Marko melihat pada handphone yang di tangannya selalu berbunyi dan panggilan dari ayahnya dan juga yang lainnya. Marko menyalakan api di tong sampah. Memasukkan benda pipih itu ke dalam tong sampah dengan api yang membara. Matanya tertawa kecil.
“Kalian percuma saja menghubungiku terus. Kalian tidak akan tahu aku dimana.” Ucap Marko, matanya menatap pada mansion yang ada di depannya sekarang. Tiga hari. Hana menghilang dan semuanya mulai menyadari Marko yang membawa Hana kabur.
Cepat sekali ketahuan. Hahahaha. Marko tergelak, lalu berjalan masuk ke dalam mansion.
Los Angeles, California, tempat Marko membawa Hana kemari. Ia sengaja membawa Hana sejauh mungkin agar tidak ada orang yang menemukan Hana dimanapun. Hana hanya boleh bersama dengannya. Matanya terus menelusuri setiap sudut mansion.
Mansion yang besar dan dibuat senyaman mungkin olehnya. Marko membuka pintu kamar utama mansion. Di dalam sana, ia melihat Hana yang duduk di kursi yang berada di balkon kamar. Menatap keluar dengan pandangan sendu dan bekas air mata tertinggal di pipi cantik gadis tersebut.
“Kau melihat apa sayang?”
Hana berbalik dan melihat Marko yang menyandar di daun pintu, tangannya terlipat di depan. Senyumannya sangat manis sekali ditunjukkan pada Hana.
“Kau melihat apa, hem?” tanya Marko, perlahan berjalan mendekati Hana, berdiri di samping gadis itu yang duduk dan tidak mengeluarkan satu patahpun suara. Tatapan Hana menyendu dan air mata kembali turun di pipinya.
Pasti sekarang keluarganya sedang malu. Hari pernikahannya, yang akan membuat keluarganya merasa bangga. Hana yang mematuhi ayah dan ibunya. Namun semuanya rusak, hanya karena Marko menculiknya. Lelaki itu tidak mau melepaskan Hana begitu saja.
“Kau- kenapa menculikku?”
Marko tertawa sinis mendengar pertanyaan bodoh itu. Marko melihat pada Hana, “kau serius bertanya seperti itu padaku sayang? Kau tahu dengan benar. Kenapa aku menculikmu sayang. Aku tidak bisa melihatmu bersanding dan memakai marga orangg lain di belakang namamu.” Kepala Marko menunduk, melihat wajah cantik Hana.
Hana memundurkan wajahnya. “Tapi seharusnya memang seperti ini Marko! Aku yang menikah! Kau bertunangan! Kita tidak seharusnya bersama!”
Marko semakin tertawa mendengarnya. “Tidak seharusnya bersama. Waw! Itu bagi dirimu sayang, bukan bagiku. Kita tetap harus bersama, tidak boleh dipisahkan hanya karena keluarga kita bilang ini hubungan terlarang. Kau kira mereka tidak tahu tentang hubungan yang kita sembunyikan? Lalu kenapa mereka berniat menjodohkan kita. Sudah jelas mereka tahu sayang,” Marko tersenyum, mengusap air mata di pipi Hana.
“Ah! Kau harus menikah denganku. Aku sudah membuatkan gaun pengantin yang lebih cantik kandari gaun pengantin dari kemarin. Kau akan lebih cantik memakai gau pengantin yang sudah aku rancang khusus untuk dirimu sayang,” ucap Marko, mengusap pundak terbuka Hana.
Hana menelan saliva, merasakan sentuhan Marko di pundaknya. Ia memejamkan mata. Ketika lelaki itu perlahan menjilat cuping Hana. “Ashhhh….” Satu desahann lolos dari bibir Hana.
Marko mendengar desahan dari bibir Hana menyeringai. Ia melepaskan jilatannya, lalu melihat wajah cantik Hana yang masih terpejam. “Kau masih haus sentuhanku, Hana.”
Tubuh Hana tersentak, lalu melihat Marko dengan tatapan tajamnya. “KEMBALIKAN AKU PADA KELUARGAKU!” teriak Hana.
Cukup terlambat untuk berteriak setelah terbuai akan sentuhan Marko yang menyentuhnya dengan sentuhan yang memabukkan lelaki tersebut.
Marko tertawa mendengar teriakan Hana. “Kembalikan pada keluargamu? Sayang, untuk apa kau kembali pada mereka, hem? Lebih baik kau di sini bersamaku. Menjadi pengantinku. Mari kita buat hubungan terlarang penuh dosa ini. Menjadi terindah dalam cinta kita.” Ucap Marko, menarik tubuh Hana, dan setelahnya Hana yang duduk di atas pangkuan Marko.
Marko memegang pinggang Hana, matanya terfokus pada pipi Hana yang ternoda oleh cairan bening dan suara isakan gadis tersebut. Marko mengusap air mata Hana, matanya melihat pada air yang di jempolnya dan memasukkan ke dalam. Asin.
