Selamat Datang, Tuan Arley

1108 Kata
"Selamat datang Tuan Arley," Josep membungkukkan badannya beserta pekerja ternak yang lain, mereka menyambut kedatangan Arley di peternakan dengan penuh hormat. Arley merasa aneh di perlakukan seperti ini. "Josep, dan kalian, apa-apaan ini? Kita satu rekan kerja, kalian tidak perlu menyambutku seolah aku sangat spesial." sungut Arley, ia mengambil topi koboi miliknya dan juga sepatu khusus untuk bekerja di peternakan. "Bagaimana bisa biasa, sekarang Arley kami telah menjadi tuan. Menjadi suami dari Nyonya Elle. Biarpun dulunya kita teman, aku tetap harus menghormatimu kawan." Josep menepuk bahu Arley sebagai tanda dukungan. "Josep, siapapun aku sekarang, tolong perlakukan aku seperti biasa. Aku tidak ingin di-spesial-kan. Anggap aku masih seperti biasa. Aku masih Arley yang sama seperti yang kamu kenal dulu." Arley menegaskan pada Josep, teman seprofesinya itu untuk tetap menganggapnya sama seperti dulu. "Tapi kan ...," "Sudahlah, ayo bekerja." Arley mengambil ember berisi sikat khusus untuk memandikan sapi dan juga selang. "Tuan, biarkan saya yang mengerjakannya. Tuan tidak boleh mengerjakan apapun." salah satu pekerja mendekati Arley dengan perlahan. "Siapa yang tidak memperbolehkan? Aku sudah terbiasa mengerjakan ini. Apa kamu takut akan di marahi oleh Elle?" Arley menatap pekerja itu dan pekerja itu menunduk. "Kamu tenang saja. Elle tidak akan marah. Aku mengerjakannya karena aku memang pekerja di peternakan ini. Jangan terlalu sungkan." Arley menepuk bahu pekerja itu sekilas dan mulai menyemprot sapi di hadapannya. Kemauan Arley untuk tetap bekerja membuat para pekerja lain mulai membicarakan kerendahan hatinya. Dari sekian mantan suami Elle, hanya Arley yang bersedia bergabung bersama mereka seperti sekarang. Mereka berharap, Arley bisa menyejahterakan mereka di masa depan, tidak seperti tuan mereka terdahulu yang selalu menerapkan kebijakan baru untuk merugikan para pekerja. Elle sampai di peternakan. Dia di dampingi oleh dua pengawalnya untuk menemui Arley. Sudah lama sejak kegagalan pernikahannya yang ke tujuh, Elle tidak pernah datang ke peternakan. Hanya Julian, tangan kanannya yang selalu berkunjung dan membantunya menyelesaikan semua permasalahan yang terjadi di sana. Matahari mulai terik, cuaca hari itu sangat cerah, secerah hati Elle yang telah memiliki pendamping hidup baru. Ia berjalan dengan anggun menuju kandang dengan rantang di tangannya. Ia di lindungi payung pelangi yang dipegangi oleh salah satu pengawalnya dari terik matahari. Dress mini pas badan berwarna kuning cerah, kontras dengan kulit putihnya. Rambut Elle dibiarkan tergerai begitu saja. Riasan dan juga lipstik berwarna merah maroon menambah keluar aura kecantikan wanita itu. Di pergelangan tangan Elle, jam tangan merk terbaru melingkar di sana. Membuat siapa saja yang melihatnya terpesona. "Di mana suamiku?" tanya Elle pada pengawal yang sejak adi berada di peternakan untuk menjaga Arley. "Ada di kandang ujung sana , Nyonya. " Pengawal itu menunjuk ke arah kandang utama, tempat para sapi yang telah menghasilkan s**u. "Nyonya Elle datang ke peternakan, kenapa tidak menelepon saya dahulu, kan bisa saya jemput." Julian tergopoh-gopoh menghampiri Melinda. "Tenang saja Pak Julian, saya datang bukan untuk membahas peternakan, tetapi ingin mengantarkan makanan untuk suami saya. Bagaimana dengan persediaan pakan? Apakah masih aman?" tanya Elle seraya terus berjalan ke kandang utama di ikuti oleh Julian dan kedua pengawalnya. "Tenang saja, Nyonya. Persediaan pakan aman sampai dua bulan ke depan. Apalagi lahan rumput kita telah siap untuk di babat." Julian menjelaskan. "Syukurlah kalau begitu. Kemarin asisten perusahaan PT Healthy Milk telah menghubungi saya, dia berharap pasokan s**u untuk perusahaan mereka bulan depan bisa dua kali lipat dari biasanya. Kira-kira, apakah jumlah sapi perahan kita cukup untuk memenuhi semua permintaan yang masuk? Saya tunggu laporannya agar bisa segera memberikan konfirmasi." kata Elle tegas, pandangan matanya lurus ke depan. "Siap, Nyonya. Akan saya selesaikan laporannya sesegera mungkin." Julian menyanggupi permintaan atasannya. Elle terpana saat melihat Arley yang tengah serius memandikan sapi. Dalam keadaan seperti itu pun, suaminya tetap berhasil menarik hatinya. Ia meletakkan rantang yang di bawanya ke meja yang di sediakan khusus untuk meletakkan makanan dan minuman para pekerja. Ia melangkah mendekati Arley yang tengah menggosok badan sapi. "Kalian di sini saja, aku ingin menghampiri suamiku." pesan wanita itu sebelum melangkah jauh masuk ke dalam kandang. Model sepatu wedges yang digunakannya sangat mendukung Elle untuk berjalan dengan mudah namun tetap trendi. "Arley, aku membawakan makan siang untukmu." kata Elle, ikut-ikutan masuk ke dalam kandang, mendekati Arley. "Terima kasih. Kamu sebenarnya tidak perlu mengantarkan makanan ke sini, biasanya kamu hanya mengutus anak buahmu, aku tidak ingin pekerja lain yang menjadi temanku selama ini menjadi sungkan. Aku tidak ingin di anggap tuan oleh mereka." seperti tadi pagi, Arley tetap dingin pada Elle. Tapi wanita itu tetap tersenyum, dia menyadari, butuh banyak waktu untuk meyakinkan suaminya. Dia yakin, perlahan Arley akan bisa menyesuaikan diri dengan satus barunya. "Kenapa memangnya? Kamu suamiku, wajarlah kalau aku datang untuk mengantarkan makananmu. Memangnya mengapa kalau mereka menganggap kamu seperti itu? Kamu kan memang tuan baru mereka, meskipun kamu menyangkal, tetapi kenyataan ini tidak bisa di pungkiri bukan?" Elle ikut membantu Arley dengan menyemprot badan sapi yang telah di gosok olehnya. "Ya, aku memang tuan baru mereka, tapi sampai kapan? Aku tahu, suatu hari aku akan di gantikan dengan yang baru lagi, jadi lebih baik tidak mengakuinya sekalian, kan?" Arley tampak acuh. "Arley, mengapa kamu terus menyangkalnya? Sudah berapa kali aku meyakinkanmu, kalau kamu adalah suami terakhirku. Aku tidak ingin orang lain lagi menggantikan posisimu. Setiap kamu mengatakan itu, perasaanku menjadi sedikit terluka." Arley menegakkan badannya. Dia lalu memandangi wajah Elle, wanita itu tampak sangat serius dengan perkataannya. "Maafkan aku, kalau kata-kataku menyakitimu. Tapi jujur, untuk saat ini aku benar-benar krisis kepercayaan, beberapa orang yang aku pikir akan setia di sisiku, meninggalkanku begitu saja, mencampakkan ku seolah aku tidak berguna sama sekali. Kalau kamu memang serius dengan ucapanmu, tolong yakinkan aku Elle, yakinkan kalau kamu akan terus berada di sisiku. Karena untuk saat ini, aku masih menganggap kamu sebagai orang asing." Arley butuh kepastian, dia ingin memiliki seseorang yang benar-benar menginginkannya. Bukan sekedar datang lalu pergi begitu saja, atau seperti orang tuanya yang membuangnya saat ia masih bayi. "Itu pasti. Aku akan membuktikan padamu, tidak semua orang ingin mencampakkan kamu. Yakinlah, kamu pantas untuk mendapatkan cinta dan kamu layak untuk dicintai, Arley." Seperti sudah menjadi kebiasaan, Elle selalu menyentuh lembut pipi lelaki di hadapannya. Arley pun mulai terbiasa dengan perlakuan lembut yang selalu Elle lakukan padanya. Lelaki itu, ingin mencoba meyakinkan dirinya kalau Elle memang benar-benar tulus, tetapi hati kecilnya terus mengatakan, siapa yang akan tahu ketulusan seseorang hanya dengan bersama dalam beberapa jam. "Sekali lagi terima kasih. Aku akan berusaha menjadi suami yang baik untukmu. Tapi ... tolong beri aku waktu untuk itu." Arley memang harus berusaha keras untuk membuat dirinya bisa membalas perasaan Elle. "Aku sudah sangat senang bisa mendengar niat baikmu itu, Sayang." puji Elle. Berharap apa yang Arley katakan bukan hanya bualan. Belum lama mengenal, tetapi wanita itu yakin Arley bukan tipe pria penggoda.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN