Marko memakai setelan jas dan jam tangan dari cartier masuk ke dalam gereja tempat Hana menikah dengan Jason. Matanya menatap ke depan, lalu dia mengusap pistol yang ada di pinggangnya. Hem… Hana akan melihat betapa nekatnya seorang Marko Lopcanno. Mendapatkan gadis tersebut menjadi miliknya.
Marko tidak membiarkan Jason—lelaki b******n itu memiliki Hana, hanya dirinya yang berhak untuk Hana. Menjadi suami dan pendamping hidup seorang Hanalia Locanno—gadis yang menjadi penghuni hatinya selama bertahun-tahun.
Tidak pernah bisa mencintai wanita lain. Lalu sekarang Hana mencoba untuk menikah dengan Jason Khiel—lelaki yang bekerja di rumah sakit. Ah! Lelaki yang memiliki rumah sakit cukup ternama di Amerika. Meminang Hana dan sekarang hari pernikahan itu datang.
Marko tersenyum, lalu ia melihat pada kedua temannya yang duduk dan berbicara hal yang tidak diketahui oleh dirinya.
“Kalian sudah lama di sini?” Tanya Marko pada Jenan dan Jovan.
“Oh! Tidak. Kami baru sampai. Marko, kau ikhlas melihat Hana menikah dengan lelaki itu?”
Pertanyaan bodoh dilayangkan pada dirinya. Mana mungkin Marko ikhlas menerima pernikahan ini. Tunggu saja, Marko akan mengacaukan semua pernikahan itu. Ia akan membawa Hana menjauh dari keluarga yang menentang hubungannya dengan Hana ini.
“Hem, aku harus apa? Kami memang harus putus dan memilih jalan masing-masing bukan?” tanyanya, diangguki oleh Jovan dan Jenan.
“Ya, itu lebih baik. Dibanding kalian harus bersama dan menentang keluarga kalian. Kau dan Hana memang harus memilih jalan sendiri. Hana juga terlihat bahagia menerima Jason sebagai suaminya.”
Ucapan Jenan, membuat dalam lubuk hati Marko ingin membunuh Jason sekarang dan membawa Hana untuk kabur, matanya melihat pada kedua saudara kembar itu tersenyum dan bicara dengan pasangan mereka masing-masing.
Mereka mudah untuk mengatakan itu, tapi tidak dengan Marko. Ia tidak mudah untuk melepaskan Hana pada lelaki bernama Jason itu. Marko perlahan berdiri dari tempat duduknya, ia berjalan menjauh. Lalu langkahnya berjalan menuju ruangan Hana yang menunggu berjalan emnuju altar.
Marko membuka pintu ruangan tersebut sekilas. Matanya melihat ke dalam. Hem, Hana ada di dalam sana. Sendirian dan menunggu orang yang menjemput dirinya. Marko mengeluarkan sapu tangan dan botol berisi obat tidur.
Hana, kau tidak akan pernah menikah dengan lelaki itu. Batin Marko, langkahnya semakin masuk ke dalam.
“Hana!”
Hana berbalik dan terkejut melihat kedatangan Marko. Lelaki itu tersenyum manis padanya, Hana perlahan mundur. Ia merasakan sebuah hal buruk dengan kedatangan Marko ke sini. Untuk apa lelaki itu ke sini? Tidak bisakah dia keluar sekarang?
“Untuk apa kau ke sini?” tanya Hana lantang dan begitu menantang.
Marko tertawa kecil. “Untuk apa aku ke sini? Bukankah aku ingin melihat pengantinku yang cantik ini?” tanya Marko, tangannya perlahan mengusap pipi Hana.
Hana menepis tangan Marko. “Jangan beraninya kau menyentuhku!”
“Wah! Kau tidak mau disentuh olehku? Tapi hatimu dan juga logikamu ingin pernikahan ini batal, lalu kau pergi bersamaku. Katakan! Itu yang kau mau bukan?” tanyanya.
Hana menggeleng. “Jangan sembarang bicara Marko, aku tidak pernah berpikiran seperti itu. Lebih baik kau pergi dan jangan pernah menampakkan wajahmu itu di depan diriku lagi.” Usir Hana, sungguh menyakitkan sekali di dengar oleh Marko.
Marko menunduk setelahnya mendongak. “Ucapanmu sangat menyakitkan sekali. Aku sedih mendengar apa yang kau katakan Hana…” Marko menghapus air matanya. Setelahnya lelaki itu tertawa kecil.
“Walau seribu kalipun kau mengatakan menyuruh aku untuk pergi, dan tidak menampakkan wajahku yang tampan ini di depanmu. Aku tidak akan pernah melakukan itu Hana. Karena kau akan melihat wajahku setiap hari. Setiap kau bangun dan kau akan menikah denganku, bukan dengan Jason.” Ucapnya, maju perlahan.
Hana tetap mundur. Air mata Hana jatuh di pelupuk matanya, ia melihat Marko yang mengakat sebuah sapu tangan.
“Apa yang kau lakukan?!” tanyanya, melihat sapu tangan di tangan Marko.
Marko tertawa kecil. “Aku mau kau tidur Hana. Sampai kau tiba di rumah kita yang sesungguhnya,” ucap Marko, langsung menutup hidung Hana dengan sapu tangan.
Hana yang merontah perlahan tubuhnya melemas dan matanya tertutup. Marko melihat Hana yang sudah jatuh tertidur. Menangkap tubuh Hana, ia membawa Hana keluar dari sini. Marko menyuruh anak buahnya untuk segera membawa Hana ke tujuan mereka.
“Kau bawa dia ke tempat yang sudah aku sebutkan! Jangan sakiti dia seujung kuku dan jangan sampai dia ditemukan oleh keluarga Locanno. Atau kalian akan tahu akibatnya.” Ancam Marko.
Semuanya mengangguk. Marko kembali masuk ke dalam ruangan Hana, ia menatap pada surat yang sudah ditulisnya meniru tulisan Hana. Marko menyeringai dan keluar dari dalam ruangan tersebut.
Marko kembali duduk di samping Jovan dan di samping lelaki itu ada istri lelaki itu. “Acaranya belum dimulai?” tanya Marko tanpa memperlihatkan sebuah kecurigaan apa yang dilakukan oleh dirinya.
“Hem, belum. Ini Jason baru masuk ke altar.” Jawab Jovan, menunjuk pada Jason yang naik ke atas altar.
Marko mengangguk, dalam hatinya ia menyeringai. Karena lelaki itu tidak akan pernah bisa menikah dengan Hana. Lihat beberapa saat lagi. Semua kekacauan akan terjadi.
Marko sudah tidak sabar melihat wajah yang begitu panik mencari Hana, dan ada kemarahan dari Teresa saat wanita itu membaca surat dari Hana nantinya.
“Teresa, ayo, panggil Hana. Ini sudah saatnya dia untuk naik ke atas altar.”
Marko melihat pada Jefian yang barusan bicara dan disampingnya ada Teresa yang mengangguk, wanita paruh baya itu berjalan dengan anggun. Marko tersenyum dan melihat pada Jenan dan Jovan yang menatap ke depan dengan senyuman manisnya.
“Pasti Hana sangat cantik sekali. Sayang dia tidak menikah denganku,” ucap Marko tertawa kecil.
Jenan dan Jovan menoleh pada Makro. “Yang sabar! Kau dan dia sudah menemukan orang untuk kalian nikahi. Kau sudah akan menikah dengan model itu. Lalu Hana mendapatkan Pak Dokter yang sangat tampan dan mapan.”
“Hem, ya. Kami memang tidak pernah bisa bersatu. Cinta kami terlarang dan penuh dosa.” Ucap Marko, melihat datar ke depan. Perlahan dirinya berdiri dan memasukkan tangannya ke saku celana.
Marko menghitung…
Satu!
Dua!
Tiga…
Dan BOM!
“HANA KABUR!”
Teriakan Teresa mengundang semua orang untuk melihat pada wanita itu. Jefian menatap pada istrinya dan berjalan cepat menghampiri istrinya. Apa yang dikatakan oleh istrinya barusan? Bukan candaan bukan?
“Ma! Apa yang kau katakan?” tanya Jefian.
“Hana kabur! Dia tidak ada di dalam ruangan itu. Dia tidak tahu kemana. Dia- mengacaukan pernikahan ini! Dia membuat malu keluarga.” Ucap Teresa dan memberikan surat yang dia temukan pada suaminya.
Hansel yang ada di sana, langsung mengambil surat dari tangan ibunya. Lalu dia membacanya.
“Ma, Pa, Hana pergi. Hana tidak pernah mencintai Jason. Hana tidak bisa melanjutkan pernikahan ini. Hana ingin bahagia!” Hansel melihat pada ayahnya.
“Arghghhhttt!” Jefian berteriak, lalu matanya melihat pada Marko.
Berjalan mendekati Marko yang tenang. “Kau! Kau pasti tahu dimana Hana! Aku tahu hubunganmu dengan Hana, kalian berdua tidak bisa bersama. Katakan! Dimana Hana!” Jefian memegang kerah baju Marko.
Marko hanya diam dan tidak mengatakan apapun. Ia melepaskan tangan Jefian dari kerah bajunya.
“Om mau menuduh saya? Saya tidak tahu dimana Hana, kalau saya tahu dimana dia. Pasti saya akan bilang pada kalian. Saya juga sudah memutuskan untuk bertunangan.” Ucap Marko menepuk kemejanya.
Bug!
Jefian memukul Marko. Marko memegang pipinya yang dipukul oleh Jefian. Tertawa kecil, mengusap darah yang mengalir di pipinya. Ia menatap Jefian nyalang.
“Anak anda yang memilih kabur di hari pernikahannya. Kenapa anda memukul saya dan menuduh saya? Itu buktinya dia sangat mencintai saya.” Marko tertawa kencang.
Hansel maju dan menatap Marko tajam. “Kau dan Hana tidak bisa bersama!” ucap Hansel.
“Kenapa? Aku dan dia tidak bisa bersama? Katakan! Kenapa?” tanya Marko.
“Kau dan dia sepupu!” ucap Hansel.
Marko mendengarnya tertawa kecil. “Hanya sepupu bukan keponakan dan tante.” Sindir Marko mendorong Hansel, dan setelahnya dia pergi dari sana.
Hansel melihat Marko yang pergi dari sana dengan segala emosinya. Sialan! Pernikahan ini kacau sekarang. Hansel tidak menyangka adiknya akan nekat kabur, hanya karena dia mencintai Marko!