Rere yang sudah selesai berpakaian bergegas lagi menuruni anak tangga. Suara derap langkahnya menggema kencang seakan bisa meruntuhkan anak tangga yang tervuat dari kayu itu. Rere tersenyum sumringah, tapi saat hampir tiba di lantai dasar, langkahnya malah terhenti. Bola matanya berputar memikirkan sesuatu. Sedetik kemudian Rere kembali berlari ke atas dan masuk ke dalam kamarnya lagi. Rere menatap bayangannya di cermin. Ia mengenakan setelan baju tidur dasar kaos berwarna biru dan celanaya warna putih bermotif polkadot warna biru serupa dengan warna bajunya. Rambut keritingnya mengembang dan tampak tidak beraturan. Wajahnya tampak kucel karena sudah terkena debu saat pulang menaiki gojek. “Nggak … aku nggak bisa seperti ini,” bisik Rere kemudian. Satu … Dua … Tiga … Empat … Ia tak