Pesonamu Membuatku Lupa Diri

1855 Kata
Laura dan Bima berada di gazebo putih The Hill sekitar dua jam . Mereka saling mengenggam tangan dan saling memeluk, menikmati suasana danau yang sangat indah. Dalam bayangan mereka, mereka kembali seperti zaman kuliah di UI dulu yang duduk bersama sambil memandangi Danau Kenanga UI. Setelah menikmati makan siang nasi goreng, itupun hanya sepiring berdua. Mereka kembali ke klinik. Karena sekarang saatnya Bima kembali harus di tensi. Ini adalah tensi terakhir Bima setelah pengambilan sumsumnya. Setelah itu, Bima hanya perlu diobservasi saja karena berarti pengambilan sumsum itu, tidak ada efek samping bagi tubuh Bima Sekarang mereka kembali menuju perjalanan ke Klinik Aditya dengan motor gede Bima yang meraung membelah jalanan berliku di Sibolangit. Sebuah Mobil Ambulance mengikuti mereka dari kejauhan. Bima sepertinya telah memikirkan segalanya agar perjalanan rendevouz mengulang masa lalu mereka ini tetap aman dan tidak membahayakan jiwa Bima. Laura turun dari Harley Davidson, Bima . Menyerahkan helm ke Bima dan langsung berjalan masuk menuju ruangan klinik. Bima mengikutinya dari belakang sambil tersenyum-senyum. Laura pasti akan terkejut melihat apa yang telah dipersiapkan Hendra berdasarkan perintah Bima di kamar medis Bima. Menatap punggung Laura yang berjalan di depannya sudah membuat hati Bima membuncah senang . Bagaimana aku bisa melewati hidup selama dua puluh tiga tahun tanpa Laura di sisiku? Bagaimana aku bisa hidup tanpa kebahagiaan ? Mengapa aku bisa bertahan begitu lama? Setiap hari menjalani hari-hari sibuk bagaikan robot untuk mencapai kesuksesan demi kesuksesan demi menemukan Laura. Tapi semua ketidak bahagiaan itu, terbayar sekarang. Terbayar saat menatap punggungnya dan rambut sebahunya yang berayun-ayun berjalan menuju kamar perawatanku. Kebahagiaan yang akan kami rengkuh bersama setelah aku meresmikan perceraian dan aku akan segera menikahi Laura. Laura berhenti di nurse station sambil menyerahkan sekotak pastry yang tadi dia pesan untuk para suster di The Hill. Bima tadi menganggukkan kepalanya tanda setuju, ketika Laura berkata akan membeli sekotak pastry untuk para suster. “Sus.. Ini oleh – oleh yang kubawa untuk kalian. Pastry dari The Hill. Pak Bima yang traktir loh.” Kata Laura. “Wah.. Uda lama kami ingin menikmati pastry The Hill yang memang terkenal enak. Terimakasih dokter Laura.” Kata mereka serempak. “ Jangan terima kasih sama saya. Bukan saya yang bayar. Terimakasihnya ke Pak Boss.”Kata Laura sambil terkekeh ketika mendengar langkah kaki Bima, yang hampir mencapai nurse station. Dan semua suster langsung berkata serempak seperti paduan suara. “ Terimakasih Pak Bima untuk pastrynya. Tahu aja Bapak, kita belum pernah menikmati pastry lezat dari The Hill.” “ Bu dokter yang minta saya beliin buat kalian.” Kata Bima sambil tersenyum pada Laura. “Terimakasih dokter Laura.” Kata mereka sekali lagi dan Laura hanya menunjukkan jempolnya lalu mengikuti langkah Bima kembali ke ruang perawatannya. Salah seorang suster menghentikan langkah Laura. “ Dokter, saya aja yang mengukur tekanan Pak Bima atau dokter Laura?’ Teriaknya. Bima langsung menghentikan langkahnya dan menjawab dengan tergesa-gesa. “ Dokter Laura aja!” Aduh, bisa berantakan kejutannya kalau suster yang masuk ke kamar perawatanku, pasti sang suster akan terheran-heran. Bima menanti Laura di depan kamar perawatannya. Bima membiarkan Laura membuka pintu kamar dan Laura melangkah masuk dan suara merdunya langsung terdengar. “Apa lagi yang kamu lakukan, Bima?” Bima langsung menutup pintu dan memutar kuncinya , lalu tersenyum penuh misteri. Mata Laura benar-benar kaget melihat meja makan yang terletak dekat rak buku, penuh dengan makanan. Bima langsung mendorong bahu Laura untuk berjalan mendekati meja makan bundar tersebut. “ Oh No.. Bima. What are you doing? Kamu ini benar-benar luar biasa.” Kata Laura sambil menutup mulutnya ketika melihat semua hidangan yang tersedia itu. “Bagaimana kamu melakukannya? Mengapa kamu tahu aku merindukan makanan-makanan ini?” Tanya Laura dengan mata berkaca-kaca. Bima memeluk pinggang Laura dan berbisik di telinganya. “Aku ingin membuat