Hana menatap Marko lelaki itu yang duduk di depannya, tatapan mata tajam dari lelaki itu membuat Hana merasa takut. Selama ini, Hana tidak pernah melihat Marko yang berlaku kasar padanya dan menatapnya dengan tatapan tajam.
“Kenapa sayang? Kau kelihatan takut.”
Ucapan yang keluar dari bibir lelaki itu membuat Hana mendengus. “Kalau ada yang tidak takut padamu sekarang. Mungkin orang itu adalah orang gila! Marko! Kenapa kau masih mengurungku di sini. Ayahku pasti menemukanku, lalu dia menembak kepalamu!”
Marko tertawa kecil mendengarnya. “Menembak kepalaku? Seperti dia sanggup saya melakukannya sayang?” Marko mematik rokoknya, menghisap asap rokok lalu menghembuskan asapnya sembarang arah.
“Siapa dirimu sebenarnya?”
“Kau penasaran?”
Bukan jawaban yang didapatkan oleh Hana, tapi pertanyaan balik dari lelaki itu. “Aku tidak membutuh pertanyaanmu lagi. Aku hanya butuh jawaban. Kau siapa Marko. Kenapa kau bisa menyembunyikan aku di sini. Kenapa aku tidak ditemukan oleh keluargaku?” tanyanya.
Marko tersenyum mengejek. “Bukankah kau tadi mengatakan kalau ayahmu akan menemukan kita sayang? Tapi sekarang kau malah seperti orang frustasi karena keluarga Locanno tidak menemukan mereka. Lalu kau penasaran sekali siapa aku sebenarnya.” Marko berdiri dan mematikan api di rokoknya.
Berjalan mendekati Hana yang memakai gaun tipis. Marko menunduk mengusap pipi Hana lembut, “Kau tidak pernah tahu aku siapa sebenarnya sayang. Aku sangat pandai menyembunyikan semuanya dari keluarga Locanno. Locanno hanya pembisnis. Bukan tandinganku sayang. Jefian dan Hansel, kedua lelaki itu tidak akan pernah bisa menemukan kita.” Marko terkekeh kecil.
Hana menatap pada mata Marko. “Mafia! You're a mafia!” tunjuk Hana di depan wajah Marko.
Marko tertawa kecil. Lalu berjalan sedikit menjauh. Marko memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Matanya menatap tajam pada Hana. “Hem… kau bisa menebaknya dengan tepat Hana. Yes! Aku seorang mafia. Bukankah aku tidak sebanding dengan keluarga Locanno, yang hanya seorang pembisnis.” Gelak Marko.
Hana tidak percaya. “Kau lelaki b******n dan jahat!”
Marko tersenyum. “b******n dan jahat dari mana Hana? Karena aku menculik wanita yang aku cintai, mengacaukan pernikahannya dengan lelaki itu. Itu yang kau bilang jahat dan b******n? Tentu saja tidak sayang. Aku hanya mau memperjuangkan cintaku.” Ucapnya menatap Hana yang menantangnya.
“Hana… tidak ada yang salah dengan apa yang aku lakukan sekarang. Kau memang tidak mau berjuang. Tapi aku?! Aku mau berjuang untuk dirimu dan juga cintaku. Aku tidak akan pernah bisa melihatmu bersanding dengan lelaki lain!”
“Akh!” Hana meringis ketika rahangnya dicengkram begitu kuat oleh Marko.
Marko membaringkan tubuh Hana paksa. Marko mengoyak gaun tipis Hana. Sudah puluhan gaun yang disobek oleh lelaki tersebut. Marko menatap pada tanda kemerahan di sekujur tubuh Hana. Marko tertawa kecil. Semuanya adalah ulah dirinya.
Sangat indah sekali bukan? Mahakaryanya pada tubuh Hana.
“Lihat, tubuhmu penuh dengan bercak merah sayang. Tubuhmu tidak pernah menolak setiap kali aku sentuh. Aku ingin menikahi kamu detik ini juga. Tapi kau merusak gaun pernikahan itu sialan!”
Plak!
Plak!
Marko menampar pipi Hana beberapa kali. Setelahnya Marko menatap pada tangannya. Lalu dia menggeleng pelan. “Maafkan aku sayang. Aku marah. Aku kesal. Kenapa kau tidak mau berjuang denganku. Kenapa kau tidak melupakan saja mereka semuanya.” Ucap Marko menangis dan menyatukan keningnya dengan kening Hana.
Hana hanya diam, dan melihat ke arah lain. “Aku tidak mau menjadi anak durhaka Marko. Keluargaku lebih penting dibanding perasaan cintaku padamu. Perasaan cinta yang terlarang, dan memang seharusnya kita tidak bersama.” Tanpa sadar air mata Hana keluar begitu saja.
Bukan karena sakit di pipinya karena mendapatkan tamparan dari Marko. Tapi… sakit di hatinya. Dia mencintai lelaki yang mengukungnya sekarang. Tetapi dia lebih mencintai keluarganya. Ia ingin menjadi anak yang baik untuk ayah dan ibunya.
Marko tertawa kencang. Memukul bantal yang ada di samping Hana begitu keras. “Cinta terlarang. Bagaimana cinta terlarang ini, kau akan hamil anakku sayang. Besok pagi kita menikah Hana! Gaunnya sudah siap. Dan kau bisa aku miliki sepenuhnya!”
“Akh!” Hana kembali meringis ketika Marko meremas perutnya kuat.
“Lepashhh… Markohhh… lepashhh… sakithhh…” rintih Hana kesakitan, ketika lelaki itu terus meremas perutnya.
Marko melihat wajah kesakitan Hana tersenyum. “Sakit sayang? Tetapi tidak sesakit yang aku rasakan. Karena penolakan dirimu dan kau menerima pernikahan sialan itu!” ucapnya melepaskan remasannya pada perut Hana.
Marko menatap pada perut Hana yang memerah. Marko merasa bersalah, lalu dia mencium berulang kali perut Hana. “Maafkan aku. Maaf. Tapi kau harus menikah denganku. Hana… aku mencintaimu sayang.” Ucapnya mencium kening Hana lama.
Hana memejamkan matanya dan menangis. “Marko, kalau kau bukan kakak sepupuku. Maka aku akan bilang. Iya! Aku mau menikah denganmu. Tapi kita adalah saudara. Orang tua kita tidak pernah setuju dengan hubungan ini. Tanda mereka tidak setuju, kau dijodohkan dengan wanita lain. Dan aku? Juga dijodohkan dengan lelaki lain. Mereka pasti sudah tahu hubungan kita dari lama. Kalau mereka tidak tahu hubungan kita. Mana mungkin mereka tidak menjodohkan kita,” ucapnya, masih memejamkan mata.
Marko mengangguk. “Ya, kau benar. Mereka sudah tahu hubungan kita sayang. Hahaha. Bahkan ayah dan kakakmu yang bodoh itu. Mereka menghajarku sayang. Menuduhku menculik dirimu. Padahal aku sudah menjalankan rencana sebaik mungkin, meniru tulisanmu, menulis di kertas. Kau kabur karena tidak mau menikah.”
Mata Hana terbuka. “Kau sudah tahu mereka marah dan menuduhmu! Seharusnya kau kembalikan aku pada keluargaku! Aku akan melanjutkan pernikahan itu!”
Tatapan mata Marko berubah tajam. Giginya bergemeletuk mendengar ucapan dari Hana. “Kau bilang apa Hana?! Melanjutkan pernikahan? Ya! Kau akan melanjutkan pernikahan. Tetapi yang membedakannya aku sebagai penganti pria mu bukan lelaki lemah seperti Jason. Jangan pernah mengharapkan sesuatu yang tidak akan pernah kau gapai dan harapkan Hana.” Elusan tangan Marko di pipi Hana, membuat Hana semakin menangis.
“Hanalia Locanno. Kau tahu harapanmu itu hanya sebuah harapan saja. Karena kenyataannya, kau itu adalah jodohku Hana. Seperti yang pernah kau bilang dulu sayang. Kita berjodoh dan sampai mati kita tetap akan bersama. Walau sesulit apapun rintangannya. Maka mari melewatinya bersama sayang, seperti yang kau bilang.” Ucap Marko.
“Itu dulu!”
“Dulu ataupun sekarang tetap sama Hana. Tidurlah. Besok pagi kau pasti akan lelah sayang, karena kau akan mengikat janji suci pernikahan denganku. Jangan menangis. Karena kau tidak akan pernah kembali pada Teresa dan Jefian Locanno. Ah… ibumu walaupun adalah keluarga mafia. Tetapi keluarga ibumu tidak akan bisa melawanku sayang. Kau pasti bisa menebak. Sepengaruh apa diriku ini.” Marko tersenyum, dan beranjak dari dalam kamar. Meninggalkan Hana, yang menatap kepergian Marko dengan isak tangisnya. Hana akan terjebak di sini untuk waktu tidak diketahui oleh Hana sampai kapan. Hana masih mencintai Marko, tapi dia sudah menjadi anak tidak tahu diri. Menghilang di hari pernikahannya bersama Jason, lelaki yang begitu baik.
SIALAN! KENAPA HARUS SEPERTI INI?!