“Benarkah sekarang aku tengah menjadi arwah penasaran? Namun, atas dasar apa?” batin Marchel terus bertanya-tanya.
Lain halnya dengan Marchel yang dibingungkan dengan keadaannya, Slamet yang langsung jatuh cinta kepada Krystal justru sama sekali tidak peduli dengan kenyataannya yang mendadak menjadi arwah penasaran. Karena yang terpenting bagi Slamet kini, adalah bagaimana caranya membuat Krystal membalas cintanya.
“Kenapa enggak dari dulu aku begini?” batin Slamet yang kemudian berkata, “Tolong aku!” Slamet nyaris meraih salah satu tangan Krystal. Ia sengaja memasang wajah sedih sekaligus manja.
“Enggak usah mencuri kesempatan dalam kelonggaran, deh, Met! Chel ... urus nih perjaka bau!” omel Krystal yang sampai menggunakan masker khusus demi menghalau aroma busuk tubuh Slamet.
“Ogah, ih!” balas Marchel yang sedari awal kedatangan Slamet, sengaja menjaga jarak.
Karena meski Marchel sudah menekap kuat hidung berikut mulutnya menggunakan kedua tangan, aroma busuk dari tubuh Slamet benar-benar tidak berkurang. Aromanya tetap tercium kuat, apalagi Slamet yang selalu tersenyum dan memasang wajah tak berdosa kepada mereka, terus saja mendekat. Marchel apalagi Krystal sampai kewalahan menghadapinya.
Krystal yang tak lagi mengenakan piama, ia sudah kembali berpenampilan modis layaknya artis ternama lengkap dengan sepatu boot terbuat dari kulit warna hitam yang membungkus kaki jenjangnya, segera menyemprotkan parfum ke Slamet.
“Kayaknya tetap saja deh. Percuma. Habis seribu botol parfum pun, kalau ni arwah enggak mandi bersih, hasilnya tetap busuk!” keluh Marchel.
“Ya sudah, matiin aja nih perjaka. Biar bagaimanapun, semasa hidup, kamu kan pembunuh bayaran, Chel. Pasti kamu tahu lah, cara yang cocok buat matiin nih mahluk. Lagipula, kalaupun nih mahluk dikasih kesempatan hidup, kasihan manusia yang lain. Pasti kebauan. Logikanya, jadi arwah saja baunya sudah kebangetan, apalagi pas masih hidup? Bisa jadi wabah ganas bahkan melebihi covid!” ucap Krystal yang sampai sesak napas.
“Yuk mandi, yuk!” Slamet tak kuasa mengakhiri senyum berikut tatapannya kepada Krystal. Membuat Krystal yang mendapatinya langsung bergidik ngeri. “Kita mandi bareng?”
“Berani kamu goda-goda aku lagi, aku lempar kamu ke luar angkasa!” rutuk Krystal masih kerap mundur memutari Marchel, hanya untuk menghindari Slamet.
“Ke mana pun kamu mau lempar aku, asal itu bareng kamu, aku mau-mau saja!” balas Slamet dan memang tidak merasa bersalah. Slamet bahkan tidak sadar jika dirinya bau.
Marchel yang awalnya tengah menatap serius tubuhnya yang begitu pucat, langsung terkesiap atas tiupan angin yang begitu kencang dan itu justru karena Krystal benar-benar melempar Slamet ke luar angkasa.
Marchel terperangah, menatap tak percaya Slamet yang semakin lama semakin jauh tak terlihat di atas sana. “Apa yang kamu lakukan enggak akan menimbulkan hal fatal semacam wabah karena aroma tubuhnya, kan?”
Marchel dapati, si cantik Krystal yang memiliki tatapan tajam, sampai terduduk lemas sembari membuka masker merah maroon bertabur berlian, selaras dengan dress berlengan panjang yang wanita itu kenakan.
“Entahlah ... yang penting bukan aku yang mati gara-gara sibuk gumoh dicekokin baunya. Hah ....” Krystal mengempaskan tubuhnya asal, di mana sebelum ia benar-benar berbaring, ada alas empuk tak ubahnya kasur dan seketika membuatnya merasa sangat nyaman.
“Astaga ... sebenarnya wanita ini siapa? Hidupnya penuh dengan sihir. Atau, dia bukan arwah penasaran biasa? Sekelas malaikat?” pikir Marchel.
Tak lama setelah Marchel memikirkan siapa Krystal yang masih Marchel ketahui bernama Angel, si wanita yang kerap menghiasi mimpi Marchel dan sampai menjadi salah satu korban yang Marchel bunuh tapi Marchel merasa tidak pernah melakukannya, ada seorang pengemudi ojol yang menepi. Pengemudi itu langsung turun memeriksa keadaan Marchel, sebelum akhirnya menghubungi pihak kepolisian.
“Sungguh pria yang baik,” ucap Krystal lirih sembari menatap takjub si pria paruh baya bertubuh kurus di sebelah mereka.
“Sudah nyaris dini hari, masih mau menghubungi polisi dan menolong pria yang sama sekali tidak dia kenal? Hmm ... andai dia tahu, siapa pria yang ditolong, pasti dia akan berpikir ulang. Menolong pembunuh berdarah dingin, ... apakah itu bukan sebuah dosa?” lanjut Krystal masih bertutur lirih dan mengakhirinya sambil memanyunkan bibir.
Krystal masih mengamati si pria ojol meski tak lama setelah itu, dengan sendirinya tatapannya berhenti ke Marchel. Lebih tepatnya, tatapan mereka bertemu. Namun, Krystal yang jual mahal karena merasa dirinya terlalu cantik, sengaja mengakhiri, memalingkan wajah sambil mengibaskan rambutnya ke belakang.
“Jika tidak sembarang orang bisa melihat Angel, kenapa dari awal bahkan ketika aku belum keluar dari tubuhku, aku sudah bisa melihatnya?” pikir Marchel.
“Karena saat itu, kamu memang sudah digariskan untuk mati dalam waktu dekat!” cibir Krystal yang masih meringkuk membelakangi Marchel.
Krystal teramat santai dikarenakan di tepi trotoar jalan, wanita itu justru tiduran di kasur tak ubahnya wisatawan yang tengah menikmati indahnya suasana pantai.
“Sebenarnya kamu siapa?” tanya Marchel yang masih jongkok di hadapan tubuhnya.
Mendapat pertanyaan tersebut, Krystal refleks menelan salivanya. “Malaikat tercantik sepanjang masa dengan kecantikan tanpa batas!” ucapnya sesaat setelah berdeham. Ia sengaja mengangkat dagunya, sengaja jual mahal dikarenakan Marchel menyikapinya dengan biasa.
“Malaikat? Benarkah di dunia ini ada malaikat?” balas Marchel menatap ragu Krystal.
Krystal tersentak dan langsung mendelik menatap kesal Marchel.
Slereb ....
Kabut hitam mendadak muncul memenuhi pandangan Marchel bersama sosok tinggi tegap pengena jubah hitam dan memiliki wajah berikut tatapan super garang. Grim Reaper, dengan kedua tangan tersimpan di balik punggung, ia menatap Marchel sambil tersenyum. Senyum sarkastis yang hanya menarik salah satu ujung bibirnya.
Bagi Marchel, sosok Grim Reaper tak ubahnya pembunuh berdarah dingin. Menyeramkan dan penuh misteri. Akan tetapi, kenyataan tersebut sama sekali tidak membuat Marchel takut, bahkan meski tak lama setelah itu, Grim Rraper melangkah mendekati Marchel sambil tertawa pelan.
Kehadiran Grim Reaper langsung mengusik Krystal. Krystal berangsur duduk selonjor sambil menatap tidak nyaman sosok Grim Reaper.
“Wanita ini memang bukan malaikat biasa. Karena di dunia kami, dia ibarat pedagang asongan yang menjual barang-barang murahan,” ucap Grim Reaper sambil melirik sinis Krystal yang seketika tersenyum kecut menanggapinya.
Krystal mengipratkan asal tangan kanannya, membuatnya mendapatkan kipas lipat dalam sekejap. Ia menggunakan kipas tersebut sambil berkata, “Kamu berbicara seperti itu karena kamu merasa sangat sakit hati. Kamu sakit hati gara-gara cintamu terus aku tolak, kan?” ucapnya dan mengakhirinya dengan tawa geli.