semua kenanganmu, kepadaku kembali lagi. Ini semua adalah makanan kesukaanmu saat kita kuliah dulu. Yang selalu kita nikmati saat makan siang, sambil bercanda dan mengobrol tentang rencana-rencana masa depan kita.” “Iya, aku tahu ini semua makanan yang ada di kantin UI . Makanan ikonik dari setiap fakultas yang selalu kita nikmati. Saat kita bosan makan di satu fakultas, kita akan pindah di fakultas lain.Ini Nasi Kebuli yang di kantin vokasi, Ini chicken tempura dari Pondok Makan Jawir, Ini ada sop durian dari kedai Fresh Juice di Fakultas hukum.” Kata Laura sambil menunjuk satu-persatu makanan yang tersedia. Semua makanan yang merupakan kesukaan Laura sepertinya di pesan Bima . Yang Laura heran, bagaimana Bima melakukan itu semua? Laura bertanya lagi pada Bima, “ bagaimana kamu melakukannya Bima?Siapa yang membawanya ke sini?” Bima menggandeng tangan Laura dan mendorong pintu penghubung menuju kamar Laura. Mereka duduk di sofa di ujung jendela yang menghadap ke taman. “Aku menyuruh Hendra, terbang jam 10 tadi menuju Jakarta dengan pesawat pribadiku. Lalu sebelumnya Hendra telah menelepon staff umumku di Media Nusantara untuk bermanuver membeli semua makanan kesukaanmu dari 11 fakultas yang dulunya selalu kita nikmati. Itu mereka lakukan selama Hendra terbang dari Medan ke Jakarta. Setelah itu manager umumku mengantar makanan itu ke Bandara Halim Perdana Kusuma, tepat saat Hendra mendarat di sana, lalu mereka serah terima dan Hendra langsung kembali lagi ke sini. Tuh ! Hendra pasti lagi terengah-engah kecapean di ruang istirahat dokter.” Kata Bima sambil terkekeh. “ Aduh Bima, kamu benaran deh.”Kata Laura dengan hati membuncah bahagia. Wanita mana yang tak bahagia diperlakukan bagai putri raja . Hatinya benar-benar berdebar sekarang. Berdebar dengan rasa senang tiada tara. Laura langsung memeluk Bima dan menciumnya bertubi-tubi di dahi, hidung lalu berlabuh di bibir Bima dan merekapun saling mengecup dan bertukar saliva penuh hasrat bergelora. Laura lupa segalanya. Lupa prinsipnya, lupa keteguhannya untuk tidak meniduri laki-laki beristri. Mereka tidak melepaskan ciumannya,saat berjalan menuju tempat tidur di tengah ruangan. Laura langsung mendorong Bima ke tempat tidur, dan menatap Bima penuh hasrat dan penuh cinta. Laura tergesa-gesa membuka celana jeansnya dan Bima menatapnya dengan gelora yang tak tertahankan, tangannya terulur untuk menjangkau Laura. Laura menurunkan kepalanya dan mencium perut Bima lalu membuka kancing celana jeansnya . Bima segera membantu dengan mengangkat bokongnya agar Laura lebih gampang melepaskan celananya. Aduh.. Kenapa celana ini tidak mau diajak kerjasama, susah banget sih dibuka. Bima mengerutu dalam hatinya dan tetap berusaha menurunkan celananya sendiri. Laura tak berhenti mencium bagian perut Bima, dari atas sampai ke bawah dan Bima sudah benar-benar terangsang. Laura memandang Bima dengan rasa sayang membuncah di hatinya. Dia siap memberikan seluruh cintanya untuk Bima. Dia siap menjadi milik Bima seutuhnya. Laura menurunkan tubuhnya dan menyatukan tubuh mereka sambil berbisik. “Biarkan aku yang bergerak. Kamu diam saja, dan nikmati.” Bima mengangguk dengan patuh. Laura bergerak perlahan, tangan mereka saling mengenggam.Semua kerinduan larut dalam sentuhan-sentuhan nan intim itu. Sentuhan penuh kasih sayang dan hasrat yang tertunda selama ini. Bima mendesah dan berbisik. "I Love You.. I will always love you..Oh Laura.. Kamu mambuatku gila." Bima berusaha bangkit dan membalikkan tubuh Laura ke bawah agar dia yang bergerak. Laura menahan tubuh Bima dan dia duduk di perut Bima tanpa melepaskan dirinya dari milik Bima, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu Laura mulai bergerak naik turun sambil melengkungkan badannya memegang betis Bima. Gerakan elastis Laura itu benar-benar menembus seluruh aurat Bima dan dia mengeram “ OH.. Laura.. Oh No. Oh Yes.. Laura please Faster.” Laura mematuhinya dan langsung bergerak liar membelai sendiri semua bagian badannya dan meremas payudaranya. Ketika tangan Bima terulur di antara desahannya untuk membuka kaos Laura agar dia bisa menikmati bukit kenyal Laura. Laura menggelengkan kepalanya tanda dia tidak mau Bima membuka kaosnya. Laura semakin bergerak dan bergerak untuk mengalihkan tangan Bima yang tetap berusaha menggapainya. Dan ketika Bima memicingkan matanya dan mengerutkan dahinya tanda pelepasannya segera datang, Laura membalikkan tubuhnya, kini membelakangi Bima, tanpa sedikitpun melepaskan milik Bima. Laura sepertinya mengikuti latihan pilates sehingga dia begitu luwes dan Laura pun kini bisa bergerak lebih leluasa, karena bertumpu pada betis Bima. Bokongnya bergerak naik turun seperti memompa sampai Bima menjerit tertahan “Oh Laura. You are so great.” Dan sekali lagi Laura membalikkan badannya tanpa melepaskan milik Bima dan menelungkupkan badannya ke badan Bima yang langsung memeluknya erat. Tangan mereka yang satu saling mengenggam dan satunya saling membelai sambil meredakan debaran di hati. “ Kamu ikut pilates ya, Ra? Tanya Bima. “ Iya, seminggu sekali, di sport centre di bawah apartemenku.” Kata Laura dengan nafas memburu. “ Pantesan, badanmu lentur banget, sampai bisa melengkung ke belakang sambil memegang betisku agar bisa bergerak penuh kekuatan dan membuatku menggila, rasanya auratku menembus milikmu sampai relung terdalam. Tidak pernah aku merasakan kenikmatan seperti ini.” Kata Bima sambil mengelus punggung Laura yang masih ada kaosnya. Lalu dia teringat untuk bertanya. “Kenapa aku tidak boleh melepaskan kaosmu, padahal aku ingin menikmati tubuh indahmu sepenuhnya?” Tanya Bima. “ Kamu aja tidak melepas kemejamu, jadi aku juga tidak melepas kaosku. Supaya adil!” Kata Laura yang kini sudah melepaskan diri dari Bima dan berbaring di samping Bima. Sambil diam-diam menggigit bibirnya agar dia tetap bisa menjaga rahasia. Rahasia yang belum boleh aku katakan kepada Bima, Kalau aku membuka kaosku, pasti Bima akan tahu, ada perubahan di tubuhku. “ Aku rindu melihat tubuhmu . Kenangan malam terakhir kita di sofa rumahmu. Masih terbayang-bayang dalam diriku.” Kata Bima perlahan. Mereka berdua terdiam.Mengingat malam itu, saat Bima mengantar Laura pulang dari makan malam mereka di Hotel Indonesia. Saat itu Laura dan Bima, masuk ke rumahnya untuk berbicang dan Bima juga sudah berkenalan dengan mama Lestari. Keadaan rumah sepi hanya tinggal mereka berdua, karena mama Lestari sedang ada pasien yang akan melahirkan dan sudah berangkat ke rumah sakit. Suasana yang romantis dan rasa cinta yang mengebu-ngebu, membuat mereka berdua lupa diri dan Laura menyerahkan keperawanannya kepada Bima yang juga melepas keperjakaanya untuk Laura. Mereka larut dalam nuansa penuh cinta di sofa coklat di rumah Laura. “ Kita bicarakan masa kini aja, masa lalu itu harus kita lupakan.” Kata Laura membalikkan badannya menghadap Bima dan Bima hanya mengangguk. “ Bim, kamu benar-benar berhasil meluruhkan semua prinsipku. Kamu adalah satu-satunya lelaki yang pesonanya tidak bisa kulawan. Kamu terlalu luar biasa, caramu mencintai aku dan memperlakukan aku sebagai wanitamu, benar-benar membuat aku mati kutu dan melupakan semua prinsipku untuk tidak tidur dengan suami orang. Bima-Bima, apa yang harus aku lakukan?” Kata Laura sambil memeluk Bima. “ Kamu tidak tidur dengan suami orang. Aku ini suami orang yang hanya terikat selembar surat nikah. Tapi hatiku dan semua cintaku dari dulu sampai sekarang, adalah milikmu seorang. Jadi kamu tidak perlu merasa bersalah. Aku sudah sangat mampu untuk berdiri di kakiku sendiri , Ra. Aku pasti akan memperjuangkanmu sekuat tenagaku. Agar kita tidak terpisah lagi. Agar aku dan kamu bisa hidup berbahagia selamanya.” Kata Bima sambil mencium dahi Laura. Laura terdiam dan berusaha meyakini apa yang Bima ucapkan, kalau dia hanya mengambil kembali cintanya yang dia lepaskan dua puluh tiga tahun yang lalu. Bima selamanya memang miliknya dan dirinya adalah milik Bima seutuhnya. Aku sudah jatuh lagi dalam pesona Bima. Pesona Bima yang selalu membuatku lupa diri. Lupa diri karena aku terlalu mencintainya. Semoga besok saat mama Bima dan keluarganya hadir, tidak ada lagi masalah yang terjadi. Semoga Ratna memenuhi janjinnya untuk dengan rela menceraikan Bima. Mata mereka berdua saling menatap dan bibir keduanya kembali menyatu penuh cinta.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN