Rahasia Laura

2319 Kata
Laura sudah terbangun tepat pukul enam pagi. Laura sebenarnya ingin segera bangkit dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Tapi dia ingat, dia harus memeluk dan memberikan morning kiss dulu kepada Bima yang tertidur lelap di sampingnya agar Bima tidak ngambek dan marah lagi. Laura lalu memajukan kepalanya mengecup ringan pipi Bima dan memeluk pinggang Bima erat. Pagi ini, mungkin adalah pagi terakhir Laura mau tidur bersama Bima, karena semua keluarga Bima akan tiba siang ini. Nggak enak kalau mereka terpergok tidur bersama. Sebenarnya untuk tidur di kamar tepat di samping kamar perawatan Bima saja, Laura sudah merasa tidak nyaman. Terlepas apapun hubungan Ratna dengan Bima yang katanya hanya pernikahan demi selembar surat nikah. Tapi aku ingin menjaga perasaan Ratna agar dia tidak malu dihadapan ayahnya, mertuanya apalagi dihadapan anaknya, Abirama. Jadi lebih baik , aku menjaga jarakku dulu dengan Bima. Kemarin malam saat menjelang tidur, semua alasan itu sudah kusampaikan ke Bima. Tapi taulah Si Bima, dia tetap ngeyel dan suruh aku jangan khawatir dan tenang saja. Semua akan diselesaikannya saat keluarganya tiba besok. Bima merasa saat ini, mama dan papanya tidak lagi berani menentang keinginannya dan dia sudah cukup kuat untuk menghadapi mereka. “ Dulu itu aku masih tak berdaya, Ra. Aku masih tergantung dengan mereka. Tapi sekarang semua sudah aku miliki sendiri. Dan aku sudah sukses memperbesar bisnis ini berkat kepintaranku membaca perkembangan zaman. Jadi aku tidak peduli lagi dan tetap akan bercerai meskipun mereka tidak mengizinkan aku untuk bercerai. Kamu tenang-tenang, konsentrasi jadi dokterku saja. Urusan dengan mama ,papa dan semua orang di keluarga Aditya dan keluarga Prasetyo, biar aku yang urus. Aku tetap akan memperjuangkan kebersamaan kita. Aku akan meninggal dengan rela dan menutup mataku dengan tenang asalkan kamu tetap di sampingku. ” Kata Bima tegas, tapi terdengar nada pasrah di kata terakhirnya. “ Kamu akan sembuh,Bima. Kita pasti akan menemukan donor yang cocok untukmu.” Kata Laura yakin. “ Aku sudah siap dengan kemungkinan terburuk, Ra. Kalau tidak ada donor untukku, juga tidak apa, asal kamu tetap berada di sisiku.” Kata Bima, kali ini dengan nada yang benar-benar pasrah. Bima sudah menyadari, memang tak mudah bagi dirinya untuk menemukan donor sumsum yang cocok dan dia benar-benar sudah pasrah untuk itu. Ada ya Ok , tidak ada juga tak apa, asalkan Laura tidak meninggalkannya. “Sebelum kamu menemukan donor yang cocok, aku tetap akan merawatmu. Aku sudah diperintahkan oleh Prof. Gilbert untuk menyembuhkan kamu kok dan aku tidak perlu kembali sebelum kamu sembuh. Semua pasienku, juga sudah dialihkan kepada wakilku dr. Frederick. Dia dokter yang sangat pintar dan berhasil menjadi wakilku saat usianya baru mencapi empat puluh tahun.” Kata Laura membayangkan sosok Frederick dengan kacamata bundarnya. “ Kamu pernah tidur dengan dia?” Tanya Bima cemberut. “ Nggak lah, tapi dia benar-benar baik dan pintar. Selalu bersedia membantuku dan tak pernah mengeluh betapapun susahnya kasus penyakit pasien yang kami hadapi. Jangan cemberut dong, uda kubilang karena kesibukanku, aku uda lama tidak bercinta dan baru bercinta lagi saat bertemu denganmu kemarin. ” Kata Laura sambil membelai-belai pipi Bima. Baru Bima bisa tersenyum kembali. Mengingat pembicaraan kemarin, membuat Laura tersenyum. Bima memang sangat mencintai diriku. Semua yang dia lakukan saat ini adalah demi mempertahankan aku di sisinya. Semoga semua yang direncanakan Bima untuk mengungkapkan perceraiannya dengan Ratna bisa berjalan mulus dan semoga Ratna bukan wanita penuh drama yang akan bilang iya di depan Bima tapi tidak di belakangnya. Bima tampak mengeliat-geliatkan tubuhnya, lalu menjulurkan tangannya memeluk Laura. “ Kamu sudah bangun, Ra?” Tanyanya lembut. “ Sudah dari tadi.” Bisik Laura. “ Kenapa nggak bangunin aku? Apa yang kamu pikirkan?” Tanya Bima. “ Aku nggak memikirkan apa-apa. Aku hanya melihatmu tidur.” Kata Laura pelan. “ Kamu ingin bercinta denganku?” Tanya Bima dengan mata mengerling menggoda. “Nggak Bim, kita harus menahan diri ya. Apalagi nanti sudah hadir semua keluargamu. Kamu juga jangan tidur di sini lagi mulai malam ini. Aku sudah mengalah, untuk tetap tidur di kamar ini dengan alasan sebagai doktermu. Tapi jangan ngotot minta tidur di sini bersamaku. Kamu tetap di tempat tidur medismu dan aku di sini. Please, Bima jangan lagi ngotot ya.” Kataku mencoba membujuknya. Bima tampak menghela nafasnya, sebelum dia mengangguk. “ Iya. Aku mengerti dan maafkan aku.” Katanya pelan. “ Jangan minta maaf, asalkan kamu mengerti aku sudah senang. Tetaplah memanggilku dokter Laura selama ada keluarga Ratna dan keluargamu dan aku tetap akan memanggilmu , Pak Bima. Dan yang paling penting, jangan tatap aku, dengan tatapan penuh cinta.” Kata Laura “ Memang begitu tatapanku, saat melihat kamu. Aku harus bagaimana dong? Pake kacamata hitam? Biar orang lain tidak menyadarinya?” Kata Bima sambil memelukku erat. “ Pokoknya jangan pandangi aku melulu deh.” Kata Laura sambil membalas pelukan Bima. “ Kita berpelukan sampai jam 7 ya, Ra. Baru bangun, mandi dan sarapan.”Kata Bima. “ Jam 7 Okay, karena aku perlu siap-siap untuk mempersiapkan Test HLA dan Test darahnya. Kamu mau keluargamu duluan di test atau keluarga Ratna?” Tanya Laura. “ Kamu aja yang tentukan, toh mereka semua sudah setuju datang ke sini untuk menjadi donorku. Tapi aku pesimis deh, Ra. Bisa dapat donor yang cocok dari mereka. Sayang ya, aku nggak ada saudara kandung. Katamu peluangnya lebih besar kalau ada saudara kandung dibandingkan anak atau orangtua. Anakpun aku tak punya, karena Abirama bukan darah dagingku.” Kata Bima lirih. Mendengar kata-kata Bima tentang tidak mempunyai anak, Laura menggigit bibirnya dan hanya bisa berkata . “ Aku juga akan test untuk diriku sendiri, Bim. Kalau sumsumku cocok untuk tubuhmu, aku juga bersedia menjadi donormu. Tapi masalahnya, kalau aku cocok, siapa yang akan melaksanakan tranplantasi itu? Karena aku tidak mungkin menyuntik diriku sendiri. Kalau aku cocok Bim, satu-satunya dokter yang kupercayai untuk mengambil sumsumku adalah dokter Frederick. Bersediakah kamu memanggilnya ke Indonesia, kalau sumsum ku cocok untukmu?” Tanya Laura “ Okay, kalau kamu yang cocok, aku akan minta dokter Frederick yang datang ke Indonesia. Tapi aku berharap, kamu tidak cocok Ra, biar orang lain aja yang cocok, biar kamu yang melakukan semuanya untukku.” Kata Bima. “ Kita nggak bisa memilih Bim, semua peluang harus kita ambil, demi mendapatkan donor sumsum yang cocok untukmu.” Kata Laura dan kalau semua keluargamu tidak ada yang cocok, aku baru akan mengusahakan upaya terakhir, meskipun itu pasti akan membuatmu marah. Bathin Laura sambil mengigit bibirnya kembali. +++ Laura berjalan menuju ruang lab setelah sarapan bareng Bima di ruang perawatan medis Bima. Tadi, Bima dan Laura saling memeluk sampai jam tujuh pagi. Bima benaran tidak mengijinkan Laura beranjak sedikitpun dari pelukannya, padahal Laura sudah kebelat pipis. Tadi Laura sudah menjelaskan kepada Bima, kalau nanti saat semua keluarganya sudah hadir semua, baru Laura akan kembali ke kamar perawatan Bima untuk menjelaskan prosedur yang harus mereka jalankan sebagai donor sumsum Bima. “ Aku balik ke sini jam 2 an ya Bim. Aku mau mempersiapkan ruangan serta melakukan briefing ke semua laboran dulu untuk memperlancar pengetesan kepada semua donor.Laboran mana yang bertanggung jawab untuk darah, dan laboran mana yang bertanggung jawab untuk pengetesan darah dan HLA ”Kata Laura, saat menensi Bima setelah sarapan. “ Balik ke sini pas makan siang lagi aja, Ra. Aku lebih nafsu makan, bila makan bersamamu.” Katanya manja. “ Okay tapi selesai makan siang, aku langsung balik ke lab. Nggak enak kalau pas makan, keluargamu tiba- tiba masuk. Kamu janji ya Bim, jangan tatap aku dengan tatapan itu. Kalau kamu menatapku dengan tatapan penuh cinta itu, semua pasti akan tahu kalau kamu lagi tergila-gila padaku.” Kata Laura mesem. “ Orang memang aku tergila-gila padamu. Tingkat kewarasanku jadi negative saat ini, apalagi mengingat apa yang kita lakukan kemarin. Aku kepingin lagi deh. Ntar malam yuk.” Ajak Bima sambil mengerling genit. “BIMA! Jangan gitu dong. Kalau kamu masih tetap genit gitu, aku nggak mau balik tidur di kamarku .Aku lebih baik tidur di ruang dokter.” Kata Laura galak. “ Iya. Iya. Aku janji nggak akan memandangmu dengan tatapan penuh cinta saat semua keluargaku hadir. Tapi untuk kegiatan ntar malam, saat semua keluargaku sudah kembali ke Villa , aku nggak mau janji.” Kata Bima keras kepala. “ Aku lagi mens,Bim.” Kata Laura akhirnya. Ini adalah satu-satunya cara yang bisa menghentikan kegilaan Bima. “ Bohong!” Kata Bima langsung. “ Ihh, Kok Bohong. Masak perlu ku kasih lihat pembalutku?” Kata Laura manyun. “ Kamu tadi pagi saat kita di tempat tidur baik-baik saja, nggak sakit kepala dan nggak PMS uring-uringan, Dulu saat kamu mens, kamu bakalan jutekin aku seminggu. Lalu sakit kepala, dua hari sebelum mens. Kamu nggak ada tanda-tanda mens dari pertama kita bertemu.” “ Pagi tadi masih belum, saat di kamar mandi baru ada bercak. Dan aku tidak pernah sakit kepala lagi kalau mau mens , sejak mela…” Langsung Laura terdiam. Di mulutnya sudah hampir keluar kata-kata melahirkan, cepat-cepat ditelannya kembali kata-kata itu. “ Mela.. apa?” Tanya Bima sambil memicingkan matanya, tanda dia pasti tidak akan membiarkan Laura pergi sampai belum mendapat jawaban. Laura menarik nafasnya lalu berkelit dengan pintar. “ Sampai aku melalui usia 30 an, aku tidak pernah sakit kepala lagi.” “ Jadi kenapa tadi terdiam?” Tanya Bima lagi. “ Ah… Udahlah Bim.! Nggak akan habis, aku berdebat sama kamu.”Kata Laura. “ Berarti kamu bohongi aku, kamu tidak mens. Kalau kamu uda melarikan diri seperti ini, dengan alasan malas mendebatku. Kalau kamu benar, kamu pasti tidak akan lari dan tetap mendebatku sampai aku yang menyerah” Kata Bima, teringat sifat Laura dulu. Laura hanya mesem-mesem tak berani berkata lagi, karena apa yang dikatakan Bima, memang benar adanya, karena tadi, menstruasi itu adalah kata-kata alasan saja sebab Laura benar-benar binggung menghadapi sikap Bima yang selalu memandangnya mesra dan malah mengajaknya bermesraan. Gimana bisa bermesraan kalau seluruh keluarganya sudah tiba. Emang Bima nggak memikirkan, gimana kalau sampai salah seorang anggota keluarganya memergoki mereka berdua yang asyik menggoyangkan tubuhnya. Apa tanggapan mereka kepadaku? Tapi kalau aku jujur mengatakan alasanku kepadanya, Bima pasti akan mengeluarkan sejuta argument. Toh pintunya kita kunci, Mereka tak mungkin kembali lagi. Toh Ratna memang sudah tahu, kalau aku tetap mencintaimu. Toh, aku akan mengungkapkan keinginanku bercerai kepada semua orang. Pasti itu semua alasan yang akan Bima katakan. Jadi supaya ringkas dan cepat, aku langsung bilang aja aku lagi mens, tapi ternyata juga tidak bisa mengelabuinya. Bima benar-benar politikus sejati dan dia juga sudah sangat mengenal aku dan kebiasaanku. Tadi untung aku bisa berkelit dengan mengganti kata melahirkan menjadi melalui, kalau tidak, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Bima dan pada diriku. Rahasia aku pernah melahirkan ,harus aku tutupi dulu agar Bima tidak meledak marah dan mengakibatkan kondisi tubuhnya menjadi drop sehingga dia tidak bisa melakukan transplantasi sumsum. Laura menghela nafasnya panjang, lalu membuka pintu Lab. Sekarang bukan saatnya memikirkan tentang Bima dulu. Sekarang waktunya aku bekerja, agar semua bisa terlaksana sesuai rencana dan dua hari ini, semua donor yang datang harus selesai di test untuk pengambilan darah dan sample untuk DNA. Agar dua minggu lagi sudah bisa diketahui,siapa donor yang cocok untuk Bima. Delapan orang laboran yang bertugas, menatap Laura yang masuk ke lab dan mengucapkan selamat pagi ke mereka, lalu Laura mulai melakukan briefing. Dia membagi delapan orang laboran itu dalam dua grup. Satu grup untuk test darah juga test HLA dan satu grup lagi untuk test darah lengkap. Mereka semua mengangguk mengerti tugas-tugas yang harus mereka lakukan. “ Okay, saya akan menjadi orang pertama yang akan diambil darah dan HLA nya untuk di test. Sekarang ini. Sebentar lagi suster kepala akan masuk untuk mengambil darah saya.” Kata Laura. “ Okay Dok,bagus juga kita latihan dulu, biar tahu durasi yang kita butuhkan untuk melakukan satu test darah dan untuk test HLA nya .” Kata salah satu laboran. “ Kita tidak usah terburu-buru, meskipun kita berpacu dengan waktu untuk menemukan donor yang tepat untuk Pak Bima. Tapi saya ingin, test kita tetap akurat. Karena saya berencana kalau ada 50 % kemiripan saja tingkat kecocokannya, donor tersebut langsung akan saya approve sebagai donor Pak Bima. ” “ Iya, dok .Kami paham, karena Pak Bima tidak memiliki saudara kandung, memang peluangnya sangat kecil untuk menemukan donor yang 100 % sama. “ Kata Laboran berkacamata putih. “ Yang penting kita test HLA ( Human Leukocyte Antigen) dari masing-masing pendonor dulu,kalau cocok baru kita lanjutin dengan pemeriksaan DNA.” Kata dokter Laura menegaskan kembali, supaya semua laboran tahu tugasnya. “ Ok selamat bekerja teman-teman. Mari kita bekerja keras untuk menemukan donor sumsum yang sesuai untuk Pak Bima” Kata Laura mengakhiri briefingnya, sebelum dia beranjak ikut suster kepala untuk di test juga. Baru tadi Laura kepikiran agar dirinya di test terlebih dahulu, tanpa menunggu hasil test yang lain,supaya dia bisa memantau sendiri dulu semua proses pengecekan di laboratorium agar para laboran-laboran bisa lebih memahami apa yang diinginkan Laura. Kalau sudah ada contoh, ibarat praktek langsung, pasti mereka lebih mengerti. Suster senior lalu mengambil darah dari lengan sebelah kanan Laura. Laura mengajarinya teknik pengambilan darah agar pasien tidak merasa kesakitan. Jangan ragu saat menusukkan jarum ke vena agar tidak terjadi pembekuan. Suster senior mengangguk mengerti . “Jadi nanti, suster siap membantu saya ,ya?” Kata Laura. “ Siap, dok. Tapi saya hanya membantu mempersiapkan alat2 kan? Kalau untuk pengambilan darahnya tetap dokter ya?" Tanya suster senior. ‘ Iya, Sus. Sus hanya perlu membantu saya mempersiapkan jarum baru dan tabung-tabung darahnya. “ Kata Laura sambil menekan lengannya yang telah diambil darahnya. “ Sini, Sus. Biar saya yang bawa ke lab. Suster bersihkan saja ruangan ini dan hias ya dengan bunga-bunga supaya indah dan nyaman, karena ruangan yang nyaman bisa menghilangkan rasa takut pasien terhadap jarum suntik.”Kata Laura beranjak menuju ruang laboratorium kembali. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Dua jam lagi, keluarga Bima akan tiba. Akankah saat itu , Mama Bima, menyadari siapa diri Laura ? Apalagi setelah Bima mengatakan keinginannya untuk bercerai dari Ratna? Apakah mama Bima si wanita bibit, bebet, bobot akan mencari cara lagi untuk memisahkan Laura dan Bima?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN