Bab 7

750 Kata
Ayra menghempaskan dirinya di tempat tidur sederhana miliknya, setelah pulang dari pertemuan yang pada akhirnya belum menemukan titik terang. Bagaimana tidak, ternyata di dalam team lelaki tersebut banyak pengkhinat, kasihan. Tapi Ayra tidak peduli toh bagus bukan? Itu akan memudahkan dirinya menarik ulur kesepakatan. Jahatkah dirinya? Tidak Ayra hanya ingin memperjuangkan kesejahteraan masyarakat di sini. Tidak masalah bila dirinya dipandang jahat oleh Ansell dan teamnya. "Kak?" Panggil Nesa pada putrinya, mendengar panggilan sang umi Ayra segera duduk dari rabahannya. Ayra melihat sang umi sesang berdiri di depan pintu kamarnya yang memang terbuka. "Iya, Umi." Jawab Ayra sedikit lemas. Nesa masuk dan melihat wajah anaknya sedikit kurang semangat akhirnya bertanya. "Ada Apa?" "Nggak papa, Umi, hanya capek aja kok. Oh ya, umi dari mana dan lainnya ke mana, Kakak tadi datang sepi." Ayra meletakkan kepalanya pada pundak sang umi. Sudah lama ia tidak bermanja seperti ini dengan sang umi. "Abi dan adik-adikmu biasalah keliling, kalau umi tadi bantu Bi Narti dan lainnya di dapur. Gimana tadi?" "Nggak gimana-gimana, Mi. Malah yang Kakak liat sepertinya ada masalah diinternal mereka." "Apa?" "Kakak tebak sih nggak jauh dari masalah pengelolaan dana, mi, ya semacam ada penggelapan lah.” "Wahh, kasian banget." "Iya, mi. Takutnya siapa berbuat siapa yang dihujat. Makanya tadi mau diselidiki dulu tapi yaa sepertinya dia juga nggak akan melepaskan tanah itu untuk ia beli." "Maksud kamu salah hujat? Kalau umi boleh tahu memang rencananya lahan itu mau dijadikan apa." "Ya kalau malah pak Ansell itu yang di hujat gimana padahal keknya dia nggak tahu apa-apa? Dan lahan itu mau di buat pabrik, mi, semacam pabrik kain batik gitu." "Wah ada apa ini? Kok kamu jadi belain itu Ansell? Dan kamu sendiri bagaimana sebenarnya kalau lahan itu jadi pabrik?” "Apaan sih, umi, udah ah jangan bahas lagi. Dan masalah pabrik banyak pro kontranya umi, jadi ...," Drt drt drt drt Pembicaraan mereka terhenti akibat suara getaran telpon milik Ayra. Melihat sang penelpon Ayra terkaget, namun hanya sebentar, ia kemudian menunjukkannya identitas sang penelpon yang diangguki oleh Nesa. "Hallo, Assalamu'alaikum." Jawab Nesa saat seseorang yang berada di seberang telponnya sudah nampak wajahnya. Di sini lain, Nesa berpamitan keluar dengan bisikan karena tidak ingin menggangu sang putri. *** "Bunda, Assalamu'alaikum. Bunda mana nomer yang bunda janji kasih ke Ansell." tanya Ansel tanpa jeda setwlahbyakin sang Bunda sudah tersembung dengan telpon mereka. "Kirain lupa." Jawab Bunda Ansell dengan santainya. "Ya mana mungkin lupa, itu istri Ansel, Bun." Ucapan Ansell membuat wanita diseberang sana terkikik geli. "Tapi ditinggalin kuliah lagi, kan kasihan dianya." Sindir Bunda Ansell, pasalnya setelah sah acara ijab qobul dadakan itu, Istri Ansell ditinggal begitu saja dengan alasan mengerjakan tugas akhir kuliahnya di luar. "Iya ini juga udah kembali to." "Ya tapi kamu harus usaha luluhin dia dan bawa menantu Bunda pulang. Pulang udah lebih dari enam bulan cuma kirimin uang doang nggak coba buat telpon, sekarang coba Bunda tanya di mana istrimu?" Pertanyaan yang menyentil hati Ansell karena kenyataannya memang dirinya tidak tahu di mana sang istri berada. "Makanya ini nanya ke Bunda." "Untung saja Bunda ini sayang kamu lho Sell dan nggak mau kamu pisah ama mantu kesayangan Bunda, kalau enggak udah aku suruh nikah lagi itu Istri kamu." "Ya Allah Bunda, tega banget sih, ini aku anaknya Bunda lho kok malah doain jadi duda." Ucapannya Bundanya sedikit banyak membuatnya ketar-ketir sebenarnya apalagi dia tidak memberi nafkah batin untuk istrinya. Ini apakah harus ia ijab ulang kalau ketemu? Pikirnya. "Ya enggak, makanya Bunda kasih nomernya biar kamu bisa hubungi dia dan perbaikin sikap kamu." "Iya, Bunda kan kemarin juga ninggalin dia karena urusan penting bukan niat mau selingkuh atau cari wanita lain." "Bagus," "Oh ya Bun apa harus ijab ulang?" "Ha?" "Ansell dan istri kan udah lama nggak ketemu apa harus ijab ulang?" "Makanya Ansell tahunya jangan cuma salat puasa sama baca Alquran aja, tapi pelajari ilmunya juga, kamu baca Alfatihah tiap salat tahu nggak apa maknanya? Setiap ibadah ada ilmunya, Sell, sama seperti pernikahan ada ilmunya kalau nggak berilmu kamu bakal salah mengartikan nantinya. Banyakin dengerin tausiah pernikahan deh." "Iya, Bunda. Jadi gimana? Ijab lagi?" "Cari jawabanya sendiri, mama bukan ustazah, Assalamualaikum." Ucap Bunda Ansell seraya mematikan sambunagn telponnya tanpa menunggu Ansell menjawab salamnya "Bun, Bunn tungguu, Yahhh di matikan. Wasalamu'alaikum." Jawab Ansell meski sang bunda sudah tak mendengar. Ting Bunyi notifikasi gawai Ansell berbunyi menampilkan sederet pesan dari mamanya Bunda ❤️ Mantu kesayangan 08589117**** Tambahkan Kirim pesan Ini nomer istri kamu, Bunda tunggu kabar baiknya, syukur-syukur kalian bisa serumah biar bisa kasih bunda cucu. Membacanya hanya membuat Ansell tersenyum, doakan saja anakmu ini Bunda biar bisa bawa pulang mantu Bunda pulang. Ting 08132523**** Assalamualaikum, ini saya Rara bisa kita ketemu? Saya punya penawaran atas lahan yang anda ingin beli, bila anda berkenan. Dahi Ansell sedikit berkerut setelah menerima pesan tersebut. "Apa ini?" TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN