Rendezvous

1897 Kata
Laura sibuk meneliti specimen cairan sumsum tulang belakang Bima dan tadi saat Laura akan menuju laboratorium. Manager kampanye Bima, seorang pria yang keliatannya berumur akhir tigapuluhan dikenalkan Bima kepada Laura. “ Dokter Laura, ini Hendra, manager kampanyeku dan Hen, Ini dokter Laura, specialis hematologi-ongkologi yang merawatku. Dia akan mendampingi aku dalam setiap kampanye kalau aku belum menemukan donor sumsum tulang belakang, jadi dia menjagaku supaya tidak pingsan lagi saat kampanye terbuka atau debat di televisi nanti.” Kata Bima “ Hello Hendra, senang bertemu denganmu.” Kata Laura sambil menjabat tangan Hendra. “ Hello dokter. Senang juga bertemu denganmu . Aku tenang nanti kalau dokter mendampingi setiap kampanye nya Pak Bima, supaya aku tidak repot lagi kalau Pak Bima tiba-tiba pingsan.’ Kata Hendra sambil tersenyum Laura lalu pamit dan membiarkan Bima bekerja dengan Hendra. Pasti banyak yang harus mereka bicarakan demi memenangkan pemilihan walikota itu. Tapi ternyata Bima tidak hanya berbicara tentang kampanyenya dengan Hendra yang merupakan manager kampanye yang sangat dipercayanya. Bima juga memerintahkan Hendra untuk melakukan berbagai hal sesuai dengan rencana yang ingin dia lakukan bersama Laura sore nanti. “ Jadi dokter Laura itu pacarmu yang dulu ya, Bim. Yang kamu berusaha mencari dia ke seluruh penjuru Eropah. Asal ada trip bisnis ke luar negri pasti kamu sempetin bertanya-tanya tentang universitas-universitas ataupun rumah sakit. Memang ya, kalau jodoh nggak ke mana.” Kata Hendra yang di ceritakan Bima tentang kisahnya karena sudah menjadi orang kepercayaan Bima sejak puluhan tahun yang lalu. “ Iya, dia Laura pacarku. Tapi sekarang dia tidak ingin hubungan kami diketahui oleh semua orang karena dia takut berpengaruh pada pemilihan walikotaku. Gimana menurutmu?” Tanya Bima. “ Beralasan sih. Tapi gimanapun, kamu tetap akan bercerai secepatnya,toh. Emang kamu mau mengurus perceraianmu setelah selesai pemilihan walikota?” Tanya Hendra. “ Yah, enggak dong. Kalau besok, aku bisa bercerai, aku juga mau bercerai. Sebelum bercerai. Laura tidak mau hubungan kami diketahui oleh orang lain, dia nggak mau dirinya dianggap merebut suami orang. Aku kan mulanya mau mundur aja Hen, supaya nggak ribet. Aku langsung ikut Laura pindah ke Denmark aja tapi Laura memarahiku, mana ada calon walikota yang bucin berat dan meninggalkan pencalonannya demi mengikuti wanita.” Kata Bima sambil mesem-mesem " Kamu memang pantas dimarahin. Untung yang kamu cintai itu dokter Laura, kalau perempuan lain mungkin langsung setuju. Biarin aja nggak jadi walikota toh kamu ini uda kaya raya.” Kata Hendra. “ Aku nggak mungkin jatuh cinta sama wanita, kalau wanita itu tidak punya otak. Laura juga sama, dia tidak menyukai pria tanpa otak dan sekarang malah ditambahnya . Prianya harus punya otak dan punya harta. Jadi aku itu tipenya banget.” Kata Bima sambil tertawa bahagia. “ Okay, Boss. Akan kuurus semua permintaanmu untuk nanti sore.” Kata Hendra sambil menyusun berkas-berkasnya. “ Ingat ya, tutup seluruh area taman dekat kolam dan standby satu ambulance untuk mengikuti kami dari belakang.” Kata Bima. “ Iya. Iya. Aku tahu tugasku. Memang susah jadi manager kampanye merangkap orang kepercayaanmu, Nggak hanya urus kampanye, lu mau rendezvous aja aku yang urusin. Gajiku harus ditambah nih.” Kata Hendra bercanda . Dia sudah mengenal Bima sejak lama, Bima adalah kakak kelasnya di Universitas Indonesia. Mereka sama-sama anak Fisipol dan Bima merekrut Hendra untuk membantu di TV Nusantara, saat TV itu mau beralih dari TV hiburan ke TV khusus berita dan olahraga. “ Iya, nanti aku naikkin honormu. Ini hari terakhir aku bisa ajak Laura jalan-jalan , besok seluruh keluarga ku dan Ratna akan tiba, nggak bisa lagi, aku ajak dia dan dia juga pasti akan sibuk memeriksa darah dari semua keluarga. Kamu nggak mau ikutan test? Mana tau sumsum mu cocok menjadi donorku.” Kata Bima menggoda Hendra. “ Aku mau sebenarnya, Pak Bima terhormat. Tapi masalahnya, aku ini ada alergi obat antibiotic, jadi setelah ku search, ternyata nggak boleh orang yang mempunyai riwayat alergi obat menjadi donor sumsum tulang. Jadi maafkan aku ya. Aku nggak usah ikut test lagi. Menghabiskan uangmu saja.” Kata Hendra. “ Iya-iya. Aku hanya bercanda. Terimakasih ya, uda bersedia donor untukku sampai searching apakah kamu layak jadi donor.” Kata Bima sambil menepuk bahu Hendra. “ Okay. Aku harus segera nih, kalau nggak , ntar keburu datang, dokter Lauranya dan acara kejutannya jadi batal.” Kata Hendra. “ Iya. Iya. Sana pergi cepatan!” Kata Bima mengusir Hendra dengan melambaikan tangannya. *** Laura berjalan pelan dari ruang lab, menuju kamar perawatan Bima. Hatinya lega karena Bima tidak ada penyakit kelainan darah lainnya. Dia hanya menderita Anemia Aplastik di mana kondisi tubuh Bima berhenti untuk memproduksi cukup sel darah baru. Anemia Aplastik ini sebagai akibat kerusakan sumsum tulang belakang, yang penyebabnya adalah bawaan lahir, paparan radiasi, penggunaan obat tertentu, infeksi atau sebab yang tidak bisa diketahui. Laura sudah sangat berpengalaman untuk menyembuhkan penyakit Anemia Aplastik ini secara tuntas, asalkan mendapatkan donor yang cocok dan keadaan tubuh si penderita bisa menerima donor tersebut, pasti penderita akan sembuh 100 persen. Sambil berjalan, Laura berdoa, agar besok, salah satu keluarga Bima yang di test bisa merupakan pendonor yang cocok untuk Bima. Laura juga memutuskan akan test untuk dirinya, biar kalau dia cocok, bisa juga diambil sum-sumnya. Tapi siapa dokter yang harus Laura percayai untuk melakukan transplantasi itu?Nggak mungkin aku menusuk punggungku sendiri. Apakah aku harus bilang ke Bima dulu agar dia bisa meminta dokter Frederick datang dari Denmark untuk melaksanakan transplantasi sumsumku untuk Bima, karena kalau untuk dokter lain,aku tidak berani mengambil resiko itu. Sebagai wakilku, Frederick adalah dokter yang sangat kompeten, meskipun usianya baru 40 tahun, tapi dia juga sudah bisa mencapai pencapaian seperti ini. Laura memutuskan akan berbicara dengan Bima untuk menyusun rencana, apa yang harus mereka lakukan kalau ternyata hanya sumsum Laura yang cocok untuk sum-sum Bima. Laura membuka pintu kamar yang merupakan kamar perawatan Bima dengan tempat tidur medisnya. Pintu untuk kamar berdesign hotel bintang lima tidak pernah Laura pergunakan untuk keluar masuk dan pintu kamar tersebut selalu terkunci dari dalam. Kata Bima, Laura di suruh keluar masuk dari pintu penghubung yang ada di kamar Bima aja. Laura jadinya seperti wanita simpanan, sebenarnya di satu sisi hati Laura, dia tidak nyaman dengan keadaannya sekarang ini,menjadi kekasih Bima,saat dia belum resmi bercerai,tapi di sisi lainnya, Laura juga tidak bisa menahan keinginannya untuk membalas cinta Bima dan juga Laura ingin Bima mau dirawat olehnya agar bisa sembuh total. Tidak ada Bima di kamar perawatannya, apakah dia lagi tidur di kamar sebelah? Laura beranjak ke kamar sebelah dan mendorong pintunya. Laura terbelak kaget ketika melihat Bima telah duduk di kursi samping meja rias dengan pakaian jeans dan kemeja kotak-kotak biru tanpa lagi memakai baju rumah sakitnya. “ Loh Bim? Mau ke mana? Kamu jangan pergi-pergi dulu. Nggak boleh dulu kamu jauh dari rumah sakit. Nanti kalau tiba-tiba darahmu drop, kamu harus segera mendapatkan transfusi. Bima hanya tersenyum. “Aku perginya nggak jauh-jauh kok dan aku perginya bersama dokterku. Jadi aku aman karena ada yang merawatku. Ganti bajumu dengan celana jeans dan kemeja ya, kamu bawa nggak? Aku mau mengajakmu jalan-jalan dengan motor gedeku seperti saat kita kuliah dulu, kalau dulu masih pakai Honda Supra, sekarang aku uda punya Harley Davidson.”Kata Bima. “ Aku nggak bawa kemeja, Bima. Tapi aku bawa jeans. Kita nggak jauh-jauh kan perginya? Aku pake kaos sama jaket aja ya.”Kata Laura karena nggak mau mengecewakan Bima, Bima pasti telah mempersiapkan segalanya sehingga dia yakin bisa keluar mengendarai motor gede bersama Laura, mungkin tujuannya hanya di sekitaran villa saja. Laurapun beranjak ke kamar mandi dan mengganti pakaiannya dengan celana jeans dan kaos gombrong putih. Dia lalu memakai jaket hitam kulitnya dan keluar dari kamar mandi. Bima menatapnya dengan mata berbinar-binar. “ Aku seperti kembali lagi melihat Laura yang dulu. Kamu benar-benar tidak berubah, Ra. Wajahmu, tubuhmu, semuanya masih sama seperti dulu.” Laura mengacuhkan gombalan Bima. “Yuk. Katanya mau berangkat segera. Biar sempat kita pulang makan siang.” Kata Laura Bima hanya menganggukkan kepalanya. Sebelum membuka pintu ruang perawatannya. Bima merengkuh tubuh Laura dalam dekapannya. “ Biarkan aku memelukmu sebentar, nanti di luar aku tidak bisa memelukmu lagi.” Kata Bima.Dan Laura balas memeluk Bima dengan erat. Setelah itu , mereka berjalan beriringan ke luar . Para suster yang berada di nurse station menatap boss mereka dengan heran. Dan Bima segera menjawab keheranan mereka. “ Saya mengajak dokter Laura untuk menjaga saya supaya saya tetap aman, karena saya ada meeting penting dengan kolega saya di The Hill. Satu buah ambulance juga akan mengikuti kami.” Kata Bima dengan sorot mata tegas. Para suster mengangguk mengerti. Pasti pertemuan itu tidak lagi bisa ditunda, sehingga Pak Bima harus segera berangkat dan terpaksa harus mengajak dokter Laura.Mungkin Pak Bima tidak nyaman kalau dokter Laura memakai jas dokter, jadi dia menyuruhnya mengganti bajunya dengan baju casual biasa atau mungkin juga karena Pak Bima merahasiakan sakitnya dari koleganya. Di halaman luar, sudah nampak terparkir motor Harley Davidson milik Bima. Bima menyerahkan helm untuk Laura, tangannya terulur untuk membantu Laura mengikat tali helm itu, seperti yang selalu dia lakukan untuk Laura dulu kala. Tapi Laura memelototinya.Bima langsung menarik kembali tangannya dan membiarkan Laura sendiri yang melakukannya. Laura naik di belakang motor Bima yang segera meraung-raung meninggalkan halaman klinik. Untuk keamanannya, tangan Laura langsung memeluk erat pinggang Bima. Bima mengelus tangan Laura sekilas dan kemudian konsentrasi membelah jalanan berkelok-kelok di Sibolangit ini. Desiran angin membuat Laura teringat tentang kenangan masa lalu mereka, dikala tiap hari Bima akan mengantarnya ke halte bis. Perasaan itu datang lagi, Laura menaruh kepalanya ke punggung Bima. Punggung yang masih tetap sama. Punggung yang selalu disandari kepala Laura saat dibonceng Bima seperti sekarang. Tidak ada kata-kata yang terucap dari mereka, tapi hati mereka saling berbicara. Saling bertaut rasa dan kenangan tentang masa lalu mereka yang penuh cinta. Saat jalanan lurus tanpa kelokan lagi. Tangan Bima kembali mengelus tangan Laura yang memeluknya erat. Laura tahu di hatinya pasti Bima sedang mengatakan. Aku cinta padamu. Tidak sampai 10 menit, motor gede Bima, memasuki suatu kawasan seperti villa dengan pemandangan yang indah. Motornya langsung parkir di tepi danau dengan banyak sekali angsa putih yang berenang. Ada sebuah gazebo putih di tengah danau. Laura turun dari motor dan melihat dengan takjub. “Ini villa ya Bima?” Tanya Laura. “ Villa, hotel dan restaurant. Yuk, kita ke gazebonya saja.” Kata Bima “Pemandangannya indah banget ya, Bim.” Kata Laura sambil melihat angsa-angsa putih yang sedang berenang berjejeran. Bima menghampirinya dan memeluk tubuh Laura dari belakang. Laura langsung menghindar dan berkata “ Jangan gila,Bima. Kalau kamu di foto dan di viralkan, bakalan repot. Kan kita uda janji, hanya boleh memelukku dikamar klinik.” “Jangan khawatir, tempat ini uda kubooking satu area. Restaurant sama gazebonya. Jadi tidak ada tamu lain. Jadi aku bebas memelukmu dan menciummu di sini sambil memandangi pemandangan indah ini. Bosan tahu di kamar melulu berhari-hari .” Kata Bima. “Kamu benar-benar gila deh Bima. Ngapain abis uang begitu banyak hanya untuk menutup satu area ini demi memelukku, kan bisa tunggu sampai di Klinik.” Kata Laura kini mendekatkan dirinya ke Bima yang merentangkan tangannya lebar dan langsung memeluk Laura. “ Suasananya beda, sayangku. Aku kan mau mengulang masa-masa kita duduk di pinggir danau UI sambil mengenggam tangan. Kalau ke UI , kejauhan . Jadi kita di sini saja. Aku hanya menutup area ini dua jam kok, jadi nggak terlalu mahal. Selesai makan, kita langsung balik ke klinik.” Kata Bima , dan saat itu kamu sudah tidak bisa menolakku untuk mencumbumu sambil mengedipkan matanya penuh tekad.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN