Marko menatap pada hotel yang ada di depannya. Langkah kakinya masuk ke dalam. Tangan Marko membenarkan kacamatanya. Lalu melihat semua hiasan aula hotel. Pernikahan impian heh?
Semua dekorasi yang dilihat oleh Marko ini. Adalah pernikahan impian dari Hana, saat membicarakan berdua dengan dirinya. Gadis itu mendekor aula hotel ini seperti pernikahan impiannya yang dipenuhi oleh bungan krisan dan anyelir warna merah muda. Marko mengambil satu bunga krisan dan menatap bunga itu dengan tatapan tajamnya.
Ia meremas bunga itu sehingga kelopaknya berjatuhan ke lantai. Marko menatap pada kelopak bunga yang berjatuhan lalu menginjak kelopak bunga tersebut dengan kasar. “Ini yang kau mau?! Kehancuran. Kau membuat kesabaranku menipis Hana. Kau melakukan semuanya layaknya kau menikahi lelaki yang kau cintai dan bertahan untuk selamanya.” Gumam Marko, pandangan matanya bertemu dengan Hana yang berdiri bersama dengan Jason.
Marko menyeringai lalu berjalan mendekati Hana dan Jason. Tangan Marko masuk ke dalam saku celana.
“Bagaimana kalian suka?” tanyanya, ia pemilik hotel ini. Dan vendor yang menghias aula hotel ini adalah temannya dan sangat dipercaya oleh hotel Marko setiap ada orang yang mau menikah dan b bertanya pada Marko vendor yang bagus.
Jason tertawa kecil. “Suka sekali. Ini seperti yang diharapkan oleh Hana. Benar begitu sayang?” tanya Jason, tangan lelaki itu menyentuh tangan Hana dan mencium punggung tangan Hana. Mata Marko tidak terlepas dengan apa yang dilakukan oleh lelaki itu pada Hana.
Giginya bergemeletuk dan setelahnya ia menampilkan senyuman sebaik mungkin. “Hana kau suka? Apakah ini pernikahan impianmu?” tanya lelaki tersebut tersenyum manis pada Hana yang tubuhnya menegang.
Hana mengangguk kaku. “Y-ya ini pernikahan impianku.” Jawabnya merasa gugup. Dan salivanya sangat susah sekali tertelan mendengar pertanyaan yang seperti menjebak dirinya sekarang.
“Waw! Jadi benar ini pernikahan impianmu? Apakah kau sebelumnya pernah membicarakan pernikahan impian dengan lelaki lain? Kekasihmu mungkin—ups! Maksudnya mantan kekasih.” Marko tertawa kecil.
Hana menggeleng. “Tidak pernah. Aku hanya membicarakan tentang pernikahan impian ini bersama Jason.”
Marko tersenyum sinis mendengar ucapan bohong Hana. Hanya membicarakan dengan Jason saja? Yang benar saja. Gadis itu pernah membicarakannya dengan Marko saat Marko memeluk Hana di malam hari. Kedua pakaian mereka sudah terlepas kemana. Karena keduanya saling menyentuh tanpa memasukkan milik keduanya.
“Hem… kau beruntung Jason, dia mau mnenceritakan tentang pernikahan impiannya denganmu, bukankah dia memang mencintaimu?” tanya Marko tersenyum tipis namun dalam hati sangat ingin membunuh lelaki tersebut.
Jason tertawa kecil. Menarik pinggang Hana mendekat merapatkan ke tubuhnya. “Ya, saya beruntung. Dia gadis yang sangat cantik sekali. Pertama kali bertemu dengan Hana. Setelah bertukar pesan beberapa bulan, rasa di dalam hati saya bertambah dan setiap harinya tetap bertambah.” Jason mengecup pipi Hana mesra.
Marko melihat semua itu. Tertawa kecil. “Mesra sekali. Ah! Saya ke sini mau berbicara berdua dengan Hana. Apakah kau mengizinkan Jason?” tanya Marko, bersikap selayaknya pria yang tidak memiliki ketertarikan pada Hana.
Jason mengangguk. Padahal Hana sudah meremas pinggang lelaki itu, mengirim signal untuk tidak setuju dengan permintaan Marko. Namun percuma saja. Jason termasuk lelaki yang tidak peka akan situasi. Lihat sekarang, lelaki itu melepaskan pelukan di pinggang Hana.
“Tentu saja. Hana, kau bisa bicara dengan Marko dulu sayang. Aku mau membalas pesan dari rumah sakit. Setelah kita menikah, kita akan langsung ke Amerika.” Jason menjauh setelah mencium pipi Hana begitu mesra.
Hana melihat kepergian Jason menggeleng. Matanya kini bertemu dengan mata tajam Marko. Lelaki itu mengambil sebuah benang merah yang terletak di atas meja dan hanya sepanjang telapak tangan. Marko memainkan benang tersebut.
Marko mengambil tangan Hana. Hana ingin menarik tangannya, namun tenaga Marko lebih kuat dibanding tenaganya.
“Lihat, cincin benang merah di jarimu itu. Kau tahu apa artinya sayan?” tanya Marko, perlahan tangannya terangkat mengusap pipi Hana lembut.
Hana mencoba untuk mundur dan tidak mau disentuh oleh Marko. Marko menarik pinggang Hana, tidak peduli Jason berjalan ke sini atau melihat apa yang dilakukan oleh keduanya. Yang terpenting sekarang ia menatap wajah cantik Hana.
“Benang merah ini sebagai takdir untuk kita Hana. Tidak ada yang bisa memisahkan kita, katakan padaku. Kau mencintaiku sayang. Katakan…” ucap Marko menyatukan keningnya dengan kening Hana.
Hana memejamkan matanya dan merasakan sentuhan Marko di pipinya begitu lembut. Sentuhan ini… adalah sentuhan yang diinginkan oleh dirinya. Bukan sentuhan dari lelaki lain.
“Katakan… kau mencintaiku. Bukan mencintai Jason—lelaki yang dijodohkan denganmu itu.” Marko berharap Hana akan menjawab ungkapan cintanya, dan mengatakan padanya kalau hati Hana masih miliknya.
“A-ku aku-
“Marko!”
Marko menjauhkan tubuhnya dari Hana. Lalu mata lelaki itu menatap tajam pada wanita yang memakai pakaian seksi dan langsung memeluk lengannya. “Marko, kau di sini! Aku sudah cari kamu di perusahaan tadi. Katanya kamu tidak di sana!” ucapan manja dari wanita yang masih memeluk lengan Marko dan tersenyum melihat Hana berdiri kaku di depannya.
“Hana! Pernikahanmu akan menakjubkan sekali!” decak kagum wanita tersebut.
Hana tersenyum tipis. “Hem, ya. Tentu saja. Ini pernikahan impianku.”
“Bersama orang yang kau cintai? Aku sudah mendengar cerita tentang hubunganmu dengan Jason. Wow! Tentang perjodohan dan rasa cinta yang hadir karena terbiasa itu memang benar adanya. Kau sudah menjalin hubungan dengan Jason selama tiga tahun. Dan sekarang memutuskan menikah. Marko! Kita bisa seperti mereka juga ‘kan?” tanyanya melihat pada wajah datar Marko.
“Marko!”
Marko memutar bola matanya malas. Suara wanita ini sungguh mengganggu sekali. Dia setuju untuk menerima bertunangan dengan wanita di sampingnya, hanya karena dia mau memperlihatkan pada orang tuanya kalau dia anak yang patuh untuk sekarang. Dan untuk memanasi Hana.
“Saya tidak tahu. Lebih baik kau pergi dan kembali berpose di depan kamera!” usir Marko, menghempaskan tangan wanita tersebut.
Wanita itu cemberut. “Marko! Kau kenapa kasar sekali sih! Aku ke sini mau bertemu dengan tunanganku dimana letak salahnya?” tanyanya terluka mendengar Marko mengusirnya.
“Salahnya banyak! Lebih baik pergi! Dan urus urusanmu sendiri.” Ucap Marko lalu matanya melihat pada Hana yang hanya diam saja dan melihat perlakuan Marko pada wanita di depannya ini.
“Ne lâchez jamais ce fil rouge. Toi et moi sommes destinés à être ensemble.” Ucap Marko dalam bahasa Prancis pada Hana. Marko tahu wanita yang masih bergelayut manja di sampingnya tidak mengerti bahasa Prancis.
Marko tidak akan pernah melepaskan Hana. Lalu tidak akan pernah menerima wanita ini menjadi pendamping hidupnya. Ibu dari anak-anaknya. Hanya Hanalia Locanno. Garis takdir yang sudah memang ditakdirkan dengan dirinya.
(Prancis - Jangan pernah melepaskan benang merah itu. Kau dan aku ditakdirkan untuk bersama.)
Hana hanya diam dan menatap pada benang merah di jarinya, ia mengusapnya pelan. Lalu berbalik dan berjalan menjauh sembari menghapus air matanya.