Karan menghentikan motor hitamnya di sebuah mal. Cowok itu berjalan terlebih dahulu meninggalkan Kiran yang berjalan mengekorinya dari belakang. Kiran tersenyum begitu Karan berjalan menuju foodcourt, tapi kemudian senyumnya memudar tatkala Karan terus berjalan melewati foodcourt tersebut. Ia pikirKaran membawanya kesini untuk makan siang bersama. Namun ternyata dugaannya salah, cowok itu malah terus berjalan menaiki eskalator tanpa memedulikan dirinya. Yah minimal cowok itu melihat ke belakang ke arahnya, bukan malah berjalan terus tanpa memperhatikannya. Kiran mengikuti Karan yang memasuki Toko buku, bibir Kiran seketika melengkungkan senyuman. Ia berjalan berlawanan arah dengan Karan, cowok itu berjalan ke arah rak-rak buku Sastra. Sedangkan dia berjalan menuju rak-rak buku Fiksi, Kiran tersenyum begitu melihat buku yang dicarinya berada di depan mata. Diambilnya beberapa buku yang di sukainya Kiran menghitung jumlah buku yang berada di tangannya, totalnya 8 buku yang sudah dipilihnya. Ketika Kiran akan mengambil lagi buku yang disukainya seketika ia mengurungkan niatnya. Begitu menyadari bahwa dirinya hanya cukup membeli buku yang berada di tangannya saja, Dengan berat hati Kiran mengembalikan buku tersebut ke tempat semula.
"Kenapa enggak jadi diambil?" Tanya Karan tiba-tiba dengan suara seperti biasa. Datar. Membuat buku yang dipegang Kiran akan terjatuh, namun untung saja buku tersebut tidak jatuh, dengan sigap Karan membantu memegangi buku tersebut. Karan yang kini telah berdiri di sampingnya itu membuat degup jantung Kiran berdetak tidak karuan. Aroma parfume Karan yang menenangkanmembuatnya gugup akan kedekatan Karan dengan tubuhnya.
“Emmnggak jadi." Ujar Kiran pelanmasih mencoba mengontrol degup jantungnya.
Karan menatap Kiran dengan kening berkerut, namun seketika pria itu mengangguk lalu berjalan menuju kasir membuat lagi-lagi Kiran mengekori Karan dari belakang. Kini giliran Kiran yang sedang berdiri di depan sang kasir, setelah tadi Karan terlebih dahulu yang membayar buku-bukunya. Ketika Kiran menoleh ke samping kirinya untuk melihat Karan, seketika matanya melotot, dia tidak melihat Karan di sampingnya, ia menatap ke sekeliling mencari keberadaan Karan namun ia tidak menemukan cowok itu, setelah selesai membayar buku-buku yang telah dipilihnya Kiran berjalan menuju kursi yang letaknya tidak jauh dari sana.
Sepuluh menit kemudian, Karan berjalan kearahnya dengan wajah seperti biasa datar. Tanpa mengucapkan permintaan maaf padanya karena telah menunggu cowok itu, Karan menarik tangan Kiran untuk berdiri kemudian mereka berjalan meninggalkan toko buku tersebut. Cowok itu berjalan dengan cepat, meninggalkan Kiran berjalan jauh di belakangnya dengan mencebikkan bibirnya sebal, Kiran mulai berjalan dengan perlahan tidak berjalan cepat seperti tadi, kakinya begitu sakit ketika tadi berjalan untuk menyamai langkah cepat Karan. Begitu Kiran berjalan melewati foodcourt, matanya seketika membelalak kaget. Begitu melihat Karan dengan santainya duduk disalah satu kursi di dalam foodcourt, yang tengah asyik memakan makanannya. Kesal yang dari tadi dirasakan Kiran seketika membuat ia ingin berteriak, dengan langkah cepat Kiran menghampiri Karan yang masih asyik dengan makanannya. Karan memandang Kiran malas, lewat tatapan matanya Karan menyuruhnya untuk duduk di depannya. Dengan wajah yang masih sebal ia mendudukkan pantatnya sambil menatap wajah Karan dengan kesal.
“Makan." Ucapan Karan yang tajam membuat Kiran menatap makanan yang berada di hadapannya, sushi. Apa cowok itu bercanda. Dia tidak suka sama sekali dengan daging mentah, dan yang di hadapannya itu di dalamnya berisi daging mentah. Kiran bingung, ia lapar tapi ia tidak mungkin memakan sushi. Diliriknya Karan yang asyik memakan Sushi sambil menatap dingin kearahnya. Seketika Kiran meneguk ludahnya dengan berat, ia mengambil gelas di hadapannya yang ia ketahui minuman itu Oranye Juice. Lebih baik dirinya menghabiskan minuman ini, daripada dirinya harus memakan makanan yang tidak disukainya.
“Kenapa lo nggak makan?" Kiran tersenyum kecil, mendengar ucapan tegas Karan.
“Gue... Enggak suka Sushi." Ujar Kiran pelan, Karan mendengus mendengar jawaban Kiran. Cowok itu mengambil Wasabi lalu menaruhnya diatas Sushi, setelah itu cowok itu mencelupkan Sushi ke dalam mangkuk yang berisi Soyu (kecap asin) dengan tatapan mata yang tajam cowok itu menyuruh Kiran membuka mulutnya, cewek itu menggelengkan kepalanya. Ia menolak untuk makan, walaupun disuapi oleh Karan sekalipun ia tetap tidak mau.
"Buka mulut...." perintah Karan dengan nada otoriter yang membuat Kiran mau tak mau menerimanya, dengan wajah memerah menahan malu, dan menahan degup jantungnya yang tiba-tiba berdetak cepat. Kiran membuka mulutnya, seketika Sushi yang berada di tangan Karan kini berpindah pada mulut Kiran. Awalnya Kiran hanya mendiamkan Sushi itu berada di dalam mulutnya, namun tatapan dingin Karan membuatnya mau tak mau menelan Sushi tersebut. Dan rasanya... sungguh aneh, meskipun rasa amis dari daging Salmon tersebut tidak begitu terasa, tapi tetap saja lidahnya tidak terbiasa dengan makanan asing di depannya. Karan menaikkan alisnya tinggi menunggu komentar Kiran.
“Emm,.." Karan hanya mengangguk sambil memainkan ponsel pintarnya, ia menunggu Kiran menghabiskan Sushi pada dinner platenya itu, namun cewek itu malah diam tidak menyentuh Sushi itu lagi.
"Habiskan." Karan berujar tajam, tanpa mengalihkan matanya pada layar ponselnya. Dengan sebal Kiran menuruti perintah Karan, yang membuat minumannya habis.
Selama cewek itu menghabiskan makanannya, Karan asyik memainkan Ponselnya tanpa repot-repot mengajak Kiran mengobrol dengannya. Lima belas menit berlalu, akhirnya Kiran menghabiskan semua Sushi walaupun sehabis itu mulutnya ingin muntah karena mual. Karena masih mual Kiran mengambil minuman di gelas Karan, dirasanya mulutnya tidak sebal lagi membuat cewek itu tersenyum, namun berbeda dengan Karan. Cowok itu menyipitkan matanya tajam memandang Kiran, membuat cewek itu hanya menyeringai.
"Jorok." Desisnya dingin, yang membuat Kiran cemberut. Tanpa membuang waktu, Karan beranjak dari duduknya lalu berjalan meninggalkan foodcourt diikuti Kiran di belakangnya.
"Mana ponsel lo?." Ucap karan, setelah mereka berdua telah sampai di rumah Kiran. Cewek itu memberikan ponselnya pada Karan, cowok itu mulai mengetik beberapa nomornya di ponsel Kiran. Tak berapa lama ponsel Karan bergetar, cowok itu lalu menyimpan nomor Kiran pada ponselnya begitu pun sebaliknya, Kiran menyimpan nomornya pada ponsel Karan.
Begitu Kiran ingin mengajaknya untuk mampir ke rumahnya, Karan sudah menjalankan motornya meninggalkan Kiran dengan mulut ternganga.
"Astagaaaaa... Mimpi apa gue bisa suka sama cowok model dia." sesalnya frustrasi. Dengan mengentak-entakkan kakinya kesal, cewek itu berjalan memasuki rumahnya.
-
-
-
tobecontinue