11. Buy a Gift

1316 Kata
Minzy mendengus kesal melihat suaminya yang tak kunjung bangun, sudah 10 menit lamanya Minzy memberikan bonus memejamkan mata, tapi Marvi tetap enggan meninggalkan tempat tidur. "Vi, semalam kamu loh yang minta dibangunin. Udah jam 7 loh, sarapan juga udah siap," Ucap Minzy sembari menggoyang-goyangkan tubuh Marvi. Marvi mengerjapkan matanya, kemudian tersenyum. "5 menit lagi yah..." Minzy langsung menghadiahkan sebuah cubitan pada perut suaminya yang menyebalkan itu. "Yaang, masih ngantuk. Semalam tidur jam 3an loh aku," rengek Marvi. "Dikira kamu doang, ha? Aku juga kali," Ujar Minzy mengingat malam panjang mereka melakukan hubungan suami istri. Marvi mendudukkan tubuhnya dan bersandar. "Kamu kan bisa tidur lagi nanti, aku harus kerja," "Ya makanya jangan ngaco, disuruh sekali malah nambah." Marvi terkekeh pelan, kemudian membawa tubuh Minzy ke dalam pelukannya. "Abisnya kamu ngangenin," "Mandi dulu sana! Aku tunggu di meja makan," ucap Minzy seraya melepaskan diri dari pelukan Marvi. Marvi mengangguk, "Tolong bawain bathrobe aku dong sayang, aku belum pake apa-apa," Minzy berjalan ke arah kamar mandi dan mengambil bathrobe yang tergantung di sana. "Ini, mandinya pake air anget dulu, abis itu pake air dingin biar gak ngantuk. Aku tunggu di bawah," Ujar Minzy memberikan bathrobe milik Marvi dan berlalu dari kamar. "Iya sayang," Marvi pun beringsut turun dari atas tempat tidur. Marvi melenggang masuk ke dalam kamar mandi, namun sebelum itu ia melihat ponselnya menyala dan memperlihatkan sebuah DM masuk dari i********:. "Vi, nomor kamunya mana?" Gumam Marvi membaca isi DM tersebut. Marvi langsung saja memberikan balasan. To User : Mesh.a //Sorry aku lupa Mey, 082********// Setelah itu, Marvi kembali melanjutkan niatnya untuk mandi. Selang beberapa detik, Minzy datang untuk menyiapkan pakaian. Minzy membuka pintu yang membawanya masuk ke walk in closet, tempat Marvi menggantung jas dan pakaian formal lainnya, begitupun dengan milik Minzy. "Dasi udah, jasnya yang ini aja kali yah..." Gumam Minzy sedikit kebingungan. "Udah deh, ini aja." Ia pun kembali keluar dari dalam ruangan itu dan menyimpan jas, kemeja, beserta dasi di atas tempat tidur. Kemudian ia membuka laci paling bawah di lemari pakaian sehari-hari mereka berdua dan meraih satu gulung kaos kaki. Ceklek. Marvi keluar dari dalam kamar mandi. "Uh, thank you udah disiapin," ucapnya seraya mencium bahu Minzy dari arah belakang. "Kaos kaki kemarin mana?" "Udah bau, ganti aja." Jawab Minzy. Marvi hanya mengangguk dan menurut. Kemudian mulai bersiap dengan Minzy yang mulai merapihkan tempat tidur. "Kamu gak cape? Dari tadi ngerjain ini itu, siapin pakaian aku, bikin sarapan juga," Heran Marvi. Minzy yang sedang melepas sprei karena harus diganti tertawa pelan. "Sebelum ketemu kamu, kerjaan aku lebih dari ini. Dari nyuci piring di rumah makan, terus weekendnya aku pernah nyuciin baju tetangga, bantu beresin rumah--" "Sayang... Jangan diceritain semuanya, aku sedih denger itu..." Ucap Marvi yang kini memeluk Minzy dari arah belakang. Minzy mengusap lengan Marvi yang melingkari perutnya. "Cepetan pake celana, aku masakin kamu nasi goreng sama ayam suir, nanti gak enak." Ucapnya. Marvi mengangguk dan kembali menyiapkan diri. Drrt... Drrt... Ponsel Marvi yang berada di atas meja samping tempat tidur bergetar, mengalihkan perhatian Minzy dari kegiatannya menggulung sprei. "Ada yang nelpon tuh, angkat dulu!" Ujarnya. "Siapa?" Tanya Marvi yang kini sedang berkaca. Minzy meraih ponsel Marvi dan melihatnya, "Gak ada namanya," Marvi terdiam. Itu pasti Meysha, pikirnya. "Coba sini, aku liat," Minzy memberikan ponsel pada sang pemilik. Marvi langsung mengangkatnya. "Halo?" Melihat dasi yang dileher Marvi belum terpasang dengan benar, Minzy langsung berjinjit dan memasangkannya. "Iya Mey, aku belum tahu. Tapi nanti kalau memang ada lowongan, aku kabarin kamu." Ucap Marvi. "..." Marvi menatap Minzy yang sibuk dengan dasinya, kemudian matanya beralih memandangi bibir yang sudah menjadi candu bagi dirinya. "Mey, aku tutup yah, bye!" Marvi memutus sambungan telponnya dan, Dengan cepat dan sangat tiba-tiba, Marvi menundukkan wajahnya dan mencium bibir Minzy dengan lembut. "Ya!! Ngagetin banget sih," kesal Minzy setelah Marvi menyudahi ciumannya. Marvi tertawa pelan, "Morning kiss sayang," ucapnya. "Hilih, udah selesai tuh dasinya. Tinggal pake sepatu." Marvi berjalan ke arah sofa dan duduk di sana untuk memakai sepatu. "Yang telpon barusan itu, siapa?" Tanya Minzy. "Oh itu Meysha, dia lagi butuh kerjaan. Di kantor aku saat ini belum ada," jawab Marvi. Minzy mengangguk paham. "Emh... Kamu putus sama dia, karena apa?" Tanya Minzy ragu. Marvi selesai bersiap, "Dia selingkuh sama temennya, tapi kemarin katanya so cowok itu pergi sama perempuan lain." Ucap Marvi. Minzy terdiam. Pantas saja dia tidak suka jika Minzy akrab dengan William. Marvi meraih tangan Minzy dan menuntunnya untuk sarapan. "Kok diem? Kamu tenang aja, aku udah gak punya perasaan apapun buat dia." Ucap Marvi. Minzy hanya mengangguk kecil. ***** Minzy benar-benar bosan, Marvi memecatnya dan membuatnya menjadi pengangguran dan tidak memiliki kesibukkan. Hanya menonton TV, membalas pesan Marvi dan teman-teman yang lain. Kemudian makan dan kembali menonton TV. Berenang? Ayolah, Minzy tidak bisa melakukan olahraga itu. To : Marvi Aku bosen,• From : Marvi Berdoa yah, biar bisa cepet dikasih momongan jadi kamu ada yang nemenin kalau aku kerja.• To : Marvi Terus sekarang gimana? Aku boleh yah ke Mall, bosen banget...• From : Marvi Sama siapa?• To : Marvi Sendiri kayaknya, temen aku gak ada yang nganggur soalnya,• From : Marvi Nanti kalau ada apa-apa gimana? Ada yang godain kamu? Main ke kantor aja, sini. Aku kangen...• Minzy memutar bola mata sebal. "Bisa-bisanya nih orang." To : Marvi Aku mau beli tas Vi, nanti dari Mall aku ke kantor,• From : Marvi Ya udah, jangan lama-lama. Aku ada tamu, nanti kalau udah sampe kantor, kabarin yah sayang.• Minzy memasukan ponselnya ke dalam saku, dan langsung bersiap. Ia akan menggunakan uang belanja pemberian Marvi dengan senang hati dan tanpa rasa bersalah. Salah sendiri melarangnya bekerja. "Bibi, saya pamit pergi yah!" Ijinnya. Minzy berdiri di depan gerbang, menunggu taksi yang dipesannya. "Ada mobil, aku gak bisa nyetir. Minta driver? Takut dikira gak tahu malu, tapi kan aku istrinya, gak pa-pa kali yah." Pikirnya, kemudian taksi pun datang. Minzy langsung saja masuk ke dalam dan berlalu menuju sebuah pusat perbelanjaan. To : William Will, mau aku bawain toast bread?• From : William Kenapa gak kerja? Minzy menepuk jidat, lupa. Ia belum memberitahu William bahwa semalam Marvi memecatnya.• To : William Aku di pecat haha, dipecat sama suami sendiri di rumah lagi ooh luar biasaaa• From : William Hahaha, udah mending diem di rumah. Enak rebahan. Kamu mau ke kantor?• To : William Iya mau ke kantor, tapi mau beli tas dulu. Makanya aku tanya, mau dibawain toast bread gak?• From : William Boleh banget itu, aku tunggu yah. Jangan dibales chat ini, aku lagi banyak kerjaan.• Minzy mengangkat bahu tak peduli, kemudian menyimpan ponselnya ke dalam tas. Ia terdiam menatap jalanan, Minzy benar-benar tidak menyangka jika ia akan menikahi seorang pria kaya. Jangankan pria sekaya Marvi, Minzy pun tidak pernah membayangkan bahwa ia akan sempat menikah karena ia merasa tidak memiliki waktu untuk berkencan. Dan tak lama kemudian, Minzy sampai di sebuah super mall. Setelah membayar ongkos perjalanannya, Minzy pun berjalan masuk ke dalam mall, berbaur dengan banyaknya orang yang berlalu lalang. Minzy berdiri di depan sebuah toko tas dan sepatu merek. "Sekarang bisa beli barang tanpa lihat harga kan, Zy?" Tanyanya pada diri sendiri. "Jadi, mari kita masuk!" Lanjutnya. Di dalam toko sana, Minzy mulai melihat-lihat tas yang sepasang dengan waist bag untuk pria. "Itu edisi terbatas Nona, akan sangat cocok dikenakan oleh Nona dan pasangan." Ucap salah seorang pegawai yang entah sejak kapan berada di sampingnya. Minzy tersenyum malu. "Emh, boleh saya melihatnya?" "Tentu," Pegawai itu mengeluarkan tas dari dalam etalase kacanya. Minzy terlihat menyukai model dan warna tas tersebut. "Emh, saya ambil yah!" "Baik, mari ikut saya Nona." Pegawai itu mempersilahkan Minzy untuk mengikutinya dan melakukan proses p********n. Minzy tersenyum, "Semoga Marvi suka, atau bakalan malu karena pasangan sama aku? Aish... No, dia pasti suka." Gumamnya dalam hati. "Abis ini, beli dulu toast bread, terus pergi ke kantor." Ucapnya. ***** Bersambung... Semoga suka... Find me on i********: : dtjwt.e
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN