Bab 19 [Air Mata Ningsih]

1219 Kata

Ningsih menatap pemandangan yang dilintasi bus dengan air mata yang masih meluncur indah di kedua pipinya. Ia tak berhenti menangis. Kedua matanya sampai bengkak. Hidungnya memerah. Rendi yang duduk di samping Ningsih sampai menoleh ke kanan-kiri. Takut jika dikatakan sebagai pelaku yang membuat Ningsih menangis. Walaupun Ningsih menangis tanpa suara. "Sudah, Ning. Sabar, do'akan yang terbaik buat neneknya Ning," ucap Rendi. Ia tidak memanggil dengan embel-embel mbak ke Ningsih. Wajah Ningsih tak tampak lebih tua darinya. Saat ini ia benar-benar malu. Beberapa orang mulai menatapnya dengan pandangan selidik. Ningsih mengusap air matanya. Ia sudah merasa sedikit tenang. Tenaganya habis buat menangis. Terlebih tubuhnya juga merasa dingin karena bajunya yang basah. Ia tak sempat ganti baju

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN