“Mata lo kenapa, Kate?” tanya Jessi sesaat setelah aku baru masuk ke dalam apartemen. Tanganku refleks menyentuh mataku sendiri, rasa panas dari jemariku langsung berada dengan panas kulit wajahku. Sementara untuk mataku sendiri, terasa agak sedikit sembab. Mungkin karena aku memang menangis selama dalam perjalanan tadi. Ingin berhenti tetapi mataku seakan enggan membendung cairan yang menerobos. “Enggak kenapa-kenapa. Mungkin kurang tidur,” jawabku mengelak. Anna yang juga baru keluar dari kamarnya langsung menatapku dan lantas kualihkan pandanganku kembali ke Jessi lagi. Perempuan itu masih menatap penasaran terhadapku. “Astaga, lo demam?” pekik Abel yang membuatku terkejut tidak hanya karena suaranya, tapi juga karena tangannya yang dingin tiba-tiba menyentuh keningku. Aku tidak