Part. 10 Kevin

1079 Kata
Kevin menghabiskan waktu di Bar yang sebagian saham sudah berpindah ke tangannya. Meminum minuman keras hingga mabuk, sambil bercengkrama dengan wanita-wanita yang dia tak perduli mereka pekerja seks komersial atau wanita biasa yang memang menyukainya, menyukai tampang atau dompetnya? Terkadang dia mencari ribut terhadap pengunjung pria lain, yang secara tak sengaja menyentuhnya, atau memang menantangnya karena wanitanya berpindah ke pelukan Kevin. Lalu dia menghabiskan sisa malamnya di hotel bersama wanita-wanita itu, dan di pagi hari didapatinya hatinya yang hampa. Dengan tubuh telanjang dibalik selimutnya yang benar-benar dia tak ingat siapa wanita itu? Wanita bodoh yang ditidurinya. Setelah mengusir wanita yang tidur bersamanya, biasanya dia akan tertidur sampai menjelang sore, lalu kembali ke Bar untuk mengulangi hal yang sama, begitu saja terus. Bahkan dia tak menyentuh secuil makananpun. Karena dengan minuman keras dia merasa sudah sangat kenyang hingga hampir muntah. Mata Kevin sudah memerah karena mabuk, disampingnya sudah ada wanita yang bergelayutan manja dengannya, lelaki manapun pasti akan tergiur dengan tubuh montok nan mulus milik wanita itu. Bahkan ukuran p******a yang melebihi standar itu bisa membuat para pria menelan salivanya karena menahan hasrat ingin sekedar mencengkram atau mendaratkan lidah di ujungnya. Wanita itu menciumi leher Kevin, menggoda agar pria itu mengajaknya ke kamar. Sudah bukan rahasia umum bahwa Kevin sangat jantan di atas ranjang. Siapapun yang tidur dengannya akan merasa sangat puas dan mampu terbang melayang akibat bersentuhan kulit dengannya. "Jangan disitu bodoh," Kevin menarik wajah wanita yang tidak diketahui namanya itu ke arah samping karena ciuman pada lehernya yang tidak tepat. Permainannya sangat kasar. Atau memang Kevin sudah lelah dan tidak bisa menikmatinya. "Hai,, daripada sama pria pemabuk gak jelas seperti itu, lebih baik lo sama gw, ayok.." seorang pria entah dari mana menarik tangan wanita yang masih mengelus bagian bawah tubuh Kevin itu. Mata Kevin buram, namun samar-samar dia seolah ingat siapa pria yang sepertinya ingin cari masalah dengannya. Meskipun Kevin tak ingat namanya tapi dia mengenal raut wajahnya. Wanita yang tangannya masih bergerilnya itu memandang pria tersebut meremehkan, meskipun terbilang tampan tapi baginya Kevin masih jauh lebih tampan, apalagi dia telah mengetahui kalau Kevin dihadapannya ini merupakan konglomerat sekaligus pengusaha terkenal, dengan harapan Kevin mungkin akan memilihnya untuk dijadikan kekasih sebenarnya, bukan hanya teman tidur satu malam. Cukup lama Kevin menatap pria itu, akhirnya dia ingat, lelaki itu adalah temannya dulu di SD, yang pernah dijahili karena ketahuan mengirim surat ke Marsha. Yang Kevin tak tahu, mengapa pria yang dulu berbadan tambun, kini postur tubuhnya berubah drastis menjadi tinggi dengan d**a bidang yang tegap dan yahh wajahnya cukup lumayan. "Lo cari maenan laen deh, dia milik gw malam ini," Racau Kevin, tak mampu menyamarkan mabuknya. Suaranya pun terdengar sengau. "Gw mau yang ini," Pria itu menarik tangan wanita seksi tadi hingga kesakitan. Kevin menarik tangannya yang lain. Lalu berdiri menatap pria itu lekat. Sementara tangan satunya mendorong tubuh pria itu hingga mundur beberapa langkah. Pria itu marah lalu didaratkan tinjunya ke hidung Kevin, sangat keras. Bahkan Kevin bisa merasakan darah merembes keluar dari lubang hidungnya. Pas sekali, Kevin memang sangat ingin berduel melampiaskan kesalnya kepada takdir. Mereka saling baku hantam, tak ada yang memisahkan, hingga wajah keduanya lebam, bahkan seluruh pengunjung berteriak dan bersorak seolah mereka berada di arena sabung ayam. Sementara wanita seksi tadi menyeringai senang, karena berfikir kalau dua lelaki tampan di hadapannya kini memperebutkannya. Kevin memenangkan pertarungan sengit itu, dibandingkan wajahnya yang hanya lebam di beberapa bagian, pria tadi jauh lebih parah, karena memarnya tidak hanya pada wajah melainkan ke beberapa bagian tubuhnya, sementara darah mengalir dari bibir dan pelipis lelaki tadi. Dia tak tahu saja kalau memang Kevin menunggu kesempatan itu, kesempatan untuk melampiaskan marahnya kepada siapa saja. Kevin berjalan meninggalkan pria tadi yang masih terlunglai di lantai, sementara wanita seksi itu mengekornya. Tubuh Kevin sempoyongan, karena mabuk yang dideranya dan rasa sakit akibat hantaman si b******k yang dia lupa namanya itu. Wanita yang mengekornya menghela Kevin ke mobil pribadi miliknya dan membawa tubuh setengah sadar Kevin ke sebuah hotel. Dia bahkan meminta ke petugas hotel untuk menyiapkan kotak P3K, lalu dengan cekatan membersihkan luka di wajah Kevin. Kevin mengernyit kepalanya sangat pusing, tubuhnya agak dingin karena bertelanjang d**a dan angin yang cukup kencang bertiup melalui jendela yang dibuka lebar. Sementara wanita seksi itu sudah mengganti gaunnya dengan lingerie menerawang berwarna putih, sambil merokok di balkon hotel. Membuang asap yang tadi dihirupnya melalui mulut. Merasa ada yang memperhatikan, wanita itu menoleh ke arah Kevin dan tersenyum melihat lelaki itu telah sadar sepenuhnya. "Kamu sudah sadar? Mau menuntaskan yang tadi?" kerlingan nakal dari wanita itu dengan desahan sensual dari bibirnya mau tak mau membangkitkan birahi Kevin. Tangan wanita itu bergerilya ke tubuh Kevin meraba d**a dan perutnya. "Auchhh" Kevin mengerang, karena entah kenapa bagian perutnya terasa sakit. "Jangan disitu Beibb," Kevin mengangkat tubuh wanita sintal itu ke atas pangkuannya. Sudah biasa dia memanggil para pemuas nafsunya dengan sebutan "Beib," karena memang dia tak tahu dan tak mau tahu nama mereka siapa? Mereka berciuman dengan panas dan lama, meskipun bau alkohol masih menyeruak dari bibir Kevin, tapi tak masalah selama dia bisa menikmati cumbuan memabukkan dari pria yang digandrungi para kaum hawa itu. Hampir satu jam mereka Saling memuaskan satu sama lain, dengan permainan dewasa yang erotis. Hingga sesuatu mendesak keluar dari dalam tubuh Kevin, dia mendongakkan wajahnya dan berteriak, "Ahhh Marsha!!" ya satu nama yang memang selalu diucapkan ketika telah sampai puncaknya. Karena sejujurnya, setiap kali berhubungan dia selalu membayangkan Marsha, cintanya pada wanita itu terlampau besar. Hingga menyakitinya. Dan karena cintanya itu pula sampai saat ini dia bahkan menjaga Marsha agar tidak ditidurinya, ditambah sebelumnya Marsha pernah berucap hanya akan melakukan hubungan intim setelah menikah. Berkali-kali Kevin mencoba menghapus bayangan itu, namun nama dan senyuman Marsha tak pernah pudar dari ingatannya. "Siapa Marsha?" sentak wanita itu, rasa ingin tahunya sangat besar, Kevin segera mengangkat tubuhnya dan berbaring di ranjang sambil berselimut, karena mendadak merasa menggigil. Dia tak menghiraukan pertanyaan-pertanyaan dari bibir pasangan seksnya. Selalu seperti itu. Setelah puas Kevin akan tertidur dan tidak memperdulikan apa-apa lagi. Menjelang siang Kevin tak juga bangun dari tidurnya, sementara wajahnya pucat dengan keringat dingin menetes dari keningnya. Akhirnya wanita yang semalam menemaninya memanggilambulance dan membawa Kevin ke rumah sakit keluarganya. Siapapun pasti tahu keluarga Kevin dan bisnis keluarganya, termasuk para wanita yang menggodanya itu. Sementara setelah tubuh Kevin dibawa ke UGD, Kinara menyambutnya dengan cemas, mengecek nadinya dan menanyai si wanita dengan berbagai pertanyaan. Hingga akhirnya Kinara meminta wanita itu meninggalkan Kevin, meski agak enggan namun dia menurutinya, toh Kevin pasti akan baik-baik saja ditinggal disana. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN