Marko mengetuk stir mobil dan matanya menatap nyalang ke depan. Melihat kedua orang yang berjalan masuk ke dalam mobil dengan senyuman manis mereka. Marko keluar dari dalam mobilnya, dengan cepat berjalan menuju mobil orang itu.
Membuka pintu dan masuk ke dalam.
“Sorry, can I come along? My car is broken.” Marko memasang senyuman manisnya, lalu matanya melihat pada Hana yang menatap tajam pada dirinya. Marko bukannya takut, malahan dirinya sangat ingin sekali melumat bibir Hana dan mengukung tubuh Hana di bawahnya.
“Jason, itukan namamu? Kau bisa bahasa Indonesia?” tanya Marko pada lelaki bule di depannya yang duduk di kursi mengemudi.
“Yeah. Saya bisa bahasa Indonesia, kau kakak sepupu Hana?”
Marko tergelak. “Ya. Saya kakak sepupu Hana. Saya boleh menumpang ‘kan? Saya mau menelepon taksi. Tapi baterai Handphone saya habis.” Marko mengangkat benda pipih yang dalam keadaan mati.
Hana dan Jason menatap pada Marko, dengan tatapan yang berbeda. Jason yang percaya saja dengan apa yang dikatakan oleh lelaki yang menjadi kakak sepupu calon istrinya, kalau memang mobil lelaki itu rusak dan tak bisa berjalan, lalu baterai handphone nya habis.
Sedangkan Hana?
Gadis itu tahu. Marko berbohong. Ia tahu sekali kelakuan Marko ini melihat mata lelaki itu yang menatap sinis dan tertawa kecil.
“Hana, kau kenapa melihat Marko seperti itu?”
Hana tersadar lalu tersenyum pada Jason. “Oh, tidak. Hanya saja terlalu tidak percaya mobilnya rusak dan habis baterai. Ini pakai Handphone ku. Kau bisa menelepon sekretarismu atau orang bengkel dan yang lainnya.” Ucap Hana memberikan handphone nya pada Marko.
Marko tertawa kecil mendengarnya. “Tidak perlu Hana. Kalian mau kemana?”
“Makan siang.” Jawab Jason.
“Oh… saya boleh ikut. Kebetulan perut saya juga sudah lapar. Tidak keberatan bukan?” tanya Marko.
Jason menggeleng. “Tentu saja tidak. Hana kau tidak keberatan bukan? Dia itu sepupumu.”.
Hana mengerutuk sifat Jason yang terlalu lugu dan mudah sekali ditipu oleh Marko. Marko itu penipu handal. Hana semakin kesal melihat senyuman Marko yang tersenyum sinis menyeringai pada dirinya.
***
Ketiganya masuk ke dalam salah satu resto makanan tradisional.
“Waw! Kau tidak memilih makanan western?” tanya Marko. Duduk dengan gaya sombongnya di depan Hana dan Jason.
Posisi duduk Marko sejajar dengan Hana. Ia menatap pada Hana yang ada di depannya dengan senyuman manisnya.
“Kalian akan menikah?” tanyanya menatap kedua orang di depannya, walau dalam hati Marko sangat ingin sekali memecahkan kepala Jason—lelaki yang katanya calon suami Hana.
“Ya, kami akan menikah. Setelah sekian tahun saling mengenal. Hana, kau senang menikah denganku?” tanya Jason, tangan lelaki itu menggenggam tangan Hana di atas meja.
Mata Marko melirik. Marko berdecih di dalam hatinya. Berani sekali lelaki sialan itu memegang tangan Hana yang begitu mulus. Dan harusnya hanya dia yang boleh menyentuh setiap inci kulit Hana.
Hana perlahan melepaskan genggaman tangan Jason. Merasa tidak enak melihat Marko melirik terus pada tangannya. Hana tidak munafik, ia merasakan bulu kuduknya meremang. Tatapan tajam Marko seolah menembus ke arahnya sekarang.
“A-ku mau ke toilet sebentar.” Hana langsung berdiri, tidak sanggup berhadapan dengan Marko.
Marko tertawa kecil. “Jason, saya juga harus me toilet. Dari tadi saya menahan ingin buang air kecil. Kantung kemih saya sudah penuh.” Ucap Marko diangguki oleh Jason.
Marko menarik tangan Hana, masuk ke dalam salah satu bilik. Matanya menatap tajam dan menelusuri leher jenjang Hana. Tangannya menggenggam tangan Hana yang digenggam oleh Jason barusan.
“Sampai dimana lelaki itu menyentuhmu?” tanyanya menatap tajam Hana.
Hana diam tidak mau menjawab.
Rahang Marko mengeras. Hana tidak mau menjawab pertanyaannya sekarang. “Hana! Aku tanya sekali lagi, sampai dimana dia-
“Untuk apa kau ingin tahu? Kita tidak memiliki hubungan lagi Marko. Kau dan aku. Sudah putus. Kau mengerti bahasa manusia bukan? Atau kau hanya mengerti bahasa binatang, karena kelakuanmu juga seperti—arhgthmmmpp-“
Bibir Hana langsung dibungkam oleh Marko. Marko melumat kasar bibir Hana, dan menggigit kecil bibir Hana. Tangan Marko menarik kaki Hana terangkat dan menyampirkan ke pinggangnya, lalu dengan kurang ajarnya. Tangan Marko sekarang masuk ke dalam bagian intim Hana.
Mengusap bagian intim Hana dari luar celana dalam.
“Shhmm…. Ahhh…”
Marko melepaskan lumatannya, menyeringai mendengar suara desahan Hana yang begitu indah sekali terdengar. “Lihat? Tubuhmu begitu murahan sekali. Dia langsung terbuai akan sentuhanku, lalu kau mau menikah dengan lelaki itu? Kau mau membuatnya patah hati, ketika tahu calon istrinya tidak mencintainya. Malah mencintai kakak sepupunya sendiri.” Gelak Marko.
Tangan Hana terkepal mendengar apa yang dikatakan oleh Marko. Ia hanya berharap Marko mau menuruti apa yang dikatakan oleh dirinya, bukan malah semakin memojokan dirinya sekarang.
“Marko! Kau sadar dengan apa yang kau lakukan sekarang?” tanya Hana.
Marko tertawa kecil. “Tentu saja aku sadar. Kenapa? Kau mengira aku tidak sadar? Aku mau kau tahu Hana. Hatiku!” Marko menarik tangan Hana, lalu membawa tangan gadis itu ke dadanya. “Hanya milikmu Hana. Dan kau hanya milikku. Kau tidak boleh menikah dengan Jason! Aku mau kau memikirkan lagi.” ucap Marko.
Hana tertawa mengejek. “Siapa dirimu melarangku untuk menikah dengan Jason? Kau tidak punya hak! Pernikahanku dengannya sudah diurus dengan baik oleh keluarga. Kami juga sudah memesan gaun dan cincin pernikahan.” Ucap Hana, maju perlahan dan menepuk d**a Marko beberapa kali dan merapihkan kemeja Marko.
“Marko, terima saja takdir. Kita tidak bisa bersama dalam cinta terlarang ini. Sampai matipun kita tidak akan bisa bersama. Kau akan bertunangan dan aku akan menikah. Kita bisa menjalin hubungan masing-masing memiliki keluarga masing-masing.” Ucap Hana.
Marko menarik pinggang Hana. “Kau mudah mengatakan itu sayang. Tetapi tidak mudah bagi dirimu melepaskanmu. Sekarang aku mau mengatakan sebuah penekanan yang harus kau dengar baik-baik oleh telingamu ini. Kau milikku Hana. Sampai mati kau milikku. Kau bilang cinta terlarang ini tidak akan pernah bersatu. Maka aku akan membuat cinta terlarang ini menjadi dosa terindah untuk kita.” Marko tersenyum dan menjilat air mata Hana perlahan menetes membasahi pipi.
“Jangan menangis, karena aku tidak suka melihatmu menangis. Cukup diam. Dan kau lihat bagaimana aku bisa melakukan semuanya. Aku bukanlah lelaki lemah, yang akan patuh pada keluarga.” Maro tersenyum setelahnya keluar dari bilik toilet, meninggalkan Hana sendirian.
Hana menghapus air matanya kasar. “ARGHTTTT!” Hana mengerang dan menangis sambil mengepalkan tangannya.
“Cinta terlarang sialan!”