Episode 8 : Grim Reaper

1267 Kata
“Kenapa kamu begitu membenciku?” Emosi yang Marchel tahan membuatnya terengah-engah. Sedangkan tatapan sengit yang ia dapatkan dari Marchel, membuat Grim Reaper tersenyum kecut. “Dari awal sudah kuduga. Kamu manusia yang penuh dosa. Bahkan aku lihat, kamu pernah membunuh balita, beberapa orang tua …?” Ia menatap saksama Marchel yang sudah ia ikat menggunakan rante baja bagian kedua kaki maupun kedua tangannya. ia dapati, Marchel yang seketika salah tingkah, menepis tatapannya tanpa lagi menatapnya penuh sinis sekaligus kebencian. “Diamnya caramu menyikapi keadaan, menegaskan kamu mengakui tuduhan tadi. Kamu membunuh balita dengan sangat sadis, menghantam kepalanya menggunakan tongkat bisbol hingga kepalanya pecah ….” Semua cerita Grim Reaper membuat Marchel menunduk dalam. Marchel menyesali semuanya. Semua ulahnya saat ia masih hidup menjadi pembunuh berdarah dingin demi mendapatkan uang berlimpah dalam waktu cepat. Agar Marchel bisa membangun bisnis keluarganya yang sempat bobrok dan ia ketahui karena ulah Joe sekeluarga yang kini juga sudah tiada. Di mana, setelah Joe meninggal karena penyakit ganas, kedua orang tua Joe sengaja Marchel bunuh dengan cara tak kalah keji [Cerita mereka ada di n****+ : Terpaksa Menikah (Cinta Duda dan Wanita Hamil di Luar Nikah)] “Masih kamu tidak mau menyesali ulahmu yang lebih bobrook dari kelakuan siluman?” Grim Reaper masih bertutur santai sambil mengitari tubuh Marchel yang terduduk pasrah di sebuah lantai. Lantai berselimut kabut hitam sedangkan di sekeliling mereka merupakan hamparan jurang api yang berkobar-kobar. Bisa Marchel pastikan, siapa pun yang jatuh ke sana akan langsung gosong tanpa terkecuali tubuh Marchel. “Kenapa masih bertanya jika kamu memang tahu segalanya?” tegas Marchel lirih sembari melirik sinis wajah Grim Reaper. Grim Reaper langsung terdiam sembari menatap sengit Marchel seiring salah satu sudut bibirnya yang sedikit tertarik. “Sejauh pengalaman yang kudapatkan, konon, malaikat kematian merupakan makhluk paling berdosa. Tuhan sengaja mengganjarnya untuk mencabut setiap nyawa agar mereka menyadari setiap kejahatannya di kehidupan sebelumnya. Jadi, jika kamu ingin membahas ganjaran sekaligus seberapa banyak dosa seseorang, masihkah kamu ingin melanjutkannya?”  “Lidahmu benar-benar lancang!” Grim Reaper masih menatap sengit Marchel. Marchel tersenyum getir. “Pantas saja Tuhan mengganjarmu menjadi arwah penasara!” ucap Grim Reaper. Marchel yang sempat tersenyum, juga menjadi tertawa. “Bahkan sekarang aku tahu apa statusku. Arwah penasaran? Lalu, kenapa kamu ingin menjatuhkanku ke neraka? Bukankah itu sama saja menyalahi aturan?” Grim Reaper kebingungan. “Bingung, kan?” ucap Marchel yang kemudian mencoba beranjak. “Kamu enggak ada dendam pribadi ke aku, kan?” tanya Marchel. “Auramu sangat buruk. Dan arwah seperti kamu bisa merusak semuanya tanpa terkecuali dunia pengadilan setelah kematian.” Kemarahan yang Grim Reaper tahan membuat api menyala dari kedua matanya dan seketika menyembur ke wajah Marchel. Marchel refleks menghindar, bersimpuh asal ke samping, tapi tak berselang lama, melalui tatapan yang dihiasi kobaran api, Grim Reaper membuat tubuh Marchel melayang dan berhenti di salah satu atas hamparan api di sana, dan tak lain bagian dari kobaran api neraka. “Hanya satu hal yang harus arwah sepertimu lakukan sebelum balasan sekaligus ganjaran kamu dapatkan. Penyesalan. Ya ... penyesalan. Penyesalan yang akan membuat ganjaran untukmu terasa lebih ringan,” ucap Grim Reaper. Marchel menanggapi peringatan Grim Reaper dengan tersenyum kecut. “Dan aku masih belum bisa percaya, jika di kehidupan kematian, ada Grim Reaper yang begitu terobsesi menghukum arwah. Apakah ini tidak berlebihan?” Grim Reaper tersenyum kecut. “Benar-benar arwah tak tahu diri! Bahkan di saat-saat terakhirmu pun, kamu masih tak tahu diri?” Marchel tersenyum enteng sambil menggeleng. “Tak ada satu pun yang aku takuti bahkan kematian sekalipun!” Senyum Grim Reaper semakin lebar bahkan menjadi tawa tanpa suara. “Termasuk cinta?” Seketika itu pula, Marchel yang langsung teringat Yiara berikut nasib hubungan sekaligus pernikahan mereka, menjadi terdiam. Kenyataan Marchel yang langsung tak bisa berkata-kata apalagi melawan, membuat tawa seorang Grim Reaper pecah. Bersamaan dengan itu, perlahan ia juga menurunkan tubuh Marchel ke kobaran api. Di mana, tubuh Marchel sendiri sudah basah karena buih keringat efek panas suasana di sana. “Stopp! Stop stop, stop!” seru Krystal yang sibuk menggunakan lotion anti panas, meski kenyataan Krystal yang nekat memasuki pintu neraka kebersamaan Grim Reaper dan Marchel, langsung membuat kulit putih mulus malaikat tercantik sepanjang masa itu perlahan menggelap. “Ya ampun, kulitku. Jadi segelap nasib masa depan hidup bareng pria pengangguran yang hobinya KDRT dan biasanya ada di acara tivi ikan terbang!” Dan Krystal dilema. Antara kulitnya yang rusak, atau tetap menolong Marchel demi mendapatkan cuan berkali-lipat. Sebab bisa Krystal pastikan, Marchel bisa menjadi pundi-pundi kebahagiaannya menjalani sederet kehidupan mewah wanita layaknya manusia pada kebanyakan. Belanja, ke salon, makan enak, wanita mana yang tidak mau hidup mewah seperti itu? Karena Grim Reaper tidak mengindahkan tegurannya, Grim Reaper tetap menurunkan tubuh Marchel ke jurang kobaran api, Krystal memutar otaknya untuk segera mencari cara. “Yiara ... iya. Cinta. Dan deminya, aku ingin hidup lama. Aku sungguh ingin meminta maaf dan memperbaiki hubunganku dan Yiara. Tolong, biarkan aku hidup. Aku ingin hidup dan membahagiakan Yiara!” batin Marchel, tapi baik Krystal maupun Grim Reaper bisa mendengarnya. “Satu-satunya cara agar kamu bisa kembali hidup adalah menjalani reinkarnasi menjadi hewan. Hanya itu, sebab hukuman untuk arwah sepertimu yang sudah kadaluarsa, memang kobaran api neraka atau bereinkarnasi menjadi hewan!” tegas Grim Reaper. “Tapi dia masih memiliki cinta sejati. Marchel masih memiliki cinta sejati, Grim Reaper! Lihat kulitnya, enggak banyak berubah!” protes Krystal yang sampai berteriak-teriak. Grim Reaper tersenyum sengit sambil melirik sinis Krystal. “Kamu beranggapan begitu karena kulitmu terlalu cepat gosong. Lihatlah bagaimana rupamu sekarang. Jadi, lebih baik kamu enyah dan pergi dari sini!” tegasnya dengan suara lirih. Awalnya, Krystal hanya terbengong menatap tak percaya kulitnya yang benar-benar gelap akibat efek panas suasana di sana. Namun, tiba-tiba saja tubuhnya terempas dan jatuh menyusul Marchel dan itu karena ulah Grim Reaper yang seketika tertawa. Kedua tangan Krystal mencoba mengayun dan berusaha meraih setiap sihir pegangan yang ia ciptakan. Sayangnya, semua bantuan yang Krystal ciptakan justru terbakar. Parahnya, semua itu terus terjadi meski Krystal telah melampaui Marchel. “Grim Reaper, berani kamu melukai malaikat penuh kasih sayang sepertiku, sampai kapan pun, kamu tidak akan pernah bisa bereinkarnasi! Sampai kapan pun, kamu tidak bisa mendapatkan keinginanmu!” teriak Krystal. Tak menyangka, Marchel mengempaskan rante yang mengikatnya ke arah Krystal. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Krystal segera berpegangan ke rante tersebut. Namun, apa daya lantaran keadaan rante yang terlampau panas membuat Krystal tak bisa bertahan. Tubuh Krystal tetap terjatuh semakin dalam bersama warna kulitnya yang semakin gelap. “Malaikat penuh kasih sayang?” Grim Reaper kembali tertawa. “Bahkan di mataku, kamu tak ubahnya pedagang asongan!” “Benarkah tidak ada yang bisa kulakukan? Semua kekuatanku benar-benar tak berguna jika harus menghadapi kobaran api neraka!” batin Krystal. Grim Reaper terus menurunkan Marchel yang masih terikat rante baja berukuran besar. Marchel sendiri berusaha menjangkau Krystal, menolong malaikat cantik yang semakin lama, warna kulitnya semakin gelap. “Kenapa di dunia malaikat juga masih ada kejahatan? Kejahatan ... bukankah yang tengah terjadi kini juga merupakan kejahatan?” pikir Marchel. “Benarkah nasibku akan berakhir karena ini?” pikir Krystal. Bukkkk .... Sesuatu baru saja jatuh dan membuat keseimbangan Grim Reaper terganggu. Grim Reaper terduduk tak berdaya, sedangkan Marchel yang awalnya diturunkan semakin melesat. Namun, Marchel masih berusaha meraih sekaligus menolong Krystal. Marchel meraih salah satu pergelangan tangan Krystal, kemudian menariknya dan mendekap tubuh ramping itu sangat erat. “Ada apa ini? Kenapa mendadak bau busuk? Dan apa juga yang tadi terjatuh? Ah, pasti yang jatuh tadi, yang membuat suasana sini menjadi bau busuk, super busuk!” batin Grim Reaper yang tak hanya lemas menahan mual, melainkan sampai muntah-muntah. Bersambung ....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN