Secangkir teh hangat tersaji di atas meja. Asapnya mengepul membawa aroma yang begitu wangi. “Minumlah selagi hangat,” tutur Rangga yang membuat minuman tersebut. Nadira mengenakan sweater berlengan terlalu panjang, dia menyembunyikan tangannya dan tak mau menatap ke arah Rangga. Lebih tepatnya, dia membuang muka. “Sampai hari persidangan nanti, aku akan tinggal di sini!” tegas Rangga tanpa ragu. Hal tersebut tentu mengejutkan Nadira. Perempuan itu langsung melotot ke arah Rangga dengan mulut sedikit menganga. “Bukankah itu persyaratan perceraiannya? Aku tinggal di rumah ini selama seminggu, bersamamu!” tutur Rangga sekali lagi. Entah pria tersebut melakukan ini murni karena persyaratan, entah justru hanya menjadi alasan. “Sungguh! Kau tidak perlu!” ucap Nadira sambil berdiri