Belum Saatnya Rahasiaku terungkap

1876 Kata
Bima menatap wajah Laura yang tertidur di pelukannya. Aktivitas penuh keintiman yang mereka lakukan tadi, membuat Bima yakin,meskipun mereka telah terpisah dua puluh tiga tahun, tapi Bima dan Laura tetap memiliki perasan yang sama. Perasaan saling mencintai dan saling menyayangi selalu ada di hati mereka meskipun terpisah benua. Bima selalu tahu bagaimana membuat seorang Laura luruh padanya. Pesona Bima memang tidak pernah bisa ditolak Laura, meskipun Bima yakin, Laura berusaha kuat menolaknya beberapa hari ini, karena tidak ingin dikatakan wanita yang menyebabkan Bima bercerai, tapi pertahanannya luruh total ketika Bima dengan cintanya menyajikan semua makanan kesukaan Laura saat mereka kuliah dulu . Memori indah tentang masa itu pasti membuat hati Laura membuncah bahagia dan membuat pertahanannya luluh lantak sehingga dia langsung mencium bibir Bima dan berakhir mereka bercinta untuk pertama kalinya setelah terpisah lama. Dulu sekali, saat Bima dan Laura pertama kali melakukannya di sofa yang ada di ruang tamu Laura. Saat itu mereka masih dua puluh dua tahun dan sama-sama belum pernah melakukannya, tapi dua puluh tiga tahun kemudian, saat mereka melakukannya kembali di usia empat puluh lima, Laura telah benar-benar menguasai semua gerakan. Setiap gerakannya membuat Bima kehilangan kewarasannya. Bima masih membayangkan tubuh Laura yang melengkung indah ke belakang untuk memegang betisnya agar Laura bisa bergerak penuh irama sehingga Bima bisa terpuaskan. Laura benar-benar luar biasa. Belum pernah Bima merasakan sensasi bercinta yang sedahsyat ini. Rasanya seluruh urat-urat intimnya berdenyut kencang merasuk ke setiap aliran darahnya. Tadi Bima ingin meremas semua bagian tubuh Laura, terutama bukit kenyal milik Laura, sambil menatap bukit itu bergoyang penuh irama. Tapi Laura tidak mengijinkan Bima membuka kaosnya. Mengapa?? Apakah ada yang berubah dari tubuh Laura? Apakah Laura pernah melakukan Masektomi ( Pengangkatan p******a karena kanker) jadi Laura minder memperlihatkan payudaranya kepadaku. Apakah Laura juga sedang sakit? Jangan Tuhan, jangan biarkan Lauraku sakit. Aku tidak kuat, kalau harus berpisah lagi darinya. Melihat Laura yang masih tertidur lelap. Pelan-pelan tangan Bima memasuki kaos gombrong Laura dari bagian ketiaknya. Tangan Bima berhasil menyentuh bagian pinggir bukit kenyal itu. Kelihatannya baik-baik saja. Bukit itu masih terletak indah di sana. Apakah mungkin bagian kuncupnya saja yang dipotong, tidak keseluruhan bagian? Bima sangat penasaran. Dia lalu memasuki lebih dalam lagi . Laura tampak mengeliatkan badannya, tapi dia tidak terbangun. Bima kembali menjulurkan tangannya untuk meraba puncak bukit milik Laura dan tanpa sadar, Bima memutarnya. Darahnya langsung berdesir. Putaran di puncak bukit itu juga membuat Laura semakin menggeliat. Bima lupa, kalau tujuannya memasukkan tangannya hanya ingin memeriksa apakah Laura melakukan operasi p******a, Bima malah sekarang asyik memainkan puncuk Laura itu sambil membayangkan alangkah nikmatnya, bila bisa kugigit dan kumainkan dengan lidahku. Laura semakin menggeliat karena sentuhan penuh rangsangan itu. “ Apa yang kamu lakukan Bim?’ Tanyanya dengan suara sengau. “ Kamu sudah bangun? Maaf aku….” Kata Bima terbata-bata. “ Masih kepingin?” Tanya Laura menggoda Bima “ Apakah boleh?” Balas Bima. “No.” Jawab Laura sambil tersenyum dan mencium bibir Bima. “ Kita uda tidur berapa lama,nih. Bim?” Tanya Laura sambil memeluk Bima “ Satu jam. Lima belas menit lagi jam lima.” Kata Bima. “ Ra..” Panggil Bima pelan. Bima memutuskan akan bertanya kepada Laura mengapa dia tadi tidak membuka baju kaosnya. “ Hmmm…” Jawab Laura. “ Kamu kenapa nggak boleh, aku membuka bajumu? Apa kamu baik-baik saja? Kamu tidak sakit kan?Kamu tidak masektomi kan? Payudaramu masih lengkap kan? Kamu nggak kena kanker p******a kan?” Tanya Bisa bertubu-tubi dengan nada khawatir. Laura menatap Bima sambil tersenyum. Lelaki ini ternyata sangat mengkhawatirkan dirinya. Mana mungkin aku membuka bajuku padanya, kalau dengan membuka baju, Bima akan segera tahu kalau aku menyimpan satu rahasia besar darinya. Rahasia yang harus aku simpan dulu, karena saatnya belum tiba. “ Aku sehat kok Bim. Alasanku sama seperti yang aku katakan tadi, karena kamu juga tidak membuka kemejamu dan aku belum nyaman aja membuka kaosku. Nanti ya, kalau kamu sudah resmi bercerai.” Kata Laura beralasan. “ Kamu benaran tidak sakit kan? Jangan bohongi aku ya, Ra. Kamu benaran sehat kan?” Tanya Bima penuh kekhawatiran. “ Aku sehat lahir bathin, Bim. Aku hanya belum nyaman aja.” Kata Laura sambil menundukkan kepalanya tidak berani memandang mata Bima. Karena kalau menatap Bima, Bima akan langsung tahu kalau Laura berbohong. “ Kalau kamu sakit, jangan tutupi dari aku ya, Ra. Pasti aku akan mengusahakan segala cara supaya kamu sembuh. Kalaupun kamu harus di masektomi juga nggak apa-apa. Aku tidak perlu tubuhmu yang sempurna, aku hanya perlu dirimu.” Kata Bima dan Laura semakin terharu. “ Aku dokter, Bim.Kalau aku sakit, pasti aku akan bisa mencari cara untuk menyembuhkan diriku dong. Kamu tidak usah khawatirkan aku. Nanti kalau sudah tiba saatnya, saat aku nyaman, aku akan memperlihatkan seluruh tubuhku untukkmu.” Kata Laura. “ Kamu udah mau makan malam belum , Bim?” Tanya Laura. “ Yuk. Kamu pasti uda kepingin makan soto dan semua makanan kesukaanmu ,ya?” “Iya dong. Tapi aku mandi dulu ya . Kamu juga mandi dong, kan enggak enak lengket begitu.” Kata Laura sambil mengedipkan matanya menggoda Bima. “Kamu bukannya lap in supaya nggak lengket. Langsung aja tidur tanpa menghiraukannya lagi setelah menikmatinya.” Kata Bima terkekeh-kekeh. “ Oh lala. Bimaku yang manja. Iya ntar lain kali aku lap in dan kubungkus kek mummi, biar nggak lengket.” Kata Laura. “ Malam nanti, lagi yuk. Kali ini biarkan aku yang bergerak. Aku katamu uda baik-baik saja. Tadi saat di tensi setelah melakukan aktivitas penuh gelora itu, tensiku tetap bagus. Jadi uda tidak apa-apa kalau aku yang bergerak.” Kata Bima. “ Jangan ya, Bim. Sehari sekali aja dulu. Kalau kamu uda dapat donor sumsum baru boleh deh, dua tiga kali sehari, asal kuat aja kamu.” Kata Laura bangkit dan langsung masuk ke kamar mandi. Di kamar mandi. Laura menghela nafas panjang. Saat dia membuka kaosnya dan memandang tubuhnya di depan cermin. Tampak sebaret panjang bekas operasi di bawah perutnya. Sebenarnya inilah alasannya, tidak bisa membuka bajunya di depan Bima, karena kalau Bima melihatnya, Bima pasti akan segera tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Belum saatnya dia menceritakan rahasia itu kepada Bima. Laura ingin Bima bisa konsentrasi dulu menghadapi transplatasi donornya. Nantilah setelah Bima resmi bercerai dan kalau tidak ada donor yang sesuai untuknya dari keluarganya, baru Laura akan mengungkapkan semuanya kepada Bima agar tidak ada yang tersakiti, Selesai mandi, Laura keluar menuju kamar Bima. Bima yang juga baru selesai mandi, memakai kamar mandi di ruangannya tampak segar menunggunya di ruang makan. Sop durian yang tadi ditaruh di freezer, segara Laura keluarkan. Tenggorokannya rasanya sudah tidak tahan ingin menikmati minuman lezat yang dulunya sangat dia sukai dan sudah dua puluh tiga tahun dirindukannya. “ Jangan makan dulu es durennya. Kamu belum makan apa-apa. Perutmu harus diisi dulu sebelum makan sop duren, nanti kamu sakit perut lagi. Asam lambung mu naik lagi ntar.” Kata Bima. “ Wah, kamu masih ingat, asam lambungku sering naik kalau salah makan.” Kata Laura terharu. “Nggak ada yang kulupa tentang dirimu, Ra. Semuanya aku ingat. Kamu yang sering muntah kalau asam lambungmu naik, kamu yang suka sakit kepala kalau hari pertama mens. Kamu masih seperti itu kah ?” Tanya Bima penuh perhatian. “ Muntahnya uda jarang. Hanya saat-saat tertentu saja kalau salah makan.” Kata Laura kembali duduk setelah memasukkan sop duriannya ke freezer, mengikuti saran Bima. Mereka makan berdua sambil mengenang masa lalu. “ Rasanya masih sama ya Bim, Sotonya ini. Bapaknya masih jualan?” Tanya Laura. “Sekarang kata Hendra, yang jualan adalah anaknya. Bapak-bapak yang jualan dulu sudah sepuh Jadi usahanya dilanjutkan oleh anaknya.” “ Bim, besok malam, aku kembali tidur di Villa ya.” Kata Laura . “ Kenapa?” “ Kan keluargamu semua sudah datang, aku nggak enak tetap tidur di sini. Nanti aku dikira dokter tidak professional.” Kata Laura. “ Justru kamu akan dibilang dokter yang berdedikasi kepada pasiennya karena selama dua puluh empat jam mengawasi aku.” Sanggah Bima. “ Aku juga nggak enak sama Ratna dan nggak nyaman sama mamamu.” Kata Laura. “ Nggak boleh ! Kamu harus tetap di sini. Aku besok akan ngomong ke papa, mama , papanya Ratna dan ke Abirama, kalau aku dan Ratna akan bercerai. Tapi aku tetap tidak akan menyebutkan tentang dirimu dulu. Nanti aja kalau selesai transplantasi baru akan aku ungkapkan semua tentang kamu dan juga saat itu aku akan menyuruh mama minta maaf pada tante Lestari. Begitukan yang kamu mau?” Kata Bima menyusun rencana. Laura terdiam , tapi hatinya benar-benar tidak nyaman. “ Bim. Aku balik ke Villa aja deh. Aku benar-benar nggak nyaman, Bim.” Bujuk Laura lagi. “Villa yang kamu tempati, akan ditempati oleh Papanya Ratna beserta istrinya dan adik Ratna, Kellen.” Kata Bima. “ Aku ke Villa Yulia aja. Di sana kan masih kosong dan ada satu kamar lagi.” Pinta Laura “ Kamu tetap tidur di kamar sebelah aja. Nanti kamu keluar masuk dari pintu depan nya, jadi kamu nggak perlu banyak bertemu mamaku. Pintu terhubung ini, kita tutup kalau pagi sampai siang, kalau kamu nggak nyaman. Nanti malam baru kamu buka. Nanti aku bilang ke semuanya, supaya kamu lebih mudah memantauku saja , karena takut ada efek samping saat pengambilan sumsumku. Uda kamu tenang aja, aku yang atur nanti.” Kata Bima sambil menghela nafasnya. “ Maafkan aku ya, Ra. Membuat kamu serba salah seperti ini. Aku ngerti kok semua ketidaknyamanmu. Aku ngerti kamu mengambil resiko yang sangat besar untuk dikata-katai sebagai perempuan perebut suami orang dengan kondisi kita saat ini.Aku akan segera menyelesaikan masalah perceraianku agar kamu bisa kembali ke sisiku tanpa kita harus backstreet seperti ini.” Kata Bima sambil menjulurkan tangannya untuk mengenggam tangan Laura. Laura juga menghela nafas. Keadaannya sekarang maju kena, mundur pun kena. Dia tidak bisa lagi berpaling karena dia tidak lagi bisa menahan rasa rindu dan cintanya untuk Bima. Tapi memikirkan besok, saat semua keluarga besar akan datang, bena-benar membuat hati Laura tidak nyaman. “Bim, ada ruangan perawatan seperti kamar ini, yang kosong lagi kah?” Tanya Laura untuk mengalihkan pikirannya tentang besok. “ Untuk apa?” Tanya Bima. “ Aku perlu satu ruangan untuk mengambil sample darah dan test bagi semua keluargamu dan keluarga Ratna. Nggak mungkin kulakukan di kamarmu. Kamu pasti akan terganggu.”Kata Laura kembali ke nada professional sebagai seorang dokter. “ Coba kamu atur dengan suster yang paling senior dan tanya, ruangan mana yang masih tersedia. Kalau full semua berarti harus pakai ruang istirahat dokter.” Kata Bima. “ Okay, besok akan ku atur dengan suster senior. Jam berapa mereka semua akan tiba?” Tanya Laura. “ Sekitar jam satu siang . Aku uda suruh Yulia untuk bawa seluruh rombongan makan dulu di Medan sebelum ke Sibolangit. Nanti Yulia yang akan menjemput mereka dari airport ” Kata Bima. “ Okay,Bim. Aku percaya kamu sudah mengaturnya dengan baik. Tugasku hanya menemukan sumsum yang cocok denganmu. Urusan lainnya akan aku serahkan kepadamu.” “ Iya, kamu tenang saja. Aku pasti akan menyelesaikan semuanya dan kita akan segera hidup bersama. Karena aku tidak bisa lagi berpisah darimu.” Kata Bima dengan tatapan mata penuh cinta. Laura menganggukkan kepalanya tapi hatinya berdebar keras, karena dia merasa, tidak segampang itu hubungannya dengan Bima. Pasti banyak lagi cobaan dan rintangan yang menghadang di depan mereka. Semoga kekuatan cinta kami bisa mengatasi semua rintangan dan cobaan itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN