Keputusan Berat

1017 Kata

Aku yang masih sibuk memotong sayur segera menoleh, kemudian tersenyum malu. "Ngga kenapa-kenapa, Bu." "Sudah jangan mikir yang enggak-enggak. Lanjutin masak dulu biar Caca sarapan," titah Ibu. Aku mengangguk dan kemudian melanjutkan pekerjaan ini. Ibu pun sama. Kami berdua membagi tugas rumah tangga agar cepat selesai. Melihat semua masakan yang ada di atas meja makan, seketika hatiku tergerak untuk segera mencari pekerjaan. Ibu dengan mesin jahitnya hanya cukup untuk membiayai hidupnya sendiri. Sedangkan aku? Tak mungkin aku bergantung padanya. "Bu, Sania izin keluar hari ini," ucapku membuka obrolan. Ibu yang tengah memegang jarum dan benang segera menoleh ke arahku. Kaca mata baca itu ia turunkan untuk bisa melihat diriku dengan mata telan jangnya. "Kemana? Caca baru aja sembuh,

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN