Hari pertama pernikahan

1232 Kata
Keesokan harinya, Antoni harus memindahkan tumpukan kado pernikahan dari dalam mobil ke dalam rumah. Cukup banyak, bahkan sampai seratus lebih. Ini pasti dari keluarga bu Ana dan orang-orang kenalan Rima. Dia sampai harus meminjam lori pada seorang tetangga dekat rumah kami. Lalu setelah itu, dibukanya satu persatu. Tidak perlu cemas, karena bu Ana memintanya untuk cuti satu minggu penuh, bahkan lebih setelah acara pernikahan ini. Dia juga menawarkan untuk bulan madu ke Irlandia, tepatnya ke pulau Skellig Michael, sebenarnya itu adalah salah satu negara favorit bagi Antoni dan dia ingin sekali mengunjunginya, tetapi untuk apa? Tinggal serumah saja dia dan Rima sudah seperti musuh. Apalagi jika liburan bulan madu? Itu hanya akan membuang biaya saja, karena mereka tidak akan melakukan apapun. Ketika Antoni sedang asyik membuka kertas dari tumpukan kado-kado, tiba-tiba Rima lewat dalam keadaan yang masih mengantuk, membawa handuk, hendak mandi. Sepertinya tidak menyadari keberadaan dia yang duduk di ruang tengah dekat televisi. Dan, dia sedikit terkejut ketika melihat pakaiannya yang begitu minim, hanya sebuah gaun tidur tanpa lengan, sangat pendek, berada jauh di atas lutut. Apa dia juga berpakaian begitu di depan orang lain? Masa bodoh, itu bukan urusannya, jika dia melarangpun, pasti Rima malah mengamuk padanya. Lalu di antara tumpukan kado, Antoni menemukan beberapa dari temannya, dan rekan kerja. Dari Jonathan Liem, Irene Agustin, Naufal Ibrahim, si kembar Sebastian dan Ardiyanto Nugraha, Andrea Wu, dan...Aisyah Nur Rahman. Kado dari Aisyah-lah yang membuat Antoni paling antusias untuk membukanya. Karena Aisyah adalah teman yang cukup dekat dengannya sejak kelas satu Sekolah Menengah Atas, perempuan baik yang selalu memberikan support pada Antoni. Setelah dibuka, ternyata isinya adalah jam tangan warna hitam yang sangat trendy dan ukurannya pun pas. Tidak terlalu besar. Lalu kado-kado lainnya ada yang berupa handuk, gaun tidur, setelan baju tidur, selimut, dan banyak lagi. Antoni segera merapikannya di satu tempat, yaitu lemari khusus barang-barang. Dia kembali berpapasan dengan Rima di ruang tengah, rupanya gadis itu baru selesai mandi. Rima terkejut bukan main ketika mereka berpapasan, mungkin karena dia hanya mengenakan handuk pendek, dan alhasil, dia malah mengomel. "Kenapa kau di sini sih?!" Seraya sibuk menutupi bagian dadanya, apalagi, handuk itu hampir saja melorot. Antoni hanya mengerutkan dahi dan mengabaikannya, lalu melanjutkan aktivitas merapikan isi kado tadi. "Aku ada di rumah ini, jadi wajar saja jika ada di ruangan ini," setelah mennggerutu lagi, Rima segera berlari dari ruangan itu. Hal tersebut justru membuat Antoni heran, padahal dia juga tidak akan melakukan apapun pada istrinya itu, karena memang tidak memiliki perasaan apapun, dan padahal, jika Antoni melihatnya sedang berpakaian demikian pun itu hal yang wajar, walaupun bagi Rima itu adalah hal yang tabu. Satu permintaan dan kesepakatan yang diajukan oleh Rima yang menurut Antoni lucu adalah ketika dia harus menyetujui agar mereka berpura-pura akrab dan harmonis di depan keluarga mereka, meskipun sebenarnya hubungan mereka seperti anjing dan kucing, musuh bebuyutan. Mungkin Antoni harus terbiasa dulu dengan pertengkaran di antara mereka yang sewaktu-waktu terjadi, dan lagi dia tidak memusingkan soal itu, selama Rima tidak melakukan hal yang merugikan baginya ataupun mengganggunya. Dan dia akan menghabiskan beberapa hari cutinya untuk beristirahat di rumah dan melakukan hal-hal yang disukai atau diperlukannya. Dan menyenangkannya lagi, Antoni bisa memasak makanannya sendiri di hari libur, bereksperimen dengan berbagai bahan untuk membuat menu baru. "Kau mau ke mana?" Antoni sedikit mengernyitkan dahi melihat istrinya yang berdandan rapi pada pukul 17.01 sore ketika dia sedang mencuci motor kesayangannya di halaman depan rumah. Tetapi yang ditanya justru acuh dan cuek saja. "Bukan urusanmu," ujar Rima seraya berjalan ke arah pintu gerbang, untuk membukanya. "Memang bukan urusanku, tapi untuk apa pergi sore-sore begini jika sedang libur? Itu bukan hal yang bagus kan?" Antoni tetap tak mau kalah, sekalipun mereka tekah membuat perjanjian, masa bodoh. Entah kenapa, dia justru sebal melihat Rima akan pergi ke luar rumah tanpa penjelasan akan pergi ke mana. "Cerewet!" Rima segera masuk ke dalam mobil dan melajukannya. Dia tidak mengindahkan ocehan Antoni sedikitpun. "Awas, tidak akan kubukakan pintu!" Teriakan pemuda itu masih terdengar hingga beberapa meter sampai mobil menjauh dari rumah. Rima hanya mengyunginggkan senyuman. Masa bodoh dengan ancaman untuk bocah seperti itu, karena memang tidak akan mempan. Dia tidak perlu takut tidak bisa masuk rumah, karena dia memiliki kunci cadangan. Rima berencana pergi dengan Rayhan, karena dia merasa sangat bosan sekali, sepanjang hari berasama orang asing yang tidak dikenalinya, apalagi kebanyakan mereka bertengkar jika saling bicara, suasana seperti itu membuat siapapun merasa tidak ada enaknya sama sekali saat berada di rumah. Semua ini terjadi karena dia menuruti permintaan sang ibu, andai saja jika bukan karena ibunya, dia tidak akan pernah mau menikah dengan si koki menyebalkan dan ternyata...cerewet itu. Dia mengira awalnya Antoni adalah orang yang pendiam, tapi ternyata dia salah. Pria itu sungguh bawel, hampir mirip dengan ibu kandungnya sendiri. Dasar perempuan keras kepala! Batin Antoni seraya menutup gerbang pintu bekas mobil Rima lewat tadi. Andai saja dia tidak menyanggupi permintaan tolojg bu Ana, pasti dia tidak perlu berurusan dengan orang keras kepala seperti "istri di atas kertasnya" sekarang ini. Tetapi menolak pun dia tidak yakin mampu, karena bu Ana sangat baik kepadanya, sudah seperti ibunya sendiri. Dia ingat saat pertama kali bertemu bu Ana, saat melamar sebagai waiter di restorannya, dan malah ditawari sebagai seorang koki. Padahal, waktu itu Antoni sedang sangat membutuhkan pekerjaan setelah lulus sekolah menengah atas dan baginya diterima sebagai pelayan saja sudah sangat bersyukur. Dan bu Ana malah menempatkan posisi pekerjaan yang lebih tinggi. Apalagi, bu Ana sampai membiayainya masuk kursus memasak di kota Kembang, Bandung, demi menjadikan Antoni seorang koki handal, dan hal tersebut memang terbayar, hasil pelatihan tersebut terbayar dengan kinerja Antoni yang begitu baik. *** Antoni baru saja selesai menyantap makan malam ketika mendengar suara mobil yang masuk ke halaman rumah pada pukul 20.05. Dia menyingkap gorden jendela ruang tamu, untuk memeriksa siapa yang datang, dan sesuai dugaannya, itu mobil istrinya yang baru pulang. Dia berpikir sejenak, sebelum masuk ke kamarnya. Mungkin kurang sopan ketika istrinya pulang, dia malah pergi ke kamar, tetapi dia pikir tidak mengapa lah, karena dia sudah membuatkannya makan malam berupa pepes ikan Gurame dan nasi goreng kunyit. Antoni mengedikkan bahu, lalu masuk dengan santai ke dalam kamar. Di luar, terdengar pintu utama dibuka. Eh? Tunggu! Pintu depan sudah dikunci olehnya, seiring dengan ancaman yang dilontarkannya kepada Rima tadi pagi, bahwa dia tidak akan membukakan pintu? Lalu Antoni keluar dari kamar untuk memeriksa, dan...tara...! Rima benar-benar sudah muncul di ruangan tamu, dia sedang duduk melepas sepatunya. Dia menoleh ketika melihat Antoni muncul ke ruang tamu, seraya menyungginggkan senyum ejekan. "Kau masuk dengan apa? Linggis?" Ujar Antoni tanpa basa-basi. Rima lalu menunjukkan kunci duplikat rumah di tangannya, "Kau pikir aku bodoh?" Lalu mengabaikan Antoni dengan wajah penuh kemenangan. "Baguslah." Timpal Antoni. "Oh iya, jika kau lapar, aku sudah membuatkan makanan. Tanpa racun tentunya." Lalu dia masuk ke kamarnya. Rima hanya menanggapi dengan putaran bola mata malas. Tetapi, tiba-tiba perutnya berbunyi, dan dia mengakui bahwa tebakan suaminya benar bahwa dia sedang lapar, karena ketika di luar tadi hanya memakan kudapan pie dan jus. Lantas dia pergi ke dapur dan mencari makanan yang ditawarkan Antoni, di atas meja. Ternyata memang ada, nasi goreng kuning dan ikan Gurame. Diambilnya sendok untuk kemudian mencicipi keduanya. Dia hampir terkejut akan rasa dari makanan tersebut, sebelum mengingat bahwa Antoni adalah seorang koki handal. Detik berikutnya, dia segera menghabiskan hidangan buatan suami yang tidak diakuinya tersebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN