Doni kembali menuju kantornya setelah berhasil menemukan dimana Naya, dan memastikan bahwa Naya sudah sarapan pagi ini. Setibanya Doni di kantor, Rama menatapnya dengan air wajah yang tidak bisa diartikan oleh Doni.
Tatapan Rama seolah ingin bertanya bagaimana keadaan Naya meskipun sudah diberitahu melalui pesan singkat yang dikirimkan oleh Doni. Disisi lain tatapan Rama seolah sengit mengintimidasinya penuh kebencian. Entahlah Doni sukar menguraikannya.
Doni duduk di kursi kebesarannya tanpa mempedulikan Rama. Dia menyalakan komputernya dan memulai aktifitasnya. Tak berselang lama Yuda masuk kedalam ruangan untuk memberitahukan jadwal mereka, Rama dan Doni hari ini.
"Jadwal meeting sama Pak Robert?" Tanya Doni setelah Yuda selesai membacakan agenda hari itu.
"Pak Robert berhalangan hadir Pak. Karena beliau juga sedang ada acara keluarga nanti malam." Doni tersenyum penuh kemenangan lalu menatap Rama seolah mengolok. "Maaf Pak ada yang ditanyakan kembali perihal agenda hari ini?" Doni menggeleng lalu Yuda undur diri dari ruangan itu.
"Jadi meeting Ram?" Ejek Doni dengan menaikkan satu alisnya.
"Diem!" Sentak Rama dengan wajah kesalnya, "nanti malem gak perlu lu ke rumah gue. Gak usah ajak Naya pergi kemanapun itu." Peringat Rama yang tak dihiraukan oleh Doni.
"Bodo..... Amat....." Ucap Doni tanpa takut.
---
"Sayang... Om dateng." Ucap Doni dengan suara riangnya memasuki rumah Rama.
"Don.... Heh! Udah dibilang jangan ke rumah, kenapa ke sini?! Heh Don!" Sentak Rama yang mengejar langkah lebar Doni.
"Apa sih?" Tanya Doni ketika Rama mencekal tangannya.
"Ngapain kesini? Udah dibilang kan jangan kesini." Ucap Rama penuh penekanan.
"Gue mau ketemu Naya dulu. Kalau emang gue gak boleh ke sini lagi nanti malem, seenggaknya gue bilang ke Naya. Biar gak dibilang php, Ram." Rama diam lalu melepaskan cekalan tangannya.
"Sayang..... Om dateng nih." Panggil Doni mendayu, Bella yang mendengar suara Doni langsung menghampirinya.
"E... Mas Doni, cari Naya ya? Sebentar ya aku panggilin dulu." Ucap Bella yang diangguki Doni.
"Sayang, suamimu dateng ini. Kenapa yang digubris malah Doni sih?" Gerutu Rama ketika Bella asik menaiki undakan tangga dengan senyum semringah. "Sayang....." Panggil Rama lagi yang akhirnya membuat Bella menoleh.
"Sebentar ya Masnya aku, aku ke kamar Naya dulu." Ucap Bella sambil melambaikan tangannya.
"Kenapa sih si Bella. Gara-gara lu pokoknya." Ucap Rama sengit menatap Doni penuh kebencian.
"Gue, lu salahin. Salahin tuh sifat iri dengki lu yang mendarah daging sama gue. Jangan salahin gue kalau Naya lebih sayang ke gue daripada lu!" Rama mengepalkan tangannya karena memang kesal dengan fakta yang ada. Doni selalu menjadi tumpuan harapan Naya ketika Rama enggan mewujudkannya.
"Lu selalu begitu Don. Hargai kek gue sebagai Papanya Naya di sini, terus aja lu begitu." Gerutu Rama lalu duduk untuk meredakan emosinya.
"Kapan gue gak menghargai lu? Gue selalu menempatkan diri bagaimana gue harus bersikap Ram. Gue akan dengerin semua apa yang menjadi keluh kesah Naya, gue gak akan memotong sedikitpun. Gue akan arahkan kalau dia salah, tapi kalau gue rasa dia benar, kenapa gak gue wujudin apa yang dia pengen. Sesimpel itu Ram kalau lu mau tau apa yang bikin anak lu seneng. Perasaan Naya sama Bella itu beda tipis. Bella udah dewasa, dia bisa menekan ego lalu nerima masukan lu. Beda sama Naya, dia masih kecil, labil, emosinya naik turun. Kalau bukan kita yang dengerin, siapa lagi? Emang lu mau Naya lebih nyaman sama orang lain daripada kita yang sebagai keluarganya?"
Rama diam mencerna semua ucapan Doni. Dia kini baru menyadari bahwa Naya memang menuruni sifatnya yang keras kepala dan sulit diatur. Semua apa yang diinginkan harus terwujud. Tidak ada kata tidak untuknya, semua menjadi kata 'harus dan bisa' jika dia ingin.
"Kenapa diem? Baru sadar? Jangan cuma fokus ke Bella dan si kembar. Naya juga butuh perhatian lu, Naya spesial Ram. Inget Ram, gak semua masalah bisa Naya ceritain ke lu ataupun Bella. Apa salah gue maju paling depan ketika dia stak dan cuma diem bengong di tempatnya? Maaf bukan maksud menggurui, gue juga belum berpengalaman untuk menjalani hubungan. Apalagi dalam rumah tangga atau bahas anak. Hehe gue sok tau ya jadinya." Rama menggelengkan kepalanya.
"Enggak Don, apa yang lu bilang emang bener. Gue memukul rata antara Bella dan Naya. Padahal umur Naya jauh lebih dibawah Bella. Ini salah gue, gue janji akan lebih dengerin Naya dan semua keluh kesahnya." Janji Rama lalu matanya berembun. Rama menyadari kesalahannya dan tak kuasa menahan air matanya.
"Jangan nangis! Udah tua lu ngapain nangis?" Ejek Doni yang membuat Rama memukul bahunya.
"Pa...." Panggil Naya lalu duduk disamping Rama. "Papa kenapa?" Tanya Naya khawatir. Rama tak mampu lagi tak mrngeluarkan air matanya. Rama memeluk erat putrinya dan berulang kali meminta maaf.
"Maafin Papa, Nak. Maafin Papa." Ucap Rama disela isakannya.
"Papa minta maaf kenapa? Harusnya aku yang minta maaf Pa." Ucap Naya lalu membalas pelukan Rama.
"Papa ijinin kamu nanti keluar sama Om Doni." Ucap Rama tiba-tiba yang mengejutkan Bella maupun Naya.
"Tapi maaf sayang, Om nanti malem gak bisa ke sini." Naya mengurai pelukannya lalu menatap kesal ke arah Doni.
"Terus yang nganterin aku siapa Om?" Tanya Naya dan reaksi Doni hanya menggelengkan kepalanya. "Ya udah kalo begitu aku dianterin Bagas atau Angga aja gak masalah. Mereka pasti mau." Ucap Naya sengaja menggoda Doni dan ingin mengetahui seberapa dalam perasaan Doni padanya.
"Jangan! Jangan dianterin mereka. Om aja yang nganterin." Pekik Doni yang membuat Bella terbahak mendengar kegelisahan Doni.
"Saingan sama anak muda ya Don. Jangan macem-macem makanya." Ejek Rama lalu menarik lembut tangan Bella agar mengikuti langkahnya. "Yang mandi yuk." Ajak Rama sambil mengeraskan suaranya.
"Papa! Omongannya kan." Teriak Naya yang membuat Rama makin terbahak.
"Sayang kita mandi bareng juga yok." Tawa Rama seketika langsung terhenti. Langkahnya tiba-tiba berbalik arah dan melangkah dengan tergesa.
"Apa lu bilang?" Tanya Rama.
"Mandi bareng."
"Nikah aja belum mau mandi bareng. Sini pala lu gue jedotin dulu." Ancaman Rama tak serta merta membuat Doni takut. Doni malah menyerahkan diri dan merapatkan jarak mereka.
"Ayo sayang disuruh nikah kita." Naya melotot mendengar ajakan Doni.
"Om" ucap Naya sambil menggeleng.
"Ram, emang salah kalau kita mandi bareng? Kan biar lebih cepet dan efisien waktu." Rama mencengkeram kerah Doni. Matanya memerah menampakkan kemarahan.
"Mas udah dong, Mas Doni lagi bercanda aja kali." Lerai Bella.
"Emang dasar orang kalau udah tua mah sensian Bel. Gak bisa diajak ngomong santai. Padahal kan artian mandi bareng gak selalu satu ruangan, iya kan Bel?"