Zafran berdiri di samping Elmera melihat gadis itu yang menatap pada hamparan padang rumput di depannya. Di tangan gadis itu terdapat sebuah bunga mawar merah yang masih penuh dengan duri. Elmera menggenggam mawar merah itu erat, sehingga tangannya terluka. Matanya menatap datar ke depan tidak merasakan sakit di tangannya.
“Tanganmu terluka. Mari aku obati.” Ucap Zafran yang akan memegang tangan Elmera, namun gadis itu segera menatap tajam pada Zafran.
“Jangan pernah berani untuk menyentuh tanganku!” ucap Elmera menatap Zafran, dia menatap pada tangannya berdarah lalu menjilat darah itu dengan tatapan kosongnya. “Bagaimana kalau seluruh tubuhku yang berdarah?” tanya Elmera, hal itu membuat Zafran mendengarnya terkejut.
“Apa yang kau ucapkan?! Jangan baik-baik dengan sebuah perkataan yang tidak baik!” Kata Zafran, dia tidak akan membiarkan sekujur tubuh Elmera terluka dipenuhi oleh cairan merah yang kental ini, dia sebagai suami gadis itu akan melindungi dirinya.
“Tatapanmu sangat kosong. Elmera, kau tidak boleh berpikiran yang tidak-tidak. Kau harus memikirkan bagaimana dirimu untuk bahagia dan hidup lebih lama. Kau jangan pernah memikirkan menyakiti dirimu,” ucap Zafran.
Hal itu membuat Elmera tertawa kecil mendengarnya, ia membuang mawar itu ke atas tanah lalu menginjaknya. Bagaikan harga dirinya selama ini diinjak. “Kau tahu Zafran. Sifatmu yang seperti ini akan membawa dirimu dalam sebuah hal bahaya, dan aku tidak akan segan untuk memberikan bahaya itu pada dirimu.” Ucap Helena.
Hal itu sontak memnbuat Zafran tertawa kecil. Lalu membelai rambut Elmera lembut, dia mencium rambut gadis itu penuh gerakan sensualnya. “Kau tahu Elmera, hal yang membuat aku rela menyerahkan nyawaku di dunia ini hanya untuk satu orang. Agar dia bisa bahagia dan hidup baik-baik saja. Aku rela menyerahkan nyawaku demi dirimu. Asalkan kau bahagia, bahkan aku menyerahkan separuh hidupku pada dirimu sekarang. Pernikahan kontrak yang kau minta, padahal aku ingin pernikahan kita ini dipenuh oleh rasa cinta.” Ucap Zafran.
Elmera mendengarnya tersenyum sinis. “Cinta? Kau percaya dengan kata menjijikkan itu? Kata yang tidak akan pernah menjadi nyata dan hanya menyiksa semua orang saja! Kata yang membuat orang lemah dan tidak dihargai!” kata Elmera, dia muak mendengar cinta. Cinta yang membuat dia tersiksa.
Zafran menatap pada Elmera, dia seperti melihat Reivant yang dulu tidak percaya pada cinta. Namun ini versi perempuannya. Yang mana Elmera sangat egois dan keras kepala. Zafran bersedekap lalu dia menatap pad Elmera.
Zafran tertawa kecil. “Kamu tahu, ada dulu orang yang mengatakan hal yang sama, katanya dia tidak percaya dengan yang namanya cinta dan hal itu sangat menjijikkan. Namun sekarang dia itu tergila-gila pada seseorang yang membuat dia mengenal itu cinta penuh ketulusan.” Kata Zafran, mengambil sebuah kursi, lalu memanggil pelayan mengambil kotak P3K.
Zafran menyuruh Elmera untuk duduk, walau gadis itu enggan menuruti Zafran, tetapi dia tetap duduk di depan Zafran. Mata Elmera melihat pada pelayan yang membawakan kotak P3K. Zafran dengan telaten merawat luka Elmera.
Elmera menatap pada tangannya yang sudah diobati oleh Zafran. Tubuhnya menegang merasakan tangannya dicium oleh Zafran. Elmera menatap pada mata pria itu yang menatapnya dengan penuh binaran. “Kamu itu sangat cantik sekali Elmera, kau pantas untuk merasakan cinta. Aku tahu kalau ada masa lalu tidak mengenakkan yang terjadi padamu tentang yang namanya cinta.” Kata Zafran, dia bisa melihat kalau Elmera ini memasang tampang kalau dia baik-baik saja. Padahal dia jauh dari kata baik.
Elmera mendengkus. “Tahu apa kau tentang aku? Aku tidak memiliki pengalaman yang buruk tentang cinta. Aku hanya muak dengan yang namanya cinta dan segala macam!” ucap Elmera, menarik tangannya lalu menatap pada tangannya yang dibalut oleh perban.
“Kau tidak usah terlalu mengenalku dan besar kepala dengan hanya mengobati lukaku. Aku tidak akan pernah jatuh padamu. Aku tidak peduli dengan perasaanmu padaku. Dan ayo! Kita lakukan hubungan intim itu secepatnya. Agar aku bisa segera hamil dan aku bercerai darimu,” ucap Elmera.
Tangan Zafran mengepal mendengarnya. Dia masih ingin berjuang tidak mau bercerai, dia mau Elmera membuka hati untuknya, dan percaya padanya. Dia yakin, kalau dirinya akan mendapatkan Elmera dan hati gadis itu.
“Kita masih memiliki banyak waktu sayang, seperti apa yang aku bilang padamu, kalau kita bisa melakukannya kapan-kapan. Kau jangan ingin cepat untuk berpisah denganku. Kalau tidak hamil dalam dua tahun, maka kita masih memiliki tahun-tahun berikutnya,” ucap Zafran tertawa kecil.
Elmera mendengarnya menatap datar membuat tawa Zafran terhenti. Pria itu berdeham. “Kau tidak bisa diajak melucu ternyata.”
“Tidak ada yang lucu. Dalam hidup ini tidak ada yang lucu sama sekali. Hanya takdir saja yang suka tidak tahu diri!” kata Elmera berdiri dari tempat duduknya, lalu berjalan meninggalkan Zafran.
Langkahnya terhenti menatap pada Netha yang tersenyum padanya. Elmera memutar bola matanya malas. Dan ditambah satu bocah lagi di sini. Membuat kepalanya menjadi pening, dia mau kembali ke mansionnya saja. Di sana lebih damai dan tentram, seharusnya dia mendengarkan apa yang dikatakan oleh Zafran. Kalau dirinya tidak usah ke sini saja. Apalagi kalau sampai menginap.
“Aunty Elme!” ucap Rora berjalan mendekati Elmera.
Elmera menaikkan sebelah alisnya. “Kau mau apa? Sepatu? Jam tangan? Perhiasan? Atau apa? Asalkan jangan membuat kepalaku sakit!” ucap Elmera, dia tidak mau meladeni para bocah ini. Dia mau ke kamarnya.
Rora menggeleng pelan. “Tidak mau apa-apa. Kami hanya mau Aunty El temani kami bermain!” ucap Rora langsung menarik tangan Elmera.
Elmera yang tangannya ditarik, dia menatap pada Zafran. Meminta tolong pada pria bodoh itu, untuk membebaskan dirinya dari jeratan para bocah iblis ini. Bukan menolong, malahan Zafran duduk di kursi di taman, dan dia menatap pada istrinya yang dikuasai oleh para keponakannya itu.
Netha, Reivant, Reva, dan Harnes duduk di kursi yang kosong. Reva meringis melihat wajah Elmera dan bagaimana gadis itu memijit kepalanya. Sepertinya dia memang tidak suka dengan anak kecil, melihat Elmera yang terus saja mencoba untuk menjauh, namun Rora terus menarik tangan Elmera. Memaksa Elmera untuk duduk.
Sekarang rambut Elmera yang sangat bagus dimainkan oleh keempat bocah itu. Malahan Jiya membawa sebuah make up yang datangnya ntah dari mana. Elmera hanya pasrah saja. Reva dan Netha melihat itu memegang wajah mereka, membayangkan kalau wajah mereka yang menjadi korban dari keempat bocah itu.
“Zafran, kau tidak mau menolong istrimu? Dia sepertinya tersiksa dengan apa yang dilakukan oleh keempat bocah itu. Apalagi kedua gadis kecil itu sekarang memakai make up pada Elmera.” Kata Harnes, dia mau Zafran menyelamatkan Elmera. Dan tidak diganggu oleh keempat bocah itu lagi.
Zafran mendengarnya menggeleng pelan, lagian dia sangat senang sekali melihat Elmera yang mau bermain dengan anak kecil. Mana tahu pintu hati Elmera terketuk dan tidak menjadi keras kepala lagi. Membayangkan kalau dia punya anak akan menyenangkan sekali.
“Tidak. Biarkan saja. Dia itu sangat jarang mau bermain dengan anak kecil, melihat dia mau bermain dengan anak kecil, membuatku senang melihatnya. Kalau perlu setiap hari saja seperti ini.” kaat Zafran, dia tidak akan menolong Elmera.
“Dia akan marah padamu nantinya. Dan bisa saja kau tidak mendapatkan jatah darinya. Memangnya kau mau, kalau burungmu itu tidak masuk ke dalam sangkarnya?” tanya Harnes.
Zafran yang mendengar itu mencibir. “Aku dan dia belum melakukannya. Dia masih belum siap, jadi aku tidak masalah. Aku bukanlah kalian yang lebih hyper tidak bisa menahannya. Aku sudah lama juga tidak melakukannya. Baik-baik saja sampai sekarang,” ucap Zafran, dia masih bisa menunggu lagi.
Namun dia ingin Elmera perlahan mulai membuat Elmera jatuh padanya. Elmera berjalan mendekati Zafran dengan wajah datarnya yang penuh dengan make up seperti badut. Elmera menendang lutut Zafran yang membuat lelaki itu berteriak kesakitan dengan apa yang dilakukan oleh Elmera padanya.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Zafran.
“Kau seharusnya menolongku! Aku sudah mengatakan kalau aku tidak suka dengan anak keci. Kita tidak usah mengin-
“Nak, Elmera. Ini tissue dan pembersih wajah. Ibu nggak tega lihat kamu dikerjai seperti ini oleh cucu-cucu Ibu.” Ucap Ameera memberikan tissue dan pembersih wajah.
Elmera menerimanya, dia merasa tidak tega harus membawa Zafran pulang sekarang. Dia mencuci wajahnya di keras air yang dekat di sini. Lalu membersihkan wajahnya dengan cepat dari make up yang tidak beraturan.
“Kau mau pulang?” tanya Zafran pada Elmera. Dia tahu kalau istrinya itu tadi meminta pulang, dia akan membawa Elmera untuk pulang.
Elmera mendengar itu menggeleng. “Tidak. Bukankah kita menginap di sini, untuk apa pulang? Atau kau yang tidak mau menginap?” tanya Elmera menatap mengejek pada suami kontraknya.
Zafran mendengarnya harus banyak kata sabar dalam hidupnya. Dia tahu melawan Elmera tidak akan mudah. Mulut tajam wanita itu selalu saja cari gara-gara padanya, membuat dia seringkali mau membungkamnya dan membuat Elmera sesak napas akibat ciumannya yang dilayangkannya pada Elmera.
“Tentu saja aku mau menginap. Ini rumah orang tuaku. Lain kali kita akan menginap di rumah orang tuamu,” ucap Zafran, yang dia tahu kalau Elmera ini adalah anak kesayangan dari orang tuanya. Dia tidak tahu mengenai keluarga Elmera.
Elmera mengepalkan tangannya. Menginap di rumah orang tuanya, untuk apa? Agar dirinya semakin dihina dan semakin dibandingkan dengan adiknya di depan Zafran. Dia tidak akan pernah mau menginap di sana.
“Tidak usah. Lagian untuk apa menginap di rumah mereka. Mereka tidak perlu diberi perhatian,” ucap Elmera duduk santai di kursi. Lalu menatap pada Ameera.
“Ibu duduklah. Pasti kaki Ibu akan lelah kalau terus berdiri seperti ini,” ucap Elmera menyuruh ibu mertuanya untuk duduk, jangan berdiri terus. Dia yang berdiri terus saja merasakan lelah apalagi ibu mertuanya yang sudah tua.
Ameera duduk di samping Elmera. “Kau senang menikah dengan anak Ibu?” tanya Ameera.
Elmera mendengarnya menatap pada wanita paruh baya itu. “Ya, senang. Dia orang kaya raya. Tampan. Punya segala-galanya. Dan jangan lupakan dia katanya bisa mendapatkan wanita manapun. Namun dia malah memilihku,” ucap Elmera, dalam hatinya mencibir. Dia meniru apa yang dikatakan oleh orang tuanya. Yang terlampau memuji Zafran.
Wah! Dia harus bertepuk tangan sekarang. Karena dia bisa memuji juga. Setelahnya dia mau muntah.
“Kau mencintainya nak?” tanya Ameera.
Elmera mendengar kata cinta lagi menatap sinis, setelahnya dia menatap ke arah lain. “Untuk apa menanyakan sebuah perasaan. Apakah sebuah perasaan harus diakui setelah mengatakan aku mencintaimu. Kau mencintaiku. Dicintai atau mencintai itu tak penting. Aku tidak mau membiarkan kata-kata it uterus terlontar, kalau pada ujungnya ada sebuah pengkhianatan bukan?” tanya Elmera.
Semua yang mendengarnya terdiam, mereka menatap pada Elmera yang menaruh tangannya di dagu.
“Siapa yang akan berkhianat? Anak Ibu kelihatan sangat mencintaimu Nak. Dia selalu bercerita tentang dirimu dengan binaran matanya,” ucap Ameera bertanya siapa yang akan berkhianat.
“Bu, Elmera mau mengatakan sesuatu. Kalau Ibu tersingung silakan. Sangat mencintai bukan berarti tak berkhianat. Aku termasuk orang yang tidak akan pernah percaya dengan lontaran kata cinta yang keluar terus dari mulut seseorang yang hanya memberikan kata-kata manis,” ucap Elmera, setelahnya dia beranjak dari sana dan masuk ke dalam mansion.
Zafran menghela napasnya kasar. “Bu, maafkan Elmera. Dia memang seperti itu. Dia bukan perempuan lemah lembut. Yang akan berkata baik-baik. Dia adalah perempuan yang memiliki pemikiran yang sangat tegas sekali,” ucap Zafran.
Ameera mengangguk. “Ibu mengerti. Ibu tidak tahu apa alasan kalian menikah, kalau Ibu melihat dia itu tidak mencintaimu. Dan hanya kamu yang mencintainya, kamu sungguh tidak masalah?” tanya Ameera.
Ameera sungguh takut kalau anak lelakinya ini akan tersakiti nantinya, karena cinta sepihak yang dialami oleh anaknya ini. Zafran memegang tangan ibunya.
“Ibu … Zafran yang lebih tahu tentang Elmera. Dia memang seperti itu. Padahal dia juga mencintai Zafran, Ibu tidak perlu khawatir. Dia itu termasuk wanita keras kepala, sombong, egois, dan yang jeleknya banyak pada dia.” canda Zafran dengan tertawa kecil
“Zafran akan menyusul dia ke dalam rumah. Dia itu suka ceroboh. Tadi saja dia sampai memetik mawar merah, tidak tahu kalau mawar merah itu banyak durinya.” Zafran beranjak dari sana.
Semuanya menatap pada Zafran yang masuk ke dalam. Reivant dan Harnes saling menatap satu sama lain. “Dia itu memang menyembunyikan sesuatu. Ah, apakah kisahmu dan kisah mereka itu sama?” tanya Harnes menatap pada Reivant.
Reivant menatap datar pada Harnes. “Sama apanya? Nethaku tidak seperti Elmera yang memiliki sifat keras. Netha adalah wanita baik.” Kata Reivant, menarik tangan istrinya. lalu membawa istrinya untuk masuk ke dalam rumah.
Dia mau melakukannya sekarang dengan istrinya, mumpung anak-anak ada yang menjaga. Ameera yang melihat itu menggeleng pelan, dia tidak tahu apa yang akan terjadi pada anak-anaknya. Namun dia sebagai Ibu mereka. Akan selalub mendoakan yang terbaik untuk mereka, jangan sampai mereka merasa sedih.
Ameera mau anak-anaknya bahagia dengan pilihan mereka masing-masing. Netha sudah bahagia, dia hanya mau melihat Zafran yang juga bahagia. Jangan sampai Zafran nantinya malah terjebak dengan pernikahan yang tidak semestinya. Dia sungguh takut itu terjadi pada anaknya.
Reva menatap pada Ameera. “Ibu tidak perlu khawatir. Mereka sudah besar. Not baby!” ucap Reva, mereka bukanlah seorang bayi lagi. Mereka tahu apa yang buruk dan apa yang baik. Bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri yang dibuat oleh mereka.
“A Mother will definitely think her child is still a baby.” Ucap Ameera, dia sebagai ibu tetap akan menganggap anaknya bayi walau sebesar apa pun anaknya.
“I know. Let them deal with it alone. Because they are adults, and as parents just need to support.” Ucap Revam orang tua hanya perlu support anak mereka. Dan biarkanlah sang anak yang menyelesaikan masalahnya, tanpa orang tua ikut campur.
Ameera mengangguk, dia tahu semua itu, dia akan memberikan support pada anaknya, dan tidak akan pernah membiarkan anaknya nanti tersesat, dan selalu menjadi orang yang bisa menghadapi masalahnya dengan kepala dingin dan tenang.