“Aku mau pulang! Aku tidak mau dibenci oleh keluargaku! Hiks! Pulangkan aku. Lepaskan! Aku! Aku harus melanjutkan pernikahan ini. Marko! LEPASKAN!” teriak Hana merontah di dalam panggkuan dan pelukan Marko.
Marko semakin memeluk Hana erat, tidak melepaskan Hana. “Kau tidak akan pernah aku lepaskan! Hei! Kau pulang ke rumahmu percuma. Kau tahu baby, mereka tahu kau kabur. Hahahha! Kau dibilang pembuat malu keluarga.” Gelak Marko senang, melihat Hana yang menggeleng dan mencoba untuk lepas darinya.
“Kau b******n! Bastard! Lepaskan aku!” teriaknya, memukul pundak Marko.
Marko tidak merasakan sakit. Marko menggendong Hana, lalu melempar Hana ke atas ranjang. Mata Marko menatap tajam pada Hana. “Lepaskan?! Jangan pernah berharap! Kau tidak akan pernah aku lepaskan Hana. Kau tetap di sini. Bersamaku dan lalu menikah denganku!” ucapnya, mencari sebuah tali panjang.
Mengikat tubuh Hana di atas ranjang. Hana menggeleng mencoba untuk melepaskan ikatan tangannya. Matanya menatap tajam Marko yang berdiri bertelanjang d**a di depan Hana.
“Teruslah merontah Hana. Mereka tidak akan pernah memaafkan dirimu, kau tetap di sini sayang. Bersama lelaki yang kau cintai. Hana… hanya aku yang mencintai dirimu. Hahaha. Cintaku padamu sangat besar sekali. Aku tidak pernah bisa membuang perasaan ini, setelah kau membalas perasaanku. Terus kau mau memutuskan hubungan kita, lalu menikah dengan lelaki itu. b******n! TIDAK AKAN PERNAH KAU MENJADI MILIKNYA!!”
PRANG!
PRANG!
Marko melempar semua barang yang ada di dalam kamar, ke dinding di samping ranjang Hana. Hana memejamkan matanya dan isak tangis semakin keras dikeluarkan oleh gadis itu. Hana lebih memilih keluarganya dibanding kisah cinta terlarang, tanpa restu dari keluarganya.
“Marko! Aku mohon … lepaskan aku. Kau harus pikirkan ulang. Kita tidak akan pernah bersatu. Hiks! Kita dalam hubungan dosa!” ucap Hana, melihat Marko menggeleng pelan.
“DOSA! DOSA! DOSA! Kau selalu saja membahas dosa, aku tidak peduli dengan yang namanya dosa Hana. Kau milikku! Kau tidak boleh kembali pada mereka yang memisahkan kita sayang. Kau harus menikah dan menjadi istriku, lalu kau hamil anakku. Hihihi…” Marko tertawa dan melihat tubuh Hana yang sangat menggoda sekali untuk disentuh oleh dirinya.
“Marko! Plies! Kita tidak bisa bersama!”
“KATA SIAPA?” Bentak Marko, tidak senang mendengarnya.
“Kita bisa bersama. Kau dan aku bisa bersama. Tidak ada yang melarang kita bersama hana. Kau dan aku saling mencintai. Orang yang saling mencintai memang harus bersama sayang,” ucap Marko, berjalan mendekati Hana.
Matanya melirik wajah Hana yang sembab. “Jangan menangis lagi sayang. Aku tidak mau melihatmu menangis,” ucapnya mengusap air mata di pipi Hana, lalu dia mencium pelupuk mata Hana.
“Kau harus bahagia di sini.”
Hana mendengarnya menggeleng takut. Mama! Papa! Maaf… Hana tidak bisa untuk pergi dari sini. Hana memang salah, terlena dalam rasa cinta terlarang, dan sekarang dirinya membuat malu keluarganya. Hiks! Hana yang salah.
“Kau penjahat! Kau menculikku Marko. Kita tahu, ini semua tidak benar-
Plak!
Marko menampar pipi Hana kasar. “Jangan pernah bilang tidak benar! Aku tidak mau mendengar kata yang menjijikkan itu lagi. Aku mencintaimu. Kau bahagia bersamaku bukan bahagia bersama Jason— lelaki sialan yang tidak akan pernah membuatmu bahagia Hana.”
Hana menggeleng, “kau tahu. Biar aku tidak bahagia dalam rasa cinta terpaksa. Dibanding aku menuruti hasrat terlarang, dan membuat keluargaku membenci diriku. Aku tidak pernah bisa mereka membenciku, Marko. Aku mencintai dan menyayangi mereka semua. Aku mau mereka bangga padaku.” Hana menangis dan mendongak. Dadanya sesak.
Maaf… gumamnya dalam hati membayangkan wajah ibu dan ayahnya, yang mencintai dan menyayanginya. Kini semuanya harus dirusak oleh Marko— yang menculiknya.