Kaisar Aldebaran Bagaskara, sosok tampan yang terlihat sempurna, bukan hanya dari keluarga kaya raya tapi ia juga seperti Kakak sulungnya Senopati Arya Bagaskara yang memiliki insting bisnis yang sangat luar biasa. Hari ini ia memutuskan untuk kembali ke Jakarta setelah perjalanan bisnisnya ke Joga dan juga pencarian kakak iparnya berhasil ia selesaikan. Setelah sampai ke Bandara, Kaisar bersama dengan Ben asistennya memilih untuk segera ke Kantor. Seperti saat ini Kaisar sedang membaca laporan yang didapatkan dari Ben mengenai Kakak iparnya Aleandra Jovanka yang pastinya akan membuat Senopati kakak sulungnya itu menggila. Menggila karena rencananya dalam waktu dekat ingin membuat Senopati murka, apalagi Senopati telah membuat Mami Ningrum menangis setiap kali bertemu dengan Senopati dan itu membuat Kaisar murka.
Bagi Kaisar Ningrum Maminya itu adalah malaikat yang baik hati yang selalu memperhatikan anak-anaknya. Ia bahkan hampir setiap hari menghubunginya untuk menayakan apa kabarnya hari ini. Tapi perhatian yang Maminya itu tujukkan kepada Senopati, hanya membuat Senopati marah hingga berkata kasar kepada Maminya. Hari ini adalah kemenangan baginya dan ia akan membuat Senopati menggila jika Senopati tahu ia memiliki seorang putra. Dugaannya benar jika Arga adalah putra Senopati yang dilahirkan Aleandra Jovanka, tanpa sepengetahan Senopati.
"Akan terjadi drama yang begitu besar Ben," ucap Senopati. "Pastikan agar Bayu juga tidak mengetahui hal ini!" Ucap Kaisar. Bayu merupakan asisten Senopati dan ia juga andil besar karena memiliki kemampuan di bidang bisnis. Bayu bukan hanya sekedar bawahan Senopati tapi dia juga adalah sahabatnya. Tentu saja Bayu pasti akan mencari tahu mengenai masalah ini cepat atau lambat dan sebagai orang yang memiliki dendam pribadi kepada Seno, ia akan membuat Seno marah besar padanya karena merahasiakan ini.
"Pak Bayu, itu orangnya teliti Pak," ucap Ben.
"Kau juga harus lebih teliti darinya jangan sampai ada cela karena permainan ini sangatlah menarik," ucap Kaisar tersenyum sinis membuat Ben menghela napasnya karena seorang Kaisar Aldebaran Bagaskara jika sudah bertekad melakukan sesuatu, ia bahkan akan melakukan apa saja agar ia puas. "Perempuan upil ini namanya Dea, pindahkan dia ke salah satu hotel miliki kita di Jakarta dan naikan jabatannya. Alea adalah sosok yang lembut dan penyayang, jika Dea kembali ke Jakarta dia pasti akan ikut kembali ke Jakarta. Mereka harus memakan umpan dari kita Ben," ucap Kaisar.
"Baik Pak," ucap Ben dan ia akan segera menghubungi hotel tempat Dea bekerja. Apalagi ternyata hotel di Jogja juga bagian dari Bagaskara grup karena ada saham mereka di hotel tersebut. Sebagai salah satu petinggi hotel, perintah seorang Kaisar pasti akan diutamakan. Apalagi Dea akan pindah di hotel yang lebih besar dengan jabatan yang cukup tinggi dibandingkan jabatannya yang sekarang.
Kaisar kembali melihat profil Dea dan ia penasaran dengan latar belakang Dea. Kaisar kembali tersenyum ketika mengetahui jika nama Deantika mirip dengan nama salah satu anak klongomerat yang saat ini menghilang yang juga sedang dicari. Hanya saja penampilan Dea yang ia temui dengan Deantika Hardiyata sangatlah berbeda. Deantika Hardiyata terkenal dengan kecantikannya sehingga menjadi buah bibir dikalangkan pengusaha muda yang mengangumi putri sulung tuan Hardiyata itu.
Kaisar meminta mengambil foto Dea dan ia kembali mengamatinya. Senopati kemudian memutuskan menghubungi Gatra yang pernah membicarakan Deantika yang pernah akan dijodohkan dengannya namun Gatra menolaknya sebelum bertemu dengan Deantika.
"Assalamualikum," ucap Kaisar.
"Waalikumsalam," ucap Gatra.
"Gat, kamu ingat Deantika Hardiyata?" Tanya Kaisar.
"Ingat putri sulung Pak Hardiyata yang terkenal cantik itu, kenapa?" Tanya Gatra penasaran karena Kaisar hampir tidak pernah menanyakan seorang perempuan kepadanya.
"Apa kau ada fotonya, Gat?" Tanya Kaisar.
"Wow...ada apa denganmu hari ini Kaisar Aldebaran Bagaskara?" Tanya Gatra penasaran dengan apa yang saat ini sedang dipikirkan Kaisar. "Apa kau tertarik dengan perempuan ini?" tanya Gatra.
"Nggak usah banyak bacot Gatra, kirim fotonya ada hal yang harus aku periksa!" perintah Kaisar kesal dengan sikap Gatra.
"Tunggu Kai hahaha...sabar aku akan meminta asistenku untuk mencarinya, kau kan tahu banyak sekali yang minta dijodohkan denganku," ucap Gatra membuat Kaisar kesal mendengarnya. Kaisar mematikan ponselnya membuat Gatra yang saat ini berada di ruang kerjanya mengupat kesal.
Kaisar kembali membaca berkasnya dan satu jam kemudian ponselnya berbunyi membuatnya segera membuka ponselnya dan ia melihat foto yang dikirimkan Gatra padanya. Foto wanita cantik berkulit putih dengan rambut panjangnya yang bergelombang, hidungnya mancung, bulu mata lentik nan panjang dengan mata bulat bak boneka dan bibir tipisnya, membuat perempuan ini terlihat sangat cantik. Gatra kemudian menyandingkan foto Dea dan ia tersenyum karena ternyata Dea menghitamkan kulitnya dengan teknik makeup miliknya, membuat wajahnya berubah menjadi jelek. Apalagi Dea menambahkan tahi lalat palsu didekat pipinya membuat Kaisar tertawa terbahak-bahak. Bagaimana tidak upil coklat itu difoto yang ia dapatkan letaknya berbeda saat ia bertemu Dea saat itu.
"Hahaha perempuan ini sangat unik," ucap Kaisar, ia ingat bagaimana tatapan kesal Dea ternyata sangat menghiburnya, belum pernah ia merasakan ingin kembali dengan perempuan yang membuatnya merasa sebahagia ini. "Keunikan yang sangat memukau, Deantika hahaha...jika bertemu lagi kau akan aku buat merasa menyesal, karena bertemu denganku lagi," ucap Kaisar.
Kaisar melihat jam yang ada dipergelangan tangannya dan ia segera menutup berkas yang ia baca lalu menyelipkan foto Dea dilaci kerjanya. Ia akan mencari tahu tentang Dea, ia merasa sosok Dea sangat menarik dan ia ingin mengganggu Dea. Apalagi ia penasaran bagaimana jika ia melihat Dea dengan tampilan aslinya tanpa makeup dan ia ingin melihat langsung kecantikan seorang Dea dibalik upil coklat palsu yang memperburuk penampilannya itu. Kaisar membaca pesan diponselnya dan ia segera berdiri, lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruang kerjanya.
Jika seorang Ningrum menghubunginya untuk memintanya segera pulang, maka ia akan mengusahakan untuk pulang. kaisar tidak ingin membuat Maminya merasa terabaikan jika ia terlalu sibuk karena ia tahu Maminya butuh dirinya ketika ia merindukan putra sulungnya Senopati yang memang jarang pulang. Cukup Senopati yang membuat seorang Ningrum khawatir dan jangan dirinya yang juga menjadi alasan sang Mami menangis karena sedih.
Kaisar segera menuju parkiran mobilnya, ia tidak peduli jika beberapa karyawan wanita terlihat menatapnya dengan kagum. Sosoknya memang sama seperti Senopati yang selalu menunjukkan wajah dinginnya tapi ia merasa ia sangat berbeda dari kakak sulungnya itu. Ya...ia tumbuh dengan penuh kasih sayang dari Maminya sedangkan Senopati menganggapnya dirinya mandiri dan selalu menolak perhatian seorang Ningrum. Senopati membenci ibunya dan Kaisar akhirnya juga menjadi membenci Senopati, karena hal itu keduanya selalu saja bertengkar dengan Senopati setiap keduanya bertemu.
Kaisar melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju kediaman orang tuanya. Beberapa menit kemudian, ia sampai di Kediaman utama Bagaskara dan ia melihat Senopati juga baru saja turun dari mobilnya. Kaisar menghembuskan napasnya ketika Senopati sepertinya sedang menunggunya keluar dari mobilnya. Kaisar keluar dari mobilnya dan ia sengaja mengacuhkan Senopati yang saat ini menatapnya dengan dingin.
"Kai..." panggil Senopati.
"Iya, kenapa?" Tanya Kaisar dingin.
"Ini sopan santunmu kepada yang lebih tua? Harusnya kau menyapaku lebih dulu. Dari Jogja kau tidak datang langsung menemuiku melaporkan laporan perjalananmu," ucap Senopati.
Jika yang ingin kau tanyakan apa aku menemukan tanda-tanda keberadaan istrimu, percuma saja karena aku tidak akan memberitahunya. Batin Kaisar.
"Besok aku akan melaporkannya padamu," ucap Kaisar. "Jika kepulanganmu hanya untuk membuat Mamiku menangis lebih baik kau pulang saja!" Usir Kaisar.
"Apa yang aku lakukan itu bukan urusanmu Kai," teriak Senopati.
"Semua akan menjadi urusanku karena kau telah berani menghilangkan senyum di bibir Mami," ucap Kaisar dingin dan ia melangkahkan kakinya masuk lebih dulu kedalam rumah.
Agenda acara kumpul keluarga memang sering diadakan karena Arif Bagaskara kekek mereka ingin lebih banyak menghabiskan waktunya bersama keluarganya dimasa tuanya. Kaisar menuju lantai dua dimana kamarnya berada dan ia mandi lalu mengganti pakaiannya dengan baju santai. Ia segera keluar dari kamarnya menuju lantai dasar dan mencari keberadaan Maminya. Ia tersenyum saat melihat sang Mami sedang membuat kue dan ia memeluk Maminya Ningrum dari belakang dengan erat.
"Wah kangen banget sama Mami," ucap Kaisar.
"Manja banget sih kamu nak," ucap Ningrum. "Mami kangen banget sama kamu, gimana di Jogja kerjaannya lancar?" Tanya Ningrum.
"Lancar banget Mi, banyak kejutan di Jogja," ucap Kaisar. Maksudnya kejutan disini siapa lagi kalau bukan pertemuannya dengan Arga keponakannya. "Sini Kai bantu, Mi!" Ucap Kaisar membuat Ningrum tersenyum. Kaisar menjadi sangat dekat dengan Maminya karena ketika Maminya itu bersedih akibat perlakuan Senopati, Kaisar yang akan selalu menenangkan Ningrum.
"Kali ini Mami jangan sedih karena Seno Mi, Kai nggak suka!" Protes Kaisar tiba-tiba. "Seno pulang Mi dan sepertinya dia sedang berada dikamarnya," jelas Kaisar membuat Ningrum menahan rasa harunya dan ia menganggukkan kepalanya karena ia sangat merindukan Senopati putra sulungnya itu.