Ketika Grim Reaper yang tersulut emosi akibat ucapan Krystal nyaris membalas, Marchel sudah lebih dulu berseru.
“Enggak lucu! Apalagi apa pun dan siapa pun kalian, bagiku sama sekali enggak penting. Yang terpenting kini, kenapa aku bisa begini?” Marchel menatap Grim Reaper berikut Krystal silih berganti sekaligus penuh kepastian.
“Apa yang harus aku lakukan agar aku bisa kembali memasuki tubuhku?” lanjut Marchel sembari beranjak dan berdiri. Ia masih menatap Krystal dan Grim Reaper.
Sadar situasi mulai serius, Krystal juga berangsur berdiri. Krystal sengaja mendekati Marchel, berjaga-jaga karena ia yakin, kedatangan Grim Reaper menemui Marchel, memiliki maksud tersendiri.
“Sudah waktunya, dan kamu harus ikut denganku,” ucap Grim Reaper di antara senyum yang sengaja ia tahan.
Dengan cepat, Krystal mengibaskan kipas lipatnya tepat di depan wajah Grim Reaper bahkan sampai menghantam hidung mancung si malaikat kematian itu. “Jangan mendekat apalagi nekat, karena orang ini, ‘orangku’.”
Mendengar itu, Grim Reaper yang refleks terpejam, langsung tersenyum kecut. “Kamu bilang ‘orangmu’, wahai pedagang asongan?” tanyanya dengan suara lirih tapi penuh penekanan.
“Bisa-bisanya kalian berdebat, sedangkan aku sedang sangat butuh kepastian!” cibir Marchel.
Sadar Krystal dan Grim Reaper tengah memperdebatkannya tak ubahnya para calo yang sedang berebut mangsa, Marchel memilih berlalu dan mengikuti dua pria petugas ambulans yang dikawal polisi dan kebetulan baru datang. Kedua tim petugas tersebut datang menggunakan mobil yang berbeda. Satu mobil ambulan, satunya lagi mobil polisi.
Meski sempat salah tingkah karena merasa tersindir oleh ucapan Marchel, baik Grim Reaper maupun Krystal, kompak menyusul Marchel. Sayangnya, kali ini Krystal kalah cepat, hingga Grim Reaper dengan leluasa menyeret Marchel dan membawanya menghilang.
“Hei ... dia orangku. Kembalikan dia padaku! Dia belum waktunya meninggal. Dia masih harus menjalani misi terakhir!” teriak Krystal dan sampai uring-uringan loncat-loncat di tempat.
“Astaga ... bagaimana ini? Tambang emasku diculik si malaikat kematian yang sok tampan itu!” Krystal tak hentinya uring-uringan, mondar-mandir bahkan meski mobil polisi berikut ambulans yang mengangkut tubuh Marchel sudah pergi dari sana.
“Jika arwah yang tak seharusnya mati justru dimatikan, yang ada akulah yang akan mendapat masalah fatal! Astaga ... ayolah Krystal ... kamu harus lakuin sesuatu. Enggak sekadar mengenai masalah fatal yang akan kamu dapatkan, melainkan Marchel yang bisa jadi tambang emasmu agar kamu juga bisa membeli mobil lamborj*ni keluaran terbaru!” uring Krystal mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
“Baiklah ... mau enggak mau, aku memang harua perang!”
Meski siap berperang, Krystal tetap khawatir, Grim Reaper sudah langsung membunuh Marchel atau parahnya, Marchel yang di kehidupannya merupakan penjahat sangat keji, langsung dimasukkan ke neraka atau justru ke tempat reinkarnasi tapi reinkarnasi khusus menjadi hewan layaknya penjahat-penjahat pada kebanyakan. Karena biasanya, mereka para penjahat keji akan diganjar bereinkarnasi menjadi hewan atau malah langsung menjadi penghuni neraka j*****m.
Mampukah Krystal menghentikan Grim Reaper dan menjadikan Marchel sebagai ‘orangnya’? Atau, ada kisah lain untuk Marchel walau ia tidak sampai ditolong Krystal--si guardian angel palsu yang masih memiliki obsesi sekaligus keserakahan layaknya manusia?
Bersambung ....