21. Sebuah Rencana

1030 Kata
"Gimana Om udah selesai masalahnya?" Tanya Naya ketika menghubungi Doni di malam hari. "Udah Yang, lumayan parah kondisinya. Kamu kok belum tidur?" Tanya Doni. "Belum, sebentar lagi. Om kapan pulang?" Tanya Naya yang sudah merindukan Doni. "Kemungkinan setelah ada orang yang mau beresin dapur dulu, baru nanti Om pulang ke Jakarta." Jelas Doni. "Lama dong, emang kapan orang yang mau betulin dapur dateng?" "Besok lusa Yang, kenapa?" Terdengar helaan napas Naya yang didengar oleh Doni. "Sabar ya, Om langsung pulang kok kalau udah ada yang handel. Om mau memastikan semuanya dulu." Doni mencoba memberi Naya pengertian agar kekasih kecilnya ini tidak merajuk. "Lama.... Besok kuliah aku libur. Aku ke sana ya naik pesawat, nanti biar dijemput Pak Man di bandara." Rengek Naya yang membuat Doni kembali berpikir, bagaimana caranya agar Naya tidak datang dan memaksanya pulang ke Jakarta. "Jangan!" Ceplos Doni cepat yang membuat Naya meradang. "Kenapa? Om mau ketemu cewek-cewek emang? Sampek aku mau ke sana gak boleh?" Sentak Naya yang membuat Doni memejamkan mata karena kesalahpahaman kembali terjadi. Terlebih jarak mereka yang jauh membuat Doni makin bingung bagaimana caranya untuk membujuk Naya nantinya. "Cewek-cewek gimana sih? Cewek mana? Pikiran kamu kenapa jadi kesana-kemari sih Yang? Kurang-kuranginlah mikir negatif ke Om, Om kan udah bilang kalau ke sini kerja." Bujuk Doni lembut dengan tujuan agar Naya luluh dan tak mempermasalahkannya lagi. "Tapi kenapa aku gak boleh ke sana?" Naya mulai berdrama mencari setitik kesalahan dari Doni. "Ya karena Om ke sini bukan untuk main, tapi kerja. Kamu ngerti?" Ucap Doni gemas pada Naya. "Ngerti, tapi aku kangen Om." Rengek Naya yang langsung membuat Doni mengubah panggilan suara menjadi panggilan video. "Kangen kan? Yaudah ini udah liat wajah Om yang ganteng paripurna ini kan? Udah puas sayang?" Ucap Doni sambil menampilkan wajah lucunya. "Inget umur Om." Ucap Naya terbahak mengejek Doni yang kini membuat wajah lucu. "Tapi suka 'kan?" Naya mengangguk sambil memberi jari telunjuk dan ibu jarinya yang menjadi satu membentuk love. "Yaudah sekarang bobok, udah malem." Titah Doni yang mendapat gelengan kepala dari Naya. "Terus maunya apa? Om capek banget hari ini rasanya." Ucap Doni agar Naya segera mengakhiri panggilan mereka. "Coba arahin kameranya ke semua sudut ruangan." Pintanya tanpa banyak bicara Doni langsung mengabulkan. "Sudah tuan putri. Ada lagi?" Naya menggeleng lalu mengakhiri panggilan mereka. "Susah emang kalau pikirannya kemakan gosip terus." Monolog Doni sambil meletakkan ponselnya di atas nakas. --- Naya menuju ruang kerja Rama, masuk tanpa mengetuk pintu yang membuat Rama dan Bella terjengkit kaget. "Kak ketuk dulu dong!" Teriak Rama karena terkejut. "Ups maaf." Ucap Naya sambil menutup rapat matanya. Bella langsung membuang muka karena pipinya kini semerah tomat. "Ada apa ke ruangan Papa malem-malem?" Tanya Rama ketika sudah bisa menguasai diri. "Maaf Pa, Ma, aku gak tau." Ucapnya masih tetap dengan mata terpejam. "Iya gak apa-apa, sekarang boleh buka mata." Titah Rama yang membuat Naya membuka matanya. "Ma maaf ya, aku gak tau kalau ada Mama di dalem." Bella mengangguk lalu melambaikan tangannya agar Naya segera mendekat. "Sini Kak, lain kali ketuk dulu ya. Kalau yang di dalem Mama mah gak apa-apa. Tapi kalau temen Papa kan gak enak." Naya mengangguk lalu menyatukan kedua tangannya sebagai permintaan maafnya. "Terus kamu malem-malem ke ruangan Papa mau ngapain?" Tanya Bella. Naya menoleh menatap Rama yang juga sedang memperhatikannya. "Ada apa?" Tanya Rama ketika Naya tak kunjung membuka suara. "Aku mau ke Surabaya boleh?" Tanya Naya takut-takut. "Nyusul Doni?" Naya mengangguk membenarkan pertanyaan Rama. "Boleh Pa?" Rama meminta persetujuan dari istrinya, Bella menjawabnya hanya dengan gedikan bahu yang menandakan semua keputusan ada ditangan Rama. "Sama siapa?" Naya mendongak menatap Bella. "Sendiri." Bella menggelengkan kepalanya ketika mendengar Naya akan berangkat seorang diri menuju Surabaya. "Jawabannya enggak." Ucap Rama ketika melihat reaksi Bella. "Aku udah gede Pa. Kenapa enggak boleh?" Protes Naya ketika menoleh ke arah Rama dan Bella bergantian. "Kenapa harus nyusulin Doni?" Tanya Rama yang kini tatapannya setajam belati. "Ya pengen aja sekalian jalan-jalan." Ucap Naya enteng. "Gak mungkin, kamu ngapain nyusul-nyusulin Doni?" Naya hanya diam ketika mendapat pertanyaan seperti itu. Tak mungkin juga dia mengatakan hal yang sebenarnya pada Rama maupun Bella untuk saat ini. "Pengen main ke Surabaya Pa, kenapa sih pada gak percaya banget. Kan di sana juga ada Om Doni, jadi sekalian aja." Kilah Naya yang membuat sepasang suami istri itu saling tatap. "Gak mungkin!" Ucap keduanya kompak. "Yang penting aku udah ijin, besok aku berangkat naik pesawat." Ucap Naya sambil melenggang pergi. "Eh Kak, besok kita ke sana rame-rame aja ya. Tapi abis itu pulang lagi, karena Papa banyak kerjaan." Naya hanya mengangguk dan berlalu pergi. Datang tanpa mengetuk pintu, pergi tanpa berpamitan. Namun senyumnya terkembang karena kedua orangtuanya memberi izin. --- Doni mencoba menghubungi Rama setelah panggilannya dengan Naya berakhir. Namun usaha Doni tidak mendapat respon baik dari Rama. "Kemana sih? Perasaan lagi banyak proyek kenapa gak megang hp?" Geruru Doni tetap menghubungi Rama. "Jangan sampek si kecil kabur ini, bisa bahaya." Gumam Doni. Akhirnya Doni meninggalkan pesan pada Rama, agar nanti ketika Rama membuka ponselnya tahu akan maksud dirinya menghubungi. [Naya ngerengek mau nyusul gue besok Ram, tolong kondisikan ya. Di sini gue masih ada urusan.] Pesan yang diharapkan Doni agar Rama membantunya memberi pengertian pada Naya. Rama yang memang tidak menanggapi ponselnya yang terus berdering, akhirnya melirik sinis ketika Naya sudah keluar dari ruang kerjanya. 'Kumat ni anak ngapa lagi dah.' batin Rama ketika melihat nama Doni memenuhi layar kuncinya. Rama mengambil ponselnya lalu membuka pesan dari Doni. Sebuah pesan penolakan yang ditujukan agar Naya tidak datang menemui Doni, kini membuat Rama bingung. Pasalnya Rama sudah terlanjur mengatakan jika nanti mereka akan ke sana bersama-sama. Namun pesan dari Doni membuatnya kini menatap Bella yang penasaran akan isi dari pesan pada ponsel Rama. "Ada apa Mas?" Tanya Bella ketika melihat perubahan wajah Rama. "Nih liat." Ucap Rama sambil menyerahkan ponselnya pada Bella. "Nah loh kita terlanjur bilang mau ke sana besok Mas, terus ini gimana?" Tanya Bella yang juga dilanda kebingungan. "Ya mau gimana lagi, kita tetap akan ke sana tapi tujuannya kita ganti dengan arti benar-benar berlibur. Gak ke tempat Doni." Bella mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti dengan maksud Rama. "Masalahnya anak kita gak akan mau Mas, tau sendiri kan Naya gimana anaknya." Rama juga ikut membenarkan ucapan istrinya.

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN