"Sayang, mas cari kemana - mana nggak tahunya di sini." Aku menoleh ke belakang, menatap pria yang saat ini sedang bertolak pinggang di belakangku.
"Kenapa?" Tanyaku.
"Harusnya mas yang tanya, kenapa akhir - akhir ini sering banget di sini."
"Liat para om tentara lagi latihan." Jawabku sambil nyengir.
Mas Nendra mendengus, "Suami kamu juga tentara, bahkan lebih tampan." Katanya membuatku tertawa.
Aku juga tak tahu kenapa sekarang suka sekali duduk di pinggir lapangan melihat para Om tentara yang sedang latihan.
Dua bulan sejak pertemuanku dengan pria itu, aku bersyukur sampai sekarang aku tidak bertemu lagi dengannya, aku berharap selamanya benar - benar tak lagi bertemu dengannya.
"Tapi, Vina ingin lihat yang lebih muda dari mas." Kataku sengaja menggodanya.
"Jangan bikin mas cemburu deh, ayo pulang, sudah sore." Kata mas Nendra langsung menarik tanganku, aku tertawa, suamiku gampang sekali di buat cemburunya.
Sampai rumah dinas, aku langsung ke dapur membuatkan teh manis untuk mas Nendra, sedangkan mas Nendra langsung masuk kamar mandi.
Sambil menunggu mas Nendra mandi aku duduk manis di depan TV sambil berselancar di sosmed, aku suka kepo dengan postingan mas Nendra di i********:, melihat comment dari para fansnya yang rata - rata dedek gemas pecinta pria berseragam loreng atau kopi s**u.
Postingan mas Nendra terbaru saat kemarin malam sedang antri martabak yang sedang hits, antriannya panjang sampai aku yang awalnya ikut antri langsung menyerah dan duduk manis di mobil atas permintaan mas Nendra.
Di postingannya, mas Nendra memotret antrian yang panjang dengan caption 'Demi ibu negara tercinta yang ngidam martabak, bapak negara pun rela ngantri' likenya saja tembus hingga dua juta lebih, belum lagi comment yang lucu - lucu membuatku tertawa.
"Lihat apa sih, sampai ketawa begitu." Aku menoleh, mas Nendra mengecup puncak kepalaku dan duduk sambil ikut menatap layar ponselku.
"Fans kamu nih, comment lucu - lucu bikin orang ketawa saja." Mas Nendra hanya mengangguk, lalu mengangkat cangkir teh manis di depannya dan meminumnya.
"Eh, yang kamu belum kedatangan tamu 'kan?" Tanya mas Nendra tiba - tiba, membuatku yang sedari tadi fokus di layar ponsel sekarang pindah pada mas Nendra.
"Vina cape mas, malam ini jangan minta."
Mas Nendra langsung tertawa saat mendengar jawabanku, membuatku mengernyitkan dahi karena bingung, kenapa malah tertawa ini orang?
"Kenapa sih, ada yang lucu?" Tanyaku, mas Nendra menggeleng, "Terus?"
"Mas cuma tanya saja, tamu dari bulan belum datang 'kan, jangan - jangan Ganendra junior sudah ada di dalam sana." Kata mas Nendra sambil menatap perutku, aku langsung diam, memikirkan apa yang mas Nendra katakan.
Ganendra junior? Tamu bulanan belum datang? Tunggu, jika di ingat - ingat memang benar aku belum ke datangan tamu, bagaimana aku bisa lupa, gara - gara terus kepikiran pria itu aku sampai lupa dengan diri aku sendiri.
Aku menepuk jidatku, "Vina lupa mas."
Mas Nendra menatapku, "Cek sekarang yang, mas beli tespacknya ya." Katanya yang langsung berdiri akan pergi tapi langsung aku tarik tangannya.
"Kenapa?"
"Vina ada, nggak usah beli." Kataku, mas Nendra mengangguk.
"Ya sudah buruan sana, mas mau tahu hasilnya."
Aku menggeleng, "Besok pagi saja, urine di pagi hari lebih bagus."
"No, mas mau sekarang, jangan buat mas penasaran sepanjang malam yang."
"Kalau sudah maunya gitu deh, maksa." Kataku yang langsung berdiri, berjalan menuju kamar, mas Nendra malah terkekeh mendengar ocehanku.
Aku mengambil tespack dan membawanya ke kamar mandi, jantungku sudah berdebar tak karuan, aku takut hasilnya akan mengecewakan, aku takut mas Nendra kecewa.
Tubuhku langsung terasa lemas saat melihat hasilnya, yes? Berarti positif?
Aku hamil? Rasanya ingin berteriak sekencang mungkin, aku sungguh bahagia, aku benar - benar bersyukur karena tak sampai menunggu waktu lama, aku di beri kepercayaan oleh Allah.
Aku langsung keluar kamar mandi, menghampiri mas Nendra yang masih duduk di depan TV menungguku.
"Gimana?" Tanya mas Nendra saat aku sudah dekat, aku memberikan tespack padanya.
"Mas tanya hasil tespack kamu yang, kenapa di kasih termometer, memangnya mas demam."
Apa dia bilang? Termometer? Ya ampun, ini suami siapa sih, aku langsung tertawa sampai perutku rasanya sakit.
"Kenapa tertawa? Ada yang lucu?" Tanya mas Nendra kebingungan melihat aku yang tertawa, aku mengangguk.
"Kamu tahu tespack nggak sih mas?" Tanyaku saat sudah bisa menguasai diri menahan tawa.
"Tahu lah, yang kaya kertas tapi kecil dan tipis 'kan?"
Aku mengangguk, "Tahunya cuma yang itu?" Tanyaku dan mas Nendra kembali mengangguk.
"Kamu mas, malu - maluin deh, istrinya dokter Obgyn suaminya nggak tahu mana termometer dan mana tespack."
"Maksudnya?"
"Itu yang mas pegang juga tespack, tapi ysng digital, jadi bukan termometer." Kataku.
Mas Nendra langsung melihatnya, "Yes, berarti?" Mas Nendra menatapku, aku tersenyum dan mengangguk.
Mas Nendra langsung tersenyum, detik berikutnya mas Nendra langsung memeluk aku sangat erat.
"Terima kasih, sayang." Katanya dengan suara yang bergetar, mas Nendra melepas pelukannya mencium keningku dan langsung sujud syukur, membuatku terharu, tak terasa air mataku menetes melihat suamiku yang sangat bahagia.
Orang bilang jika suami sampai menangis dan sujud syukur saat tahu istrinya hamil, itu tandanya dia benar - benar sangat bahagia, dia tak bisa mengatakan apapun, hanya air mata dan sujud syukur yang bisa di ungkapkan, itu kara orang. Setiap manusia memiliki cara sendiri - sendiri dalam mengungkapkan rasa bahagianya.
Mas Nendra menangkup wajahku dengan kedua tangannya, "Terima kasih, mas bahagia, sangat bahagia sayang." Mas Nendra kembali mencium keningku dan memelukku dengan erat.
"Vina nggak bisa nafas nih mas." Kataku, mas Nendra terkekeh mendengar protesku dan melepas pelukannya.
"Maaf, mas terlalu bahagia." Katanya, "Mas mau telfon mommy sama mamah ya yang, kasih tahu kabar bahagia ini." Aku menggeleng.
"Nanti saja selesai shalat maghrib, mas telfon mamah, nanti Vina kirim foto saja langsung di group Family D2R biar semua langsung tahu." Kataku, mas Nendra memgangguk setuju.
Group Family D2R itu berisi istri, anak dan menantu dari Ayah, Appa Reno dan Appa Dimas. Bukan cuma orang tuanya saja yang dekat, tapi kami para anak juga dekat.
Selesai shalat maghrib, mas Nendra langsung menghubungi mamah mertua, yang awalnya panggilan telfon biasa langsung berubah jadi vidiocall saat mas Nendra bilang aku hamil.
Mamah mertua bahagia sekali, beliau sampai menangis membuatku terharu, mamah mas Nendra memang sangat menyayangiku, kadang mas Nendra sering iri karena selalu di acuhkan saat aku dan mamah sudah bertemu.
Selesai telfon mamah, aku segera mengirim foto mas Nendra yang tersenyum sambil memperlihatkan tespack, tak butuh waktu lama, group langsung ramai.
Family D2R
Mbak Zia
Selamat Vina sayang, sehat terus sampai lahir nanti, mbak seneng banget.
Amma Abell
Selamat Vina dan Ganendra sayang.
Pejuang Cinta
Selamat kembaranku, tolong ya kalau mau kirim foto, suaminya nggak usah ikut di foto karena merusak.
Ayah Dhika
Selamat anak Ayah, Ganendra dan Vina, sehat selalu cucu opa sampai lahir nanti.
Bang Alvand
Waduh, jadi pakde nih, btw selamat Vina sayang, benar tuh kata Vino sebaiknya Nendra nggak usah di foto.
Bang Andi
Selamat untuk kalian berdua, sehat selalu untuk ibu dan bayinya.
Appa Dimas
Selamat nak, Appa ikut bahagia.
Suamiku
Abang ipar, kenapa sih sirik begitu, kalah tampan sama adik iparmu ini ya?
Pejuang cinta
Jijay gue Ndra, tampan dari hongkong.
Noll Noll
Selamat bebs, sehat selalu ya, itu abang sama adik ipar nggak di group nggak ketemu langsung kerjaannya berantem mulu deh
Me
Terima kasih semua, love you
Aku menutup aplikasi hijau yang saat ini ramai chat dari member D2R, biar mas Nendra saja yang membalas chat mereka.
Aku membuka aplikasi yang mencatat siklus haidku, mulai menghitung sudah berapa minggu Ganendra junior berada di rahimku. Sungguh memalukan, aku dokter Obgyn tapi sampai tak tahu jika aku hamil. Pikiranku memang kacau sejak bertemu pria itu, aku tak lagi bisa menikmati hidup, seperti sedang di hantui.
Saat ini aku hamil lima minggu tiga hari, sudah lima minggu baru menyadarinya? Ya ampun Vina, sungguh terlalu.