Bab 6

758 Kata
Ansell terhenyak mendengar ucapan Ayra, seolah ada pukulan yang Ansell rasakan tepat mengenai ulu hatinya. Bagaimana bisa? Tidak, dirinya tidak percaya akan ucapan perempuan di depannya ini. Jelas-jelas dirinyalah yang menandatangani persetujuan harga yang di usulkan anak buahnya. Dan uang itupun sudah diberikan pada pemilik tanah. Bisa-bisanya perempuan ini memfitnah perusahaannya. "Bagaimana?" Tanya Ayra melihat kebingungan di wajah Ansell, namun sedetik kemudia wajah Ansell menunjukkan kemarahan. Tapi Ayra tidak peduli bukan baru sekali ini saja lahan-lahan mereka ditawar orang, sehingga membuat Ayra sudah paham jalan pikiran mereka. Di tambah tidak sedikit ilmu dari sang abi yang ia pelajari jadi dirinya sudah punya bekal menghadapi pengusaha seperti Ansell begini. "Tidak, saya yakin sudah menanda tangani usulan tersebut dengan benar, dan nona, anda bisa saya laporakan karana fitnah." Jawab Ansell percaya diri, sudah sekian lama dirinya menangani proyek mana mungkin dirinya bisa kecolongan. "Kenapa tuan tidak cek saja pada team Tn. Ansell. Kalau memang apa yang saya katakan tidak terbukti kebenarannya saya siap bertanggung jawab.” Tantang Ayra, jika benar lelaki ini menyarankan harga tersebut harunya teamnya pun juga tahu masalah ini. "Baiklah, saya akan menanyakannya pada pak Anton." "Kalau perlu ajak kemari, agar lebih jelas lagi dan pastinya transparan.” "Baiklah." Segera Ansell menghubungi kepala proyeknya untuk masuk ke dalam tempat pertemuan. Ansell dan Pak Anton memang datang bersama namun, Ansell meminta pak Anton tetap di mobil sampai saatnya ia dibutuhkan. Tidak butuh waktu lama, Pak Anton datang dan Ansell pun segera menanyakan kebenarannya. "Pak Anton, saya tanya berapa bapak memberikan tawaran harga untuk mereka?” Tanya Ansell membuat Anton terhenyak, bagaimana mungkin atasannya ini menanyakan tentang harga sedangkan sang atasan lah yang menentukan. Batin Anton, namun dirinya tetap menjawab pertanyaan Ansell "Satu juta, Pak, sesuai penawaran awal. Saya pernah mengajukan pada bapak namun kata penangung jawab keuangan proyek, bapak menolaknya." Jawaban Anton membuat Ayra tersenyum senang. Untung saja team Ansell di sini jujur. Kalau tidak Ayra harus mengeluarkan cara pamungkas untuk kembali menyerang Ansell. "APA! Jelas-jelas saya sudah menandatangani usulan tawaran tersebut. kamu bawa berkasnya?" Teriakan Ansell bisa membuat orang di sekitar kami terganggu, namun untungnya kami di ruangan kedap suara meaki transfaran. Pak Anton segera mengeluarkan segala macam berkas yang menjadi senjatanya dalam bekerja. Untung baginya bahwa semua berkas selalu ia bawa saat bersama dengan sang atasan. "Ini, pak, saya sudah siapkan, ini juga kuitansi-kuitansi dari transaksi selama ini, kami meminimaliskan semuanya karena untuk mencukupkan uang yang cair." "Pak Anton, tolong katakan pada saya apapun itu kendala bapak selama menangani proyek ini." Dengan suara tegas Ansell berusaha mengulik semua permasalahan dalam proyeknya kali ini. "Permisi" Ucap Ayra, "Sepertinya anda berdua perlu privasi untuk membicarakan segala hal tentang team anda, jadi saya ingin undur diri, boleh?" "Maaf sebelumnya, saya akan hubungi anda lagi setelah ini saya selesaikan." Balas Ansell merasa tidak enak dengan Ayra dan merasa berterima kasih karena akhirnya dia tahu ada yang tidak beres dengan anggaran proyeknya. "Tidak masalah, saya tidak akan kemana-mana." Setelah mengucapakan itu Ayra pergi meninggalakan Ansell. Sepeninggal Ayra, Ansell dan pak Anton kembali membahas tentang masalah internal mereka. Sedangkan Ayra kembali ke mobilnya dengan senyum bahagia, dirinya puas dengan apa yang dia lakukan, satu amunisi tepat sasaran ia tembakan, dan amunisi lainnya siap menanti gilirannya jikalau amunisi yang ia tembakkan tadi belum membuat lelaki tersebut menyerah kalah. *** "Ini, tidak bisa dibiarkan, jangan-jangan selama ini juga ada kecurangan seperti ini?" Mendengar seluruh cerita pak Anton, Ansell jadi banyak memikirkan proyeknya yang sebelum ini. Biasanya Ansell memang tidak pernah ada kendala seperti ini, dan kalaupun ada, Penangung jawab keuangan proyeklah yang selama ini turun tangan, namun kali ini, dirinya tidak di tempat sehingga Anselllah yang harus turun tangan. Itupun karena Pak Anton yang meminta langsung padanya, jika tidak dirinya akan tetap tidak akan tahu. Dirinya harus segera bertindak, jangan sampai selama ini banyak pihak dirugikan. "Saya tidak tahu pak?" "Baiklah, bapak anteng saja, nanti kalau dia telpon emnanyakan perkembangan atau apa bilang sudah beres." "Siap, pak." "Baiklah, mari pulang, bapak mau bungkus untuk di rumah?" Tanya Ansell setelah mereka menyelesaikan diskusi sekaligus menunggu Pak Anton makan. "Sudah, pak, istri sudah masak. Oh Ya, menurut Pak Ansell bagaimana non Ayra?" Ucap Pak Anton seraya berdiri mengikuti sang atasan kembali ke mobil. "Kenapa pak?" "Ya nggak papa, siapa tahu bapak ada rasa gimana gitu, neng Ayra tu sebenarnya baik pak, cantik, cerdas lagi." "Bapak lagi promosi? Kemarin saja bapak kasih ide yang nggak baik sama saya." Sindir Ansell, mengingat, Pak Anton meminta dirinya mendekati Ayra demi keberhasilan proyek. "Maaf, Pak, kemarin saya khilaf, tapi bener lho pak gadis secerdas dan sebaik Non Ayra sayang gitu kalau dianggurin." "Bapak ada-ada saja, tapi sayangnya saya sudah punya istri, Pak." Meski aku belum ketemu dirinya setelah pernikahan itu. Lanjutnya dalam hati. TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN