"Kamu sudah makan malam?" Elle menghampiri Arley yang tengah menikmati angin malam di balkon dengan satu kaleng minuman beralkohol rendah di tangannya.
"Belum." sahut lelaki itu dengan nada dingin. Seperti yang dia katakan pada Elle siang tadi, Arley masih menganggap wanita itu sebagai orang asing yang tiba-tiba saja hadir di dalam kehidupannya.
"Apa perlu aku meminta pelayan untuk menyiapkan makan malam kita di sini, Sayang? Kebetulan, aku juga belum makan." Elle mencoba untuk menyarankan. Sebagai seorang istri, dia merasa bertanggung jawab atas kesehatan dan segala kebutuhan Arley.
"Terserah." sahut Arley masih tanpa menoleh ke arah Elle.
Wanita itu hanya menghela napas. Dia tidak marah. Setelah mendengar cerita dari Arley, Elle mengerti. Tidak mudah bagi suaminya membuka hati. Dia sudah disakiti oleh orang yang dia percaya akan menjaga harga diri dan kehormatannya sebagai seorang lelaki.
"Baiklah. Kamu tunggu di sini. Aku akan meminta pelayan menyiapkan makan malam untuk kita berdua. Kamu mau makan apa?" Elle tetap berusaha menanyakan menu makanan apa yang diinginkan oleh suaminya.
"Samakan saja denganmu. Apapun itu, aku akan makan." Kali ini Arley berbalik, terlihat lelaki itu sedikit memaksakan diri untuk tersenyum dan Elle bisa melihat keterpaksaan suaminya.
"Sesuai permintaanmu, Baby." Elle melangkah pergi.
Suara ketukan sepatu hak tinggi wanita itu menggema dan memperjelas kalau langkahnya sudah menjauh.
Arley kembali meneguk isi kaleng yang ada di tangan kanannya. Lelaki itu kemudian meremas rambutnya lumayan kuat. Arley benar-benar tidak mengerti, mengapa takdir seperti sengaja mengombang-ambingkan dia.
Sekarang, lelaki itu seakan sedang terdampar dalam sebuah pulau asing dengan berjuta kemewahan. Penuh dengan harta benda yang bisa membuatnya lebih bersinar.
Tapi ...
Sayangnya hati lelaki itu hampa.
Kosong.
Dia tidak tahu, kemana akan membawa semua kehancuran itu dalam melangkah. Dia ingin berhenti. Dia ingin menjadikan Elle sebagai rumah. Tapi dia tidak memiliki kepercayaan yang cukup. Arley terlalu takut memulai kembali. Dia tidak ingin kembali merasakan sakit.
Arley dapat mendengar ketukan sepatu Elle kembali mendekat. Setiap wanita itu berada di sisinya, Arley hanya menganggap dia adalah mainan Elle.
Wanita itu sudah membelinya dengan harga mahal dari Clara. Dengan alasan itu, sekarang Arley tidak lagi memberontak. Dia pasrah dengan apapun perlakuan dari Elle. Hal yang harus dia lakukan hanya bekerja keras sampai dia bisa mengembalikan uang tebusan yang Clara dapat dari Elle.
Setelah itu, mungkin dia bisa membebaskan diri. Pergi dari kehidupan Elle dan membuka lembaran baru. Sebagai Arley, bukan sebagai mainan atau peliharaan Elle. Walaupun wanita itu tidak pernah memandang rendah dirinya.
"Tunggu sebentar, Sayang. Pelayan sedang menyiapkan semua makanan yang akan kita santap bersama. Kemeja kamu terlalu tipis, aku akan mengambilkan mantel untukmu." Elle yang sempat meraba bagian punggung Arley tahu, setipis apa kemeja yang lelaki itu pakai.
Tapi ...
Sebelum Elle berhasil menjauh, Arley mengunci pergelangan tangan wanita itu dengan genggamannya. Hampir seharian Elle mengurus segala keperluan lelaki itu. Arley merasa, sesekali dia harus memberi Elle sedikit perhatian. Sungguh, lelaki itu berada dalam kebimbangan. Terjebak dalam kubah yang membuat dia mau tidak mau harus menerima kenyataan.
"Tidak perlu, Elle. Bukankah setelah makan malam kita langsung tidur?" tanya Arley dengan nada bicara sedikit diperhalus.
"Malam ini sangat sayang untuk dilewatkan, Arley. Lagipula, kita memang masih memiliki beberapa malam pengantin. Setidaknya lakukan setiap malam sampai aku hamil. Aku sangat ingin mengandung anakmu." ucap wanita itu dengan penuh keyakinan.
Kini Elle berada tepat di samping Arley. Wanita itu memeluk lengan suaminya dengan begitu posesif. Seakan akan ada orang lain yang merebut lelaki itu darinya.
Membicarakan masalah ranjang membuat pikiran Arley melayang. Dia mengingat permainan ranjang mereka semalam. Elle begitu hebat di bagian itu. Arley bahkan ingin tahu, apa kekurangan yang dimiliki Elle? Tidak ada. Wanita itu nyaris sempurna.
"Kamu tidak perlu khawatir, Elle. Aku akan melakukan tugasku setiap malam. Sesuai permintaanmu, sampai kamu mengandung anakku."
Menolak pun tidak ada gunanya. Terlebih, Arley lelaki normal. Dia juga sudah lama tidak mendapatkan kepuasan biologis dari Clara. Wanita itu sering menolak dengan berbagai alasan.
Elle kemudian menarik lengan Arley, hingga membuat lelaki itu menghadap ke arahnya. Bibir Arley yang sedikit basah karena minuman terlihat begitu ranum tertimpa sinar lampu.
"Arley, terima kasih. Terima kasih karena kamu bersedia untuk membiarkan aku mengandung anakmu. Di mataku, tidak ada sedikitpun kekurangan kamu. Kamu sempurna, bahkan terlalu sempurna. Aku yakin, Clara akan menyesal telah menukar kamu dengan uang." Elle memainkan jemarinya di area yang dia inginkan.
Arley sebenarnya cukup risih. Apalagi sekarang mereka sedang berada di ruangan terbuka. Pada dasarnya Elle memang sedikit agresif. Mau tidak mau, lelaki itu harus mulai membiasakan diri dengan segala tingkah laku istri barunya.
Perlahan tangan Elle dikalungkan ke leher lelaki itu. Tatapan wanita tersebut begitu teduh. Arley bisa melihat sorot ketulusan di sana, tetapi tentu saja dia tidak bisa percaya sebanyak yang seharusnya. Lelaki itu tetap pada mode antipati.
Tiba-tiba saja Elle menarik kepala bagian belakang Arley perlahan. Lelaki itu hanya pasrah, mengikuti kemauan Elle. Dia tahu apa yang akan dilakukan oleh wanita itu. Sesuai tebakannya, Elle menyatukan bibir mereka. Tidak hanya sampai di sana, Elle melakukan pergerakan lembut dan membuai. Membuat Arley terbawa suasana dan membalas ciuman memabukkan yang diberikan oleh wanita itu.
"Per-permisi Nyonya dan Tuan. Makanan kalian sudah siap. Selamat menikmati." Pelayan yang mengantarkan makanan ke area tempat mereka berdua b******u mesra segera meninggalkan ruangan.
Sementara Elle tetap tenang. Dia tampak tidak terusik dengan kehadiran para pelayan tersebut. Meskipun sempat terhenti, wanita itu kembali melanjutkan kegiatan mereka. Bukan Elle kalau tidak selalu bertindak luar biasa. Wanita itu memang benar-benar mengagumkan.
Beberapa menit kemudian, Elle baru mau melepaskan Arley. Dia tahu kalau apa yang baru saja dia lakukan mampu membuai lelaki tampan yang ada di hadapannya. Sungguh, Elle tidak akan melepaskan Atlet begitu saja kalau bukan karena mereka harus makan malam.
"Kita akan melanjutkan pemanasan lagi nanti. Sekarang kita makan dulu. Aku tidak ingin kamu sampai sakit, Arley."
"Terima kasih, Elle." Arley mencoba menyadarkan dirinya yang sudah terpengaruh perlakuan Elle beberapa menit yang lalu. Bersikap tenang dan duduk tepat di hadapan wanita yang tengah menyiapkan hidangan yang akan dia makan.
Di dalam hatinya Arley bertanya, apakah kebaikan Elle tulus? Atau dia sama saja dengan yang lain? Membuatnya terbuai lalu menghempaskan begitu saja saat dia tidak lagi dibutuhkan? Lelaki itu tidak menemukan jawaban dari pertanyaannya sendiri.