Mamih Bebi menjerit heboh begitu membuka rapor anak emasnya. "Ulu... ulu! Anak Mamih memang hebat, sakti mandraguna! Yesssss, juara satu!" Mamih memeluk Bebi dan mengecup pipi Bebi berkali-kali. Sampai pipi Bebi berkilat dan lembap terkena air liur Mamih. Seperti biasa, Bebi menanggapinya dengan datar. Wajahnya terlihat kalem tanpa ekspresi apapun. "Ih, Mami. Bebi itu udah bukan bayi. Dia itu suami orang. Tingkah Mamih itu kayak pelakor aja!" goda Manda. Dia berjalan melewati adiknya, masih sempat-sempatnya tangannya terulur mengacak rambut Bebi. Mamih menepis tangan Manda dengan gemas. "Jangan ganggu adik kamu!" "Mamih yang ganggu adik, kok gue yang dituduh?" "Eh?!" Mereka berdua saling melotot adu kekuatan otot mata. Bebi melirik ke kedua kubu, seakan ingin membanding