Istri ketus

1050 Kata
Karena ini adalah hari pertama Antoni masuk kerja setelah cuti sehabis menikah, maka dia pun memilih untuk lembur kerja beberapa jam, sampai pukul 21.12. Dan dia telah meminta pada rekan-rekan kerjanya agar tidak memberitahu hal tersebut pada bu Ana, karena jika itu terjadi, pasti dia kena protes. Bu Ana mana tahu bahwa sebenarnya hubungan Rima dan Antoni itu sungguh berbanding terbalik dengan ekspektasi dia dan orang-orang? Pulang ke rumah juga bukan hal yang menyenangkan bagi Antoni sekarang, tidak seperti dulu ketika dia tinggal bersama kakaknya. Dia memang sudah menikah, tetapi sebenarnya dia itu tidak benar-benar menjalani rumah tangga. Ketika Antoni pulang ke rumah, dilihatnya Rima sedang tertidur di atas sofa dengan kondisi sepatu yang masih dikenakan. Dia bisa menebak, pasti Rima baru saja keluar rumah. Apa dia kelelahan sampai lupa membuka sepatunya? Batin Antoni. Lantas Antoni segera membersihkan diri dan berganti pakaian, setelah itu menyantap makan malam yang dibuatnya sendiri. Bahkan sampai dia selesai makan pun, dilihatnya Rima belum juga berpindah dari sofa, masih tertidur pulas. Dia mengguncang-guncang pelan bahu Rima, untuk membangunkannya. Mata gadis itu terbuka perlahan setelah beberapa kali dia mengerjapkannya. "Apa sih?!" Tukasnya dengan sebal. "Jangan tidur di sini, dingin. Sepatumu belum kau buka. Sepertinya kau sangat kelelahan lebih dari aku yang habis bekerja?" Ujar Antoni dengan nada sinis. "Bukan urusanmu!" Rima bangkit dari duduknya dan melangkah ke kamar dengan terkantuk-kantuk, lalu dia mengomel ketika dahinya berbenturan dengan pintu kamar ketika hendak dibuka, membuat Antoni hampir tertawa geli. *** Keesokan harinya, Antoni terbangun dengan kaget ketika melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 6.31 pagi. Dia beranjak dari tempat tidur dan setengah berlari menuju kamar mandi, lalu berpakaian dan membuat sarapan berupa roti panggang isi buah dengan selai cokelat dan s**u. Semua itu dilakukannya dengan sangat cepat, sehingga jika ada orang yang melihat tingkahnya, pasti orang tersebut akan melongo. Mungkin karena dia terburu-buru. Tetapi ada satu hal yang disadarinya, yaitu Rima. Dia belum melihat Rima bangun, sedangkan biasanya Rima bangun lebih pagi dari dia sendiri. Lalu Antoni bergegas ke kamar Rima untuk memeriksa, diketuknya pintu berkali-kali meskipun tidak ada jawaban. Dia mulai mencemaskan sesuatu. Kemudian dia menekan daun pintu dan ternyata pintunya tidak dikunci, karena langsung terbuka. Ternyata Rima masih terbaring di atas tempat tidurnya, dengan sepatu yang belum juga dibuka sejak semalam. Antoni berdecak dan mengguncang bahunya pelan. Tetapi kemudian dia merasakan tubuh gadis itu yang sangat panas, membuatnya kaget. Rupanya Rima sedang demam, karena dia mengigau saat itu juga. Antoni lalu segera pergi membeli obat penurun panas, karena di kotak obat tidak tersedia. Dia mencoba membangunkan Rima yang kemudian setengah berteriak ketika matanya terbuka. "Kenapa kau masuk ke kamarku?!" Ujarnya, seraya bangkit dari tempat tidur dengan meringis, karena kepalanya terasa sakit. "Aku takut kau mati. Nanti repot menjawabnya pada ibumu," ujar Antoni dengan sebal, seraya menaruh piring berisi roti panggang di meja yang terletak di sisi tempat tidur. "Aku sudah membeli obat demam untukmu, tapi kau harus mengisi perutmu sebelum meminumnya," Antoni menunjuk pada pil bulat di atas meja beserta segelas air putih. Rima tidak menjawab, dia sibuk dengan kepalanya yang begitu berat. Sementara ketika Antoni melirik jam di tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 7.13, dia khawatir telat datang ke restoran. Tetapi dia juga cukup bimbang dengan kondisi Rima. "Pergilah. Aku baik-baik saja." Ujar Rima, seolah tahu apa yang dipikirkan oleh Antoni. "Kau yakin?" "Pergi. Aku akan sembuh setelah meminum obat itu, kau membuat kepalaku tambah sakit tahu, jangan berdiri di sini terus," Kata-kata itu adalah bahasa untuk mengusir bagi Antoni. Rima sepertinya risih dengan kehadiran dia di kamarnya, akhirnya dia memilih untuk berangkat kerja saja. "Baiklah, aku pergi jika kau tidak butuh. Semoga cepat sehat." Ujarnya, seraya melangkah keluar dari kamar Rima dengan perasaan yang jengkel. Sudah ditolong malah mengomel, orang macam apa dia itu? Batinnya. Lalu segera tancap gas menuju tempat kerja. Rima masih memijat-mijat kepalanya yang sakit, seraya mendengarkan suara sepeda motor Antoni yang sudah menjauh. Dia merasa sedikit menyesal berkata seperti tadi kepada Antoni. Ditatapnya roti panggang di atas meja, kemudian dicicipinya. Rasanya sangat enak meskipun hanya roti panggang biasa. Dia menghabiskan setengahnya untuk syarat sebelum meminum obat demam, karena sakit kepala dan suhu panas tubuhnya sudah tidak tertahankan lagi. *** Antoni pulang dengan mempercepat laju sepeda motornya, karena dia masih terpikirkan kondisi Rima tadi pagi. Bagaimanapun, Rima adalah titipan dan tanggung jawab yang diberikan bu Ana kepadanya. Tidak mungkin dia mengabaikannya begitu saja. Setelah memarkir motor dan mengunci gerbang, dia cepat-cepat masuk rumah dengan langkah setengah berlari, dengan gesit membuka kunci rumah dan memeriksa Rima di kamar ketika ternyata pintu kamar Rima terbuka dan gadis itu tidak ada di sana. Antoni sempat cemas sebelum menuju ruang tengah, karena di sanalah dia menemukan Rima yang sedang tertidur di atas sofa. "Rima," Antoni mengguncang bahunya perlahan, dan dirasakannya suhu badan gadis itu yang sudah menurun, tidak sepanas seperti tadi pagi. Lalu mata gadis itu terbuka, kemudian membalikkan badan, tanda tak mau diganggu. Tetapi Antoni merasa lega, setidaknya Rima sudah mulai sembuh dan kecemasannya tentang takut istrinya sudah tidak bernapas lagi, tidak terjadi. Terkadang dia berpikir terlalu jauh saat mencemaskan sesuatu. Dia segera masuk ke kamarnya dan pergi mandi, lalu bersiap untuk makan malam. Mungkin dia akan memasak malam ini, sekalian untuk Rima juga, bisa saja Rima belum menyantap makan malam. Tetapi ketika Antoni membuka penutup saji di atas meja, justru sudah ada hidangan yang tersedia di sana. Dan masih panas pula. Udang saus pedas, sepertinya Rima yang sengaja memasak, dan ada di dua piring terpisah, dia pun segera memakannya. Tumben juga Rima membuat makanan, biasanya gadis itu cuek, sepengetahuan setelah beberapa hari mereka tinggal bersama. *** Tetapi hari-hari selanjutnya, Rima justru sibuk dengan pekerjaannya, seperti yang telah dijanjikan beberapa waktu yang lalu, bahwa dia telah mentandatangani kontrak pemotretan dengan salah satu majalah brand fashion yang cukup terkenal, selama tiga minggu ke depan nanti. Seringkali dia tidak pulang ke rumah dan harus menginap di tempat kerjanya, paling hanya beberapa kali saja ketika mengunjungi rumah dan Rima sudah membicarakan tentang hal ini dengan Antoni. Lagipula sebenarnya, bagi Rima, tidak begitu penting membicarakan tentang ini pada Antoni yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya. Dan dia justru malah senang bisa menjauh dan bebas dari Antoni yang tidak menyenangkan dan membosankan tersebut, serta bisa pergi bersama Rayhan sebebas mungkin, tanpa ocehan dari mulut suaminya yang cerewet itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN