Langkah kaki Raka terhenti begitu melihat sang mama duduk di sofa dan menatap tajam kepadanya. Raka hanya menatap sekilas, lalu kemudian bergegas melanjutkan langkah menuju kamarnya. “Dari mana saja kamu?” sergah sang mama. Raka mengembuskan napas kasar. “Dari luar!” dia menjawab tanpa menoleh sama sekali pada sang mama. “RAKAAAA …!” Bentakan sang mama membuat langkah Raka terhenti. Dia akhinya berbalik dan menatap sang mama. “Apa lagi, sih, Ma?” tanya Raka dengan suara lirih. Sang mama menatap geram. “Sampai kapan kamu akan menghindari Mama seperti ini, ha?” Raka mengangkat bahu. “Lho … siapa juga yang menghindari Mama? Itu hanya perasaan Mama saja.” “Kami bohong, kan?” tuding sang mama tanpa basa-basi. “Kamu pasti berbohong soal pengakuan kalau kamu itu punya pacar. Iya, kan?”