Part. 11 Kinara....

1567 Kata
Kinara membawa Kevin ke ruang rawat inap, segera setelah menghubungi kedua orangtuanya. Kevin terkena infeksi lambung karena selalu meminum alkohol dan tidak memakan apapun. Setelah menjalani berbagai rangkaian pengobatan dia akhirnya siuman. Kinara baru meninggalkan ruangan itu setelah orangtua mereka dan juga Keysha datang menemani Kevin. Dengan langkah tergesa Kinara berjalan ke ruang administrasi bagian Bedah. Melihat jadwal praktek dokter yang akan operasi dan pasiennya. "Operasi jantung ini berapa jam lagi?" Kinara memperhatikan deretan ruang operasi yang tertulis di buku beserta nama dokter yang akan menanganinya. "Satu jam lagi bu," Jawab petugas administrasi tersebut. "Baiklah, tolong bilang kalau saya yang akan menjadi assistennya." "Tapi bu, baru tadi pagi ibu habis jadi assisten bedah dan operasi ini memakan waktu dua belas jam, kami takut ibu kelelahan." "Kamu meragukan kemampuan saya?" Mata Kinara mendelik ke arah petugas itu, yang kini merasa salah tingkah dan memilih menundukkan kepala. "Bu,,, bukan seperti itu bu," "Saya tidak mau tahu, tolong kamu jadwalkan saya." Kinara berjalan ke ruang persiapan operasi. Meninggalkan bisik – bisik diantara para staff, mereka bingung dengan kelakuan Kinara akhir-akhir ini. Wanita tersebut sangat gila kerja, bahkan dia hanya mengambil waktu istirahat beberapa jam saja. Beralih dari satu operasi ke operasi lain, dan ketika operasi selesai dia akan berjaga di ruang UGD. Rio berjalan di sekitar rumah sakit, menyapa beberapa karyawannya. Dia memang sekarang tidak terlalu sering mengunjungi rumah sakit ini, karena lebih memilih mengawasinya dari rumah saja di masa tuanya. Meskipun usianya masih produktif. Mata Rio berkernyit melihat papan yang menuliskan nama dokter yang mengoperasi jantung dan lama tindakan bedah yang menghabiskan waktu sampai dua belas jam. Rio memanggil petugas administrasi yang langsung berlari menghampirinya. "Kinara menjadi assisten bedah? Bukankah dia sedang berjaga di UGD?" "Maaf pak, bu dokter Kinara yang meminta menjadi assisten ini. Dia berjaga di UGD saat jam kosongnya saja. Bahkan saya tidak melihat dia beristirahat beberapa hari ini." Petugas administrasi itu menunduk. Sementara Rio membuang nafasnya dengan kasar, menyaksikan dengan mata kepala sendiri seberapa frustasi kedua anaknya. Kevin yang melampiaskan amarahnya dengan mabuk-mabukan, dan Kinara yang memforsir tenaganya. Sementara di ruang operasi, Kinara mengambilkan beberapa alat yang dibutuhkan oleh dokter senior di rumah sakit itu. "Kalau nanti kamu lelah, kamu bisa istirahat jangan memaksakan diri," ucap dokter yang rambutnya mulai memutih karena uban itu. "Tidak pak Dokter, saya akan disini sampai operasi selesai," Kinara menatap yakin dengan dokter yang hanya menggeleng pelan, tahu kalau ada yang tidak beres dari Kinara. Bagaimana bisa wanita seusianya bekerja dengan gila-gilaan seperti ini. Bahkan dia tidak bisa menyembunyikan lingkaran hitam di matanya akibat kurang tidur. Dua belas jam waktu yang dihabiskan dalam ruang operasi, beberapa dokter bahkan sudah bergantian dengan dokter lainnya, kecuali Kinara dan dokter utama yang membedah pasien itu. Kinara memang membuktikan janjinya, karena dia bahkan tidak beristirahat sedikitpun dan terus memperhatikan tubuh Pasien yang terbuka dihadapannya. Dengan cekatan Kinara menutup lubang di rongga perut pasien itu, menjahitnya hingga menjadi satu. Tugasnya sebagai assisten selesai. Tak ada senyum yang biasanya selalu dikeluarkan ketika operasinya berhasil. Dia hanya memandang datar alat-alat operasi yang diletakkan di sudut meja, dan ikut mendorong brangkar pasien ke ruang ICU. Sedikit lelah, Kinara memutuskan kembali ke ruang kerjanya, yang tersambung dengan satu ruangan tempatnya istirahat. Dia menggerakkan lehernya yang pegal dan membaringkan tubuh ke ranjang empuk berseprai putih. Lalu menutup mata dengan lengannya. Sementara jas putihnya sudah tersampir di kursi dekat meja. Sebuah air mengalir dari matanya, dia menangis! Inilah hal yang paling dibencinya kala sendiri. Air mata itu selalu saja menetes seolah mengingatkan akan kepedihannya. Makanya Kinara tak ingin berdiam diri, karena dengan berdiam, dia akan membiarkan emosi menguasainya dan membuatnya menjadi makhluk paling cengeng di dunia. *** Veli assisten Kinara, mengetuk ruangan Kinara karena panggilannya diabaikan wanita itu. Meskipun sebenarnya dia enggan melakukan ini, karena dia tahu pasti Kinara sedang istirahat. Namun dia sedikit khawatir, Kinara yang biasanya hanya tidur selama dua jam beberapa hari ini. Tapi sekarang dia sudah menghabiskan waktu setidaknya lima jam di dalam kamar. Kinara mengucek matanya dan melihat jam dinding, tubuhnya terasa sakit karena kelelahan. Tapi suara ketukan pintu membangunkannya. Untuk pertama kali selama beberapa hari terakhir ini dia bisa tidur lebih dari dua jam. Segera Kinara membuka pintu itu dan melihat Veli yang sudah berdiri. "Maaf bu saya mengganggu," "Ada apa Vel?" Kinara nampak malas dia bahkan masih menguap. Tak diperdulikan rambutnya yang sudah acak-acakan dan matanya yang masih terlihat sembab karena menangis sebelum tidur. "Pihak televisi sudah menelepon untuk acara talkshow live siang ini." "Astaga..." Kinara mengernyit frustasi. Sudah beberapa bulan belakangan ini dia rutin mengisi acara talkshow di televisi yang membahas mengenai kesehatan. Acara tersebut hanya disiarkan seminggu sekali, namun sejak kehadirannya, rating acara itu terus meningkat tajam, sehingga membuat televisi tersebut mengontrak Kinara. Dan karena ini kesempatan baginya untuk mengembangkan bisnis rumah sakit keluarganya, Kinara pun menyanggupi kontrak tersebut. Tapi hari ini, Kinara sungguh sangat enggan muncul di hadapan publik. Lihat saja! Wajah nya berantakan. Meskipun sebenarnya wajah bisa disamarkan dengan make up, tapi bagaimana dengan hatinya yang juga berantakan? "Bisa gak kalau narasumbernya diganti, jangan saya." Sayangnya Veli menggeleng dengan mengigit bibir bawahnya prihatin. "Tadi saya sudah menghubungi pihak acara, namun... mereka bilang banyak sponsor hari ini, sehingga mereka tidak bisa mengganti dengan dokter lain, mereka juga telah terlibat kontrak dan memohon agar ibu bisa menghadirinya." Lagi, Kinara menghembuskan nafas. "Baik, saya siap-siap dulu ya." Kinara menutup pintu kamarnya dan bergegas ke kamar Mandi, dia butuh menyegarkan tubuhnya dan menata sedikit hatinya yang hancur. Setidaknya dia tak ingin orang-orang membaca apa yang terjadi dengan dirinya. Ditambah acara yang disiarkan secara langsung itu mendapat respon yang sangat baik, dampaknya untuk rumah sakit dan dirinya pun sangat bagus. Rumah sakit semakin kebanjiran pelanggan karena mendapat kepercayaan tinggi akibat acara tersebut, dan dirinya menjadi terkenal. Bahkan tingkat populer Kinara mampu bersaing dengan artis papan atas di Indonesia dan negara asia lainnya. Dia terkenal dengan sebutan dokter yang cantik, pintar dan berhati baik. Makanya tak heran jika di tempat umum Kinara sering menjadi sorotan dan banyak yang memintanya untuk sekedar foto bersama. *** Berada di depan kamera selama sembilan puluh menit sangat melelahkan bagi Kinara, Dibandingkan berada di ruang operasi berjam-jam. Dia bahkan harus berpura-pura semuanya baik-baik saja, tetap tersenyum ke arah penonton dan pembawa acara. Dan hari ini lelahnya double karena dia berkali-kali tidak fokus sehingga membuat produser terpaksa memanjangkan durasi iklan, agar Kinara bisa memfokuskan dirinya kembali. Sebenarnya Kinara ingin sekali Marah, kalau bisa. Namun sifat pemarah sepertinya tidak ada dalam dirinya, hingga dia lebih suka mengalah dan bersabar menjalani segalanya. Sifat itu juga yang membuatnya tetap bertahan berlama-lama digantung oleh Marchell karena sekalipun dia tidak bisa marah kepada pria itu, meskipun hatinya sangat ingin. Sesekali pembawa acara menyenggolnya karena tidak menyimak saat sesion tanya jawab dengan penonton. Namun sepertinya hal itu tidak berpengaruh kepada rating, karena waktu selama sembilan puluh menit ini, acara talkshow yang dibintanginya tetap pada peringkat atas. Kinara menghapus sisa make up di wajahnya dengan pembersih wajah dan kapas, dia berada di ruang make up artis sekarang, beberapa artis yang menjadi bintang tamu menyapanya dan bercupika-cupiki sebelum meninggalkan ruangan itu. Kini dia sendiri di ruangan besar penuh lampu dan wadrobe, karena Veli sedang ikut meeting mewakili dirinya di ruangan produser. Suara pintu diketuk dari luar mengalihkan pandangan Kinara dari cermin besar dihadapannya. Nampak sosok wanita bertampang anggun dan berkulit putih menatapnya dengan sorot mata sedikit kesal. Kinara mengenalnya, dia bernama Afya, temannya di SMA. Tidak bisa disebut teman juga sih karena Afya ini termasuk cewek yang dulu ikut membully nya disekolah menengah atas. Kalau saja dulu Marsha dan Marchell yang saat itu menjadi kakak kelasnya tidak membelanya mungkin dia sudah habis menjadi korban bully. "Hai, apa kabar? Sibuk sekali sekarang ya?" sindir wanita yang kini duduk di meja di hadapan Kinara itu. "Yah, lumayan. Ada apa?" Kinara membalas sekenanya, kalau bisa ingin sekali dia pergi dari ruangan ini, apalagi tatapan Afya tak pernah berubah, masih mengintimidasi lawan bicaranya. Dan Kinara sangat tahu bahwa sejak dulu Afya merupakan penggemarnya Marchell. Dia sendiri yang terang-terangan melabrak Kinara yang kala itu dekat dengan Marchell. "Hm, sepertinya lo lupa, dengan janji lo untuk ngiklanin produk lotion pemutih gw!" Afya mendekap tangannya dan sedikit memajukan wajahnya membuat jaraknya dengan Kinara semakin kecil. "Oh iya, maaf. Lain kali ya." Kinara membereskan alat make upnya dan memasukkan ke tas jinjing, dia bersiap untuk bangkit ketika tangan Afya menekan bahu Kinara agar tidak berdiri. "Lo nyepelein gw ya? Lo takut gak gw bayar untuk jadi model gw? Eh asal lo tau, gw beli rumah sakit lo juga mampu! Jadi jangan belagu Cuma gara-gara lo terkenal!" "Sorry ya Fy, tapi gw emang belum sempet gw sibuk, ini karena udah taken kontrak aja." "Oh jadi karena kita belum taken kontrak lo seenaknya nyepelein gw? Lo dulu bilang gak usah pake kontrak lo bakal jadi bintang iklan produk gw, tapi sekarang apa?!" dengan tangan yang masih di bahu Kinara, Afya mendorong tubuh Kinara hingga punggungnya menyentuh sandaran kursi. "Gw gak mau berurusan sama lo Fy, gw capek!" Kinara berdiri dan berniat meninggalkan Afya yang masih mematung karena nada tinggi dari suara Kinara. Yang bahkan belum pernah di dengarnya. Karena selama ini, setakut apapun Kinara, wanita itu tak pernah berteriak kepadanya. Bahkan kini Kinara dengan terang-terangan meninggalkan wanita itu dan membanting pintu dengan cukup keras. Hingga tangan Afya mengepal kesal. "Liat aja Nar apa yang bakal gw lakuin ke elo! Selamanya elo adalah musuh gw!" ucap Afya cukup keras, meskipun dia tahu Kinara pasti sudah pergi dan tak mendengar suaranya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN