12. Roti Sobek Banyu

1767 Kata
Kepala-kepala itu mengintip di balik kubikel, ruangan kaca, pintu dan tembok-tembok dengan rasa penasaran. Bisik-bisik mereka pun terdengar lirih mengeluarkan gosip atau tanya yang mereka simpan di kepala. Bosnya keluar ruangan dengan menggendong seorang perempuan yang matanya terpejam. Mirip pangeran dengan putri tidurnya. "Itu kan Saragita? Itu loh anak dari bos Healthy Human yang kemarin bapaknya ketangkap polisi." bisik seorang karyawan perempuan dengan kacamata tebalnya. "Gue tahunya dia selebgram yang suka review hotel dan penginapan." kini giliran lelaki berambut neon yang bicara. "Bos Banyu pacaran sama Saragita?" ujar mereka berbarengan. Total ada lima orang yang menumpuk kepalanya di balik tembok itu. Rasa penasarannya kian memuncak, apalagi bosnya tidak pernah membawa perempuan apalagi kekasihnya ke kantor. Sampai-sampai mereka mengira bosnya itu adalah penyuka sesama jenis. Banyu melihat mereka berlima sekilas lalu bak siput, kepala-kepala itu pun bersembunyi bersamaan karena ketahuan mengintip. Sudah biasa jika ada yang terlihat aneh di kantor, gosip atau asumsi-asumsi soal bosnya akan menyebar begitu mudahnya. Namun, Banyu tidak pernah ambil pusing. Kadang ia kerjai saja dengan mengiyakan gosip tersebut. Misal beberapa bulan lalu, saat temannya dari Arab datang ke kantornya, memeluk dan mencium pipinya, gosip bahwa ia adalah gay pun terdengar olehnya dan Banyu malah sengaja keluar kantor dengan menggandeng tangan teman Arabnya itu. Baginya lucu saja melihat ekspresi para karyawannya yang cengo. Kali ini, ia bukannya sengaja menggendong Sara yang pasti dikira sangat mesra oleh orang-orang, melainkan karena Sara sudah tertidur satu jam lebih di sofa ruangannya dan tidak bisa dibangunkan. Padahal ini sudah jam pulang kantor dan sudah menghabiskan es krimnya. Maka, dengan terpaksa ia mengangkat tubuh Sara untuk ia masukkan ke mobil dan bawa pulang. Banyu baru tahu jika ia menikahi putri tidur. Diguncang-guncang pun Sara tidak bangun, astaga! Ia pun memasangkan seatbel dan menurunkan sandaran kursinya sampai sekiranya Sara nyaman. Jujur, merepotkan sekali perempuan satu ini. Akan tetapi Banyu jelas tidak setega itu membuangnya ke saluran air. Sesampainya di garasi rumah, Banyu kembali berusaha membangunkan Sara. Awalnya ia mengguncang bahunya, tapi nihil. Sara malah melenguh tanpa membuka mata. Bahkan malah menyamankan posisi. Menyetel musik keras juga tidak bangun, mencubit pipinya apalagi. Sampai ia kesal dan akhirnya kembali menggendongnya masuk ke dalam rumah. "Tunggu saja pembalasanku, maemunah!" rutuknya sambil tetap menggendong sampai kamar Sara. Tanpa Banyu tahu, sebenarnya Sara sudah bangun sejak sampai di halaman rumah. Ia sengaja seperti masih tertidur untuk mengerjai Banyu. Salah siapa orang capek malah disuruh ini itu segala beli es krim di mall dan mengantarkannya ke kantor. Ia juga butuh istirahat kali! Dalam hati Sara tertawa terbahak mendengar gerutuan Banyu yang tak kunjung henti sejak menggendongnya dari mobil ke dalam kamar. Rasain!! batin Sara. Ia justru menyamankan diri di gendongan Banyu, menyembunyikan tangannya di d**a bidang itu seperti bayi. Lalu ... "Brukkk!!!" Banyu mendaratkan tubuh Sara dengan kasar di ranjang sampai ia terguling ke kiri. Kurang ajar! "Gue tahu lo udah bangun. Buka mata lo! Sengaja banget bikin gue repot." Yah! Ketahuan. Sara pun memutar tubuhnya. Untung kasurnya empuk, coba tidak, sudah pasti tulang belakangnya remuk. Matanya terbuka dan memandang Banyu yang masih berdiri dengan wajah kaku. Rahangnya mengeras. Apa Banyu semarah itu? "Eh, Bay, kok gue udah ada di kamar aja sih. Perasaan tadi di kantor lo." Sara pura-pura tidak tahu apa-apa. Banyu bergeming. Ia tidak merespon apapun kecuali tatapan tajam dari bola mata berwarna hitam legam itu. Sara seperti dihunus sesuatu dari sorot matanya. Demi apa Banyu sungguhan marah? Sara pun bangun dari ranjang itu dan melambaikan tangan di depan wajah Banyu. "Bay? Hello? Lo gak ketempelan setan budek kan?" Dengan gerakan cepat, Banyu pun meraih tangan Sara di depan wajahnya itu. Menggenggamnya kuat sampai Sara meringis. Bulan menggenggam saja, melainkan menekannya dengan tangan kokoh lelaki itu. "Awww!! Sakit Bay! Lepasin! Apaan sih?" keluhnya. Tangan itu di tarik paksa sampai tubuh Sara juga ikutan mendekat dan menempel di tubuh Banyu. Apa ini disebut kekerasan dalam rumah tangga? Kalau ia, Sara akan melaporkannya pada om Derry dan memenjarakan lelaki ini. Sumpah sakit sekali tangannya. Ia pun kesal dan menatap Banyu tak kalah garangnya. Tak sampai tiga menit adegan tatap-tatapan yang mengacu perang itu, Banyu membuka mulutnya. "Jangan pernah bikin gue marah, kalau gak mau menyesal." ujar Banyu tegas tanpa ekspresi. Bahkan Banyu yang Sara kenal selama ini penuh ekspresi, tidak menunjukkannya sama sekali. Itu artinya, lelaki ini benar marah dan Sara merasa kesalahannya tidak terlalu fatal. Ia hanya mengerjai saja tanpa bermaksud membuatnya jadi seperti ini. Mata Sara pun meredup. Benarkah ia sudah keterlaluan? Ah! Bego Sara!! Banyu membuang tangan Sara kasar dan tubuhnya kembali terduduk di ranjang. Lelaki itu keluar dari kamar Sara tanpa kata. Membuat Sara benar-benar merasa bersalah. *** Sara paling benci ketika merasakan perasaan bersalah pada orang. Baginya, hal itu jadi membuatnya banyak berpikir. Apalagi ia tidak merasa melakukan kesalahan sebelumnya dan yang bersangkutan diam saja. Akhirnya, ia relakan kasur empuk itu untuk bangkit dan menyusul Banyu. Langkahnya cepat mencari keberadaan Banyu. Mungkin ia harus meminta maaf karena sudah jahil. Tapi kan Banyu lebih sering menjahilinya dan tidak pernah meminta maaf. Sara sebal sekali, tapi ia tidak pernah lupa bilang maaf jika ternyata salah. "Bay!" panggilnya tapi tidak ada sahutan. Ia mengetuk kamar Banyu juga tidak ada suara atau pergerakan apapun sampai ia buka dan teliti, orangnya tidak ada di dalam. Di toilet juga tidak ada, kemana Banyu? Menghilang secepat kilat. Sara mencari ke dapur, ruang tamu dan ... ternyata orangnya terpantau sedang di taman samping sedang bermain dengan katak yang menggelikan miliknya itu. "Astaga, gue cariin." ujar Sara yang sudah menghampiri di gazebo. "Gue gak tahu salah gue dimana, tapi oke, gue mau merendahkan hati buat meminta maaf sama lo. Maafin gue." Sara tahu gengsinya segunung, tapi untuk Banyu yang telah membantunya akhir-akhir ini, ia mau berbalas budi sedikit dan jadi orang yang tahu diri. Meskipun bisa dibilang ini adalah rekor, Sara mengejar lelaki untuk meminta maaf begini. Banyu yang sedang mengelus katak bernama Kikut itu pun menoleh. "Lo pikir gue sejak tadi bercanda? Gue serius kesal sama lo dan kalau gak ikhlas meminta maaf, lebih baik gak perlu." "Gue serius, Bay. Tulus!" ujarnya meyakinkan. "Buktinya apa?" tuntut Banyu. Perempuan itu lagi-lagi menghela napasnya, berinteraksi dengan Banyu memang selalu menguras energi. Apalagi satu rumah dan setiap hari harus bertemu, rasanya Sara harus punya usus yang panjang dan d**a yang lebar demi kesabaran yang tiada batas. "Ya udah lo mau apa, gue turutin. Mau es krim mall lagi? Gue beliin sekarang." Banyu tersenyum miring yang jahil. "Gak semudah itu." "Ya terus apa? Jangan aneh-aneh deh. Apalagi memang si kukut, gak mau gue geli." "Namanya Kikut bukan Kukut. Tolong diingat." "Ya ampun typo dikit gak ngaruh. Gitu aja kok sewot." protesnya kesal. "Duduk dan ceritain apa yang lo lakukan hari ini di mulai dari ketemu om Derry sampai li ke lapas ketemu papa dan gak ngajak gue." Oh itu doang?, batin Sara tersenyum lega. Kalau begitu baguslah, kirain ia akan disuruh pergi beli galon atau beli kain di Tanah Abang. Sara pun duduk di samping Banyu dan mulai menceritakan kegiatannya. "Tadi ke cafe Rambo, om Derry bilang kalau beliau menemukan bukti rekaman CCTV yang isinya pertemuan tertutup antara calon pejabat dan beberapa oknum lain, tapi di situ gak ada papa dan papa juga mengakui kalau beliau di undang tapi gak datang karena ada meeting. Om Derry gak tahu itu rekaman bisa jadi barang bukti resmi atau enggak, soalnya di dapat gak dari sumbernya langsung tap udah dalam bentuk video di flashdisk." "Hmm ... terus." "Habis itu gue ke rumah Babal ambil dokumen perusahaan cabang yang belum sempat gue bawa. Gue udah bilang papa kalau gue mau buka lagi cabang sektor pengemasan fresh fruit. Dan gue butuh bantuan lo." "Dari kemarin gue juga udah bantuin lo." Nah kan? Nyolot lagi. "Ck! Kenapa sih lo tuh selalu ngeselin kalau jawab. Bisa gak serius dikit?" Lelaki yang masih mengenakan pakaian kerja minus sepatu itu meletakkan Kikut ke dalam aquarium. Jemarinya lalu aktif melepas kedua kancing paling atas kemejanya. Di depan Sara. Sampai-sampai Sara menolehkan wajahnya ke lain arah. "Kenapa lo? Gak pernah lihat d**a orang dewasa ya? Gue gerah dan gue gak bisa serius mendengarkan lo kalau tersiksa begini. Cepat lanjutkan dan lihat gue, gak sopan ngomong tanpa lihat lawan bicaranya." Idihh!! Minta di olesi sambal dua karung mulutnya. Biar tidak berkata sembarangan. Lama-lama makan hati Sara jika terus di situasi begini. Terpaksa Sara menoleh lagi ke arah Banyu. Ia berusaha melihat wajah Banyu saja, tapi matanya seolah seperti kelereng yang punya gaya gravitasi dan selalu turun ke d**a yang terekspos bagian atasnya itu. Ada garis-garis kotak yang menandakan bahwa di dalam kemeja itu ada roti sobeknya. Bagaimana jika Sara meraba teksturnya ya? Kotak-kotak itu apakah keras atau lembut seperti roti sobek isi coklat? Astaga, otak Sara sudah mulai ngawur. Ini pembicaraan serius dan pikirannya malah kemana-mana. Ia pun menggeleng tipis. "Gue butuh saran-saran dari lo langkah apa yang harus gue lakukan lebih dulu?" "Oh. Lo bawa laporan keuangannya atau dokumen pendukung seperti daftar aset tetap dan non tetap kan? Gue butuh analisis itu dulu, baru bisa menentukan langkah awalnya." Dagu Sara hampir jatuh ke lantai. Ia mulai tidak fokus dengan penjelasan Banyu karena sambil menjelaskan, lelaki itu lagi-lagi membuka kancing kemejanya hingga setengah. Sekarang roti sobek itu benar-benar terlihat meski tidak seluruhnya. "Woy! Lo dengerin gue kan, Ra?" "Eh, oh, iya denger kok. Iya gue bawa semuanya, nanti gue kasih lihat sama lo. Gue ke kamar dulu deh, mau mandi gerah." katanya sambil mengibaskan tangan ke depan wajahnya. Sebenarnya ia tidak terlalu gerah, hanya saja setelah melihat keringat menetes di d**a Banyu dan d**a kotak-kotak itu, tiba-tiba suhu tubuhnya juga ikutan panas. Aneh sekali, sungguh aneh. Sara sudah beranjak dari kursi rotan itu dan bersiap jalan cepat ke kamarnya. Namun, belum juga ia melangkah, suara Banyu yang menjengkelkan itu membuatnya tidak jadi pergi. "Siapa yang mengijinkan lo pergi? Katanya mau nurutin mau gue, duduk lagi!" Ya dewa, tolong!! "Apalagi? kan gue udah ceritain semua. Memang kegiatan gue cuma itu aja. Apa gue harus menceritakan gimana gue beli es krim di mall? Gimana gue pesan taksi online? gitu?" "Lo keringetan." ujarnya sambil menunjuk ke dahi Sara. "Dalam kesehatan gak boleh mandi pas keringat lagi deras-derasnya. Bokap lo kan pengusaha di bidang kesehatan, masak gak tahu sih soal begini? Udah, jadi mending duduk dulu biar ademan sedikit. Lagian tumben banget sore ini panas sekali, AC gue gak mempan." ujarnya. Padahal bisa jadi Sara keringetan bukan karena faktor cuaca yang panas. Apalagi tipe tubuh Sara adalah jarang berkeringat kecuali kalau olahraga berat. Jelas ini faktor utamanya bukan karena cuaca yang panas, melainkan karena pemandangan di sebelahnya yang membuatnya agak ketar-ketir. Ditambah matanya suka berkhianat. Suka melihat yang tidak harus dilihat. Apalagi kalau bukan d**a Banyu? Haisshhhh!! ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN