7. Sebuah Rahasia

1145 Kata
Setelah kedatangan Kamini, bayi Arsakha tidak lagi merasa kelaparan ataupun kehausan. Dia tumbuh dan berkembang menjadi seorang pemuda yang jenaka, mandiri, disiplin, dan juga gigih dalam mempelajari sesuatu hal yang baru untuknya. Dua puluh tahun berlalu setelah masa kelam yang pernah dialami oleh bayi Arsakha yang akan dibunuh oleh Raja Ganendra Wilantika. Para prajurit suruhan Raja Ganendra mengira bahwa Arsakha sudah mati bersama dayang Arum yang menceburkan diri ke dalam segara Lintang. Namun takdir berkata lain. Arshaka seakan dilindungi agar suatu hari dia dapat mencari jati dirinya dan menyelesaikan sebuah tugas mulia. Sedari kecil Arsakha hidup di dalam hutan. Sesekali dia pergi bersama Kamini ataupun Kliwon untuk sekadar berkeliling melihat desa Kuncen dan melihat keramaian Pasar Kuncen. Dia selalu ingin bermain dengan teman sebayanya tetapi Kamini melarangnya. Lantaran takut kalau Arsakha akan dirundung ataupun dicemooh oleh anak-anak di sana. Penduduk desa tidak ada mengetahui kalau Arsakha adalah anak dari Nyi Rontek sang penghuni alas Nggaranggati. Mereka semua hanya mengetahui kalau Arsakha adalah anak seorang saudagar kaya di desa seberang tempat Kamini bekerja. Padahal Kaminj bekerja menjadi pengasuh sekaligus Ibu s**u untuk Arsakha. Kamini begitu menyayangi Arshaka seperti menyayangi anak kandungnya sendiri. Terlebih ketika Arshaka sudah menginjak usia dua tahun, Kliwon dan Kamini akhirnya menikah. Mereka pun dikaruniai seorang putra bernama Jaka yang biasa menemani Arshaka bermain di dalam hutan. Jaka selalu malas untuk belajar ilmu kanuragan. Karena tubuhnya yang gempal membuatnya sulit untuk mengikuti gerakan yang diajarkan oleh Nyi Rontek. Sehingga Jaka hanya berleha-leha di bawah pohon. Dia tertidur hingga Nyi Rontek selesai mengajarkan ilmu kanuragan kepada Arsakha. Namun, Jaka memiliki ketulusan hati dan selalu mendukung Arsakha. Jaka memiliki perangai yang baaik dan juga selalu ada dalam suka maupun duka sahabatnya, Arsakha. Jaka tidak pernah mengira kalau sebenarnya Arsakha bukan anak kandung Nyi Rontek. Hingga usia Arsakha menginjak 20 tahun, Nyi Rontek merasa saat itulah waktu yang tepat untuknya membeberkan sebuah rahasia mengenai siapa Arsakha yang sebenarnya. *** Malam bulan purnama ini tepat dua puluh tahun setelah Nyi Rontek dipertemukan dengan bayi Arsakha yang mengapung di Segara Lintang. Sinar bulan purnama malam ini, terasa begitu meneduhkan. Arsakha tengah duduk di tepi Segara Lintang sendirian, menikmati suasana yang begitu menyejukkan sanubarinya. Arshaka tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan bertanggung jawab. Perawakannya tinggi proporsional memiliki kulit yang cerah untuk ukuran kulit seorang pria. Wajahnya meneduhkan, tutur katanya baik, ramah, dan sederhana. Jaka datang menghampiri Arsakha yang tengah termenung sendirian. Mereka kembali bercerita tentang keinginan mereka untuk pergi berkelana melihat indahnya dunia. Perbincangan mereka sakhirnya didengar oleh Nyi Rontek. Sehingga Nyi Rontek memantapkan hati untuk menceritakan kisah yang sebenarnya kepada Arsakha dan juga Jaka. “Apa yang sedang kalian ceritakan di sini? Sepertinya ... kalian begitu menggebu-gebu saat menceritakannya.” Nyi Rontek pura-pura tidak mengetahui kalau Arsakha dan Jaka sedang menceritakan sebuah keinginan mereka untuk berkelana menjelajah dunia. “Ibu, Maafkan aku yang tidak mengetahui kehadiran Ibu di sini, saking asyiknya kami bercerita tentang sebuah keinginan untuk berkelana melihat kehidupan lain di luar sana.” Arsakha menyampaikan keinginannya untuk melihat bagaimana kehidupan di luar sana, karena selama ini Arsakha tidak pernah pergi selain ke desa Kuncen. “Berkelana? Sungguh?” Nyi Rontek kembali meminta jawaban pasti kepada Arsakha. “Benar Ibu, mungkin keinginanku membuat Ibu bersedih karena harus meninggalkan Ibu di sini sendirian. Tapi aku dan Jaka memiliki keinginan untuk melihat bagaimana kehidupan di luar sana. Lalu Apakah ibu mengizinkannya? Karena aku rasa usiaku saat ini sudah cukup matang untuk mengadakan perjalanan panjang.” Arsakha merasa galau karena di satu sisi dia tidak ingin meninggalkan Nyi Rontek sendiri di dalam gua, tapi di sisi lain dalam lubuk hatinya yang terdalam merasa bahwa dia harus segera berkelana keluar dari alas Nggaranggati. Nyi Rontek melangkah dan duduk di atas sebuah batu di sebelah Arsakha. Sedangkan Jaka duduk di bawah sembari bersila. Rontek menatap ke arah rembulan yang begitu cantik malam itu. Iya menghidu aroma Samudera, lalu menghelanya untuk menenangkan dan memantapkan hati karena sebentar lagi dia akan menceritakan sebuah rahasia besar dari seorang Arsakha. “Ngger! Sebenarnya sudah lama Ibu rahasiakan sesuatu dari kamu. Ibu rasa malam ini adalah waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya kepada kamu dan Jaka sebagai saksinya.” Rontek menatap Arsakha dengan sorot mata yang mengintimidasi, berusaha untuk meyakinkan pemuda itu tentang cerita yang akan dia sampaikan. “Rahasia? Maksud Ibu, apa?” Arsakha merasa kalau Ibunya sedang bermain-main. “Ngger! Ibu memang akan memberitahukan sebuah rahasia besar tentangmu.” Rontek kembali menatap Arsakha dan berusaha untuk meyakinkan. Arsakha masih terdiam berusaha untuk menerka apa yang akan diceritakan oleh ibunya. Dia pun mempersilakan nyi Rontek untuk mengungkap rahasia yang berhubungan dengannya. “Jaka, dengarlah baik-baik apa yang akan saya ceritakan! Tugas kamu di sini sebagai saksi bahwa aku sudah menceritakan semuanya kepada Arsakha,” perintah Nyi rontek kepada Jaka yang terlihat masih bingung dengan apa yang dia dengar. “Baik, Nyi!” Jaka menyanggupinya dan memasang telinga lebar-lebar. “Ngger! Dengarkan Ibu baik-baik! mungkin ini akan mengecewakanmu, tapi yakinlah bahwa Ibu selalu menyayangi kamu!” mendengar ucapan Nyi Rontek, Arsakha mengernyitkan dahinya. Dadanya bergemuruh. Ia penasaran dengan apa yang sebenarnya akan diceritakan oleh sang ibu. “Ceritakan saja, Bu!” Arsakha berusaha tersenyum dan menerima kenyataan yang ada. ‘Sesungguhnya sangat berat untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Namun, aku tidak mungkin akan merahasiakan hal ini selamanya. Arsakha berhak mengetahui jati diri yang sebenarnya,' batin Rontek sangat teriris. Namun ia selalu mampu menutupinya dengan pembawaannya yang tenang. “Ngger! Sebenarnya kau bukanlah anak kandungku,” ucapan Rontek bagai petir yang menyambar jiwa dan raga Arsakha malam itu. Dadanya bergemuruh, ulu hatinya merasakan ngilu, jantungnya seakan berhenti berdetak bagai hunjaman anak panah yang melesat dengan cepat. Nyi Rontek mengetahui perasaan sedih dan sakit yang kini dirasakan oleh Arsakha. ‘Maafkan Ibu, Ngger! Memang seharusnya kau mengetahui yang sebenarnya,' batin nyi Rontek kembali bergumam. “La—lalu siapa Ibu kandungku? Siapa Ayahku?” dengan hati yang teriris Arsakha berusaha untuk menanyakan keberadaan kedua orang tua kandungnya. “Mungkin apa yang Ibu sampaikan kepadamu akan terasa sangat menyakitkan. Tapi yakinlah bahwa sudah waktunya kau mengetahui cerita yang sesungguhnya.” Nyi Rontek Semua yang ada di sana berusaha meniru oksigen sebanyak-banyaknya demi menangkan batin dan pikiran mereka. “Sebenarnya ... malam bulan purnama dua puluh tahun yang lalu, suara tangisan bayi memecah konsentrasiku saat aku bersemadi di dalam gua. Lalu aku terpaksa keluar gua untuk memeriksa apa yang sebenarnya terjadi di luar sana. Hingga aku melihat sesuatu yang mengapung di atas air segara Lintang. Angin yang bertiup lumayan kencang mengantarkan benda itu sampai di hadapanku. Takdir mempertemukan kita. Aku meraih bayi itu. Lalu aku timang-timang agar dia merasa tenang. Aku carikan dia seorang ibu s**u yang tak lain adalah Kamini, Aku carikan dia seorang pengawal yang tak lain adalah Kliwon. Bayi malang itu adalah kau, Arsakha.” sekali lagi apa yang keluar dari mulut Nyi Rontek dirasa bagai sambaran petir untuk Arsakha. *** Bagaimana harus menanggapi itu semua? Bersambung ....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN