Bab 20 [Pemakaman Mbok Nah]

1113 Kata

Setelah sejam lamanya menunggu hujan reda, kini para pelayat lelaki membopong keranda yang berisikan mayat Mbok Nah. Hujan hanya rintik-rintik saja. Jalanan yang becek membuat para pelayat berhati-hati agar tak terpleset. Terlebih pemakaman dilakukan di malam hari. Suasana mencekam tampak sekali dirasa. Ningsih yang berjalan di belakang keranda bersama perawatnya masih menangis. Ia masih tak rela melepas kepergian Mbok Nah. Ia belum sempat memeluk, mengecup Mbok Nah. Perawat Mbok Nah mengelus punggung Ningsih berusaha menenangkan. Ningsih menatap kedepan. Ia melihat Rendi yang audah berganti baju, mungkin dapat pinjaman baju warga. Ia sampai melupakan Rendi. Ada jurang di sisi kanan, para warga yang membawa senter pun menghidupkan senternya. Ada juga senter ponsel yang digunakan. Mem

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN