembali ke rumahnya yang berada di kota. Paling tidak jam tiga pagi harus berangkat agar nanti nya jam tujuh pagi ia sudah sampai di rumah. Jam kerja Ardi adalah jam delapan pagi. Dan setiap hari senin sudah seringkali Ardi terlambat datang ke kantor. Alasan nya masihlah tetap sama. Perjalanan luar kota. Mata Raina sudah sangat mengantuk. Memilih mematikan ponsel dan dia akan memejamkan mata. Bisa saja Raina mengirim pesan atau menelepon suaminya dan meminta pada Ardi agar lelaki itu segera pulang. Tapi Raina malas melakukan nya. Jawaban Ardi selalu 'iya aku pulang.' Tapi, tetap saja Ardi kembali ke rumah saat pagi menjelang. Lama- lama Raina jadi malas sendiri. Memilih membiarkan perilaku sang suami. Toh yang merasa rugi juga Ardi sendiri. Raina rasa baru sebentar memejamkan mata saat suara ketukan di pintu rumahnya terdengar. Tergagap Raina segera membuka mata dan beranjak turun dari atas ranjang. Begitu keluar kamar, ternyata ia kalah cepat dari sang ibu. Ya, ibunya telah membuka pintu rumah. Sungguh, Raina merasa malu dan tidak enak hati karena telah membangunkan waktu istirahat ibunya. "Terimakasih ya, Bu. Maaf tadi aku tidak dengar saat Mas Ardi datang," ucap Raina kala Ardi sudah masuk ke dalam kamarnya. "Tidak apa - apa. Ibu kembali ke kamar dulu." Raina meengangguk. Membiarkan sang ibu untuk kembali ke dalam kamar. Sementara, Raina sendiri pun juga memilih masuk ke dalam kamarnya. Mendapati Ardi telah menyiapkan tas miliknya. "Mas mau berangkat sekarang?" Raina yang masih berdiri di ambang pintu kamar menatap sang suami yang sedang berkemas. "Ya," jawab Ardi singkat. Setelah selesai sm, Ardi menatap putranya. Lalu mencium pipi putra ketiganya. "Aku berangkat." pamit Ardi, melewati Raina begitu saja keluar dari dalam kamar. "Hati - hati di jalan." Mengantar Ardi sampai depan. Begitu mobil Ardi sudah meninggalkannya begitu saja, air mata Raina begitu saja menetes. Sebegitu tidak pedulinya Ardi kepadanya. Bahkan pamit pun tak ada baik-baiknya. Merasa hubungan rumah tangganya tak ada arti lagi. d**a Raina terasa semakin sesak mengingat semua perilaku sang suami. Tak lagi menghargainya sebagai istri juga ibu dari anak-anak mereka. Sampai kapan Raina bisa bertahan dalam situasi yang seperti ini. Semua telah berubah. Dan Raina sangat merasakan nya. Berusaha mengenyahkan segala prasangka buruknya pada Ardi. Meski ia yakin semua perubahan dalam diri Ardi pasti ada suatu sebab. Mungkinkah Raina harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN