SEJAK tadi Vean tidak bisa berhenti untuk merutuki dirinya. Ia kesal, tentu saja. Tapi ia mengerti situasi, alhasil pilihannya jatuh kepada mendesah panjang dan berbalik badan menuju motornya yang terparkir apik di parkiran motor sekolah. Ada yang aneh dengan perasaannya, Vean juga tidak mengerti kenapa hatinya bisa seperti ini. Rahangnya mengetat kuat ketika ekor matanya melihat adiknya yang sedang menggendong Rezel ala bridal style tersebut. Vean tersadar, kemudian menggeleng pelan. Ia tidak mempunyai hak apapun mengenai ini. Seharusnya Vean tidak berlebihan asalkan Rezel baik-baik saja. Ia percaya pada Vigo bahwa adiknya itu pasti bisa menjaga Rezel. "Vean!" Pergerakan Vean yang akan memasang helm ke kepalanya seketika terhenti, cowok itu mendengar suara itu, ia pun mengedarkan p