Bab 18 (Meninggalnya Mbok Nah)

1208 Kata

Langit tampak gelap, dengan hujan deras menyelimuti desa Manggis. Bukan hanya hujan deras saja, bahkan angin kencang mengikuti. Ningsih menelungkupkn kepala di dalam lipatan bantal. Ia menangis sesenggukan ketika mendapat kabar duka tak terkira. Siapa lagi jika bukan sang pujaan hatinya yang selalu menemani hari-harinya. Sang pujaan hati, Mbok Nah. Tampaknya Mbok Nah tak bisa menemani Ningsih sampai sukses nanti. Bahkan perjalanan Ningsih masih panjang. Ia belum CPNS, belum menikah, belum memiliki rumah sendiri, dan lain-lain. Ia bahkan belum memiliki segalanya yang akan ia berikan kepada Mbok Nah. Ningsih memegang dadanya yang terasa sesak. Ia ingin pergi sekarang ke rumah Mbok Nah. Namun, itu tak mungkin dilakukannya sekarang. Ia harus menunggu hujan reda, setidaknya tidak

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN