Pagi ini, Meyka kembali dibuat kalang kabut lagi. Seperti biasa, setelah hari libur dia pasti akan terburu-buru jika ke kantor. Dia mengemudi sambil beberapa kali menahan napas, khawatir akan terlambat. Begitu mobil Meyka berbelok di parkiran kantor, dia mengembuskan napas lega. Tetapi, itu hanya berlangsung sesaat karena dia harus melakukan presensi sidik jari. Dia kembali panik saat berjalan menuju ruangan. "Meyka cepetan!" Meyka berlari mendengar suara temannya. Dia segera menempelkan jempol dan muncul namanya. Kemudian dia berbalik dengan senyum lega. "Akhirnya." "Ciee, yang habis ketahuan jalan sama cowok terus ambil cuti," ujar Rela. Meyka mendengus, ingat pertemuannya dengan dua temannya ketika bersama Rado. "Gue cuti bukan karena itu, ya!" "Terus?" Angeli ikut menimpali. "Ka