Dea membangun karirnya dengan bersusah payah dan akhirnya ia berhasil pada posisi kepala bagian resepsionis. Ia sangat mencintai pekerjaan karena merasa apa yang telah ia dapatkan adalah kerja kerasnya. Hari ini ia akan menjemput Arga di tempat penitipan anak, ia dan Alea memiliki jadwal kerja yang sama sehingga keduanya memutuskan untuk menitipkan Arga. Saat ini Dea sedang merapikan penampilannya, tak lupa ia memakai kacamata dan juga memperbaiki letak tahi lalat di wajahnya agar penyamaran berhasil seperti biasa. Ia tahu seorang Hardiyata tidak akan mudah menyerah untuk mencarinya, walau bagaimanapun Hardiyata masih menyayanginya. Entah itu sayang karena ia bisa dimanfaatkan demi mendapatkan investasi jika salah satu rekan bisnisnya menginginkannya menjadi istrinya atau Hardiyata memang benar-benar menyayanginya. Entahlah, ia bahkan terkadang kesal dengan pernyataan Papinya yang menginginkannya bahagia dengan menikahi laki-laki kaya raya. Bagi Dea kekayaan bukanlah ukuran untuk mendapatkan kebahagiaan, buktinya menjadi putri seorang klongomerat Hardiyata nyatanya tidak membuatnya bahagia.
Dea menaiki motornya dan ia melajukan kecepatannya dengan kecepatan sedang. Beberapa menit kemudian ia sampai di tempat penitipan anak dan ia segera menjemput Arga. Arga melihat kedatangannya dan ia segera berlari dengan cepat mendekati Dea. "Bunda...kok lama jemputnya?" protes Arga.
"Bunda ada urusan, hmmm mau makan apa kita ?" Tanya Dea.
"Makan di Mall aja yuk Bun, soalnya Bunda udah lama nggak ngajakin aku ke Mall!" ucap Arga.
"Oke," ucap Dea mengelus kepala Arga dengan lembut.
Arga menaiki motor bersama Dea dan keduanya segera menuju Mall yang tidak terlalu jauh dari rumah mereka. Setelah Arga lahir, Dea dan Alea memang memilih untuk tinggal disatu rumah bersama. Apalagi Arga membutuhkan lingkungan yang lebih baik untuk tumbuh kembangnya. Beberapa menit kemudian mereka sampai di Mall dan Dea segera mengajak Arga masuk kedalam Mall. Mereka berhenti di depan lift dan menunggu lift terbuka lalu tak perlu menunggu waktu lama, lift akhirnya terbuka. Dea menggandeng Arga masuk kedalam lift dan didalam lift, terlihat dua orang laki-laki tampan yang membuat Dea terkejut. Laki-laki itu menatap Dea dengan tatapan menilai dan ia juga menatap Arga dengan tatapan penasaran.
"Zaman sekarang ada perempuan yang suka memakai coklat upil diwajahnya," ucap Laki-laki itu membuat Dea kesal karena laki-lali itu sepertinya tahu jika tahi lalat yang ia pakai adalah tahi lalat palsu.
Arga mengalihkan pandangannya kearah Dea dan ia kemudian juga menolehkan kepalanya menatap laki-laki yang baru saja mengeluarkan suaranya itu. Seorang laki-laki lainnya menahan tawanya mendengar ucapan laki-laki tampan itu tentang tahi lalat palsu milik Dea. "Kurang kreatif dan terlalu mengada-ngada," ucapnya lagi membuat Dea semakin kesal dengan tingkah laku laki-laki itu yang mengomentari penampilannya. Dea menolehkan kepalanya kearah laki-laki itu dan ia menatap laki-laki itu dengan tajam.
"Apa anda menginginkan tahi lalat palsu saya?" Tanya Dea membuat laki-laki tampan itu terbatuk dan ia mengangkat sebelah alisnya karena perempuan ini berani menatap mata tajam bak elak miliknya.
"Apa anda ingin memberikannya kepada saya? bukannya anda sepertinya sedang ikut syuting atau memang anda suka memakai tahi lalat palsu?" Tanya laki-laki itu sinis membuat Dea ingin sekali memukul wajah tampan yang menyebalkan itu sekarang juga. "Adik tampan... apa dia ini pembantumu?" Tanya laki-laki itu lagi menatap Arga.
"Ini Bundanya aku," ucap Arga.
"Wah, kau terlihat lebih cocok menjadi anak saya dibandingkan menjadi anak ibumu ini," ucap Laki-laki itu membuat teman laki-laki itu menganggukkan kepalanya setuju dengan ucapannya. Apalagi Arga memang terlihat mirip dengan laki-laki ini.
"Bapak ada kaca? Lihat kaca! Memangnya Bapak ganteng gitu? Asal Bapak tahu Bapak itu nggak ganteng sama sekali," ucap Dea kesal.
Lift terbuka membuat Dea segera keluar dari dalam lift dengan kesal dan ia mengajak Arga melangkahkan kakinya mencari Restauran yang ingin mereka tuju. Sementara itu laki-laki itu mengangkat sudut bibirnya dan ia tidak menyangka kedatangannya di Mall ini membuatnya menemukan apa yang telah ia cari selama ini.
"Ben, cari informasi dimana wanita aneh itu tinggal dan informasi mengenai orang tua anak kecil itu. Wajah anak kecil itu mirip dengan saya dan Senopati. Saya tidak mungkin menanam benih sembarang, apalagi Papa dan kemukinan besar anak itu anak Senopati," ucap laki-laki tampan itu.
Laki-laki tampan itu bernama Kaisar Aldebaran Bagaskara. Putra kedua dari Haris Bagaskara dan Ningrum. Haris Bagaskara merupakan pemilik Bagaskara grup yang diwarisi oleh orang tuanya dan kekayaan keluarga besar mereka bertambah ketika Senopati Arya Bagaskara putra sulung mereka dan Kaisar Aldebaran Bagaskara memegang Bagaskara grup. Keduanya adalah putra kebanggaan Haris Bagaskara. Haris Bagaskara memang memiliki dua putra Senopati, Kaisar dan juga memiliki satu putri bernama Najwa Bagaskara. Keluarga yang terlihat harmonis, namun hubungan orang tua mereka dan Senopati sangatlah buruk hanya karena kesalahpahaman diantara mereka.
"Tapi Pak bisa saja anak ini hanya mirip," ucap Ben.
"Tidak ada kebetulan Ben, saya ke Jogya memang ingin menyelidiki keberadaan Kakak ipar saya," ucap Kaisar yang memang diminta Senopati dan juga Arif Bagaskara kakek mereka memintanya untuk mencari keberadaan Alexandra Jovanka istri Senopati. Kaisar kemudian menujukkan ipadnya dan ia memperlihatkan foto Alea yang sedang berangkulan dengan Dea. "Ini kakak ipar saya dan ini perempuan yang tadi berpura-pura jelek itu," ucap Kaisar.
"Sepertinya perempuan ini cantik ya Pak," ucap Ben menatap foto yang ada di ipad Kaisar.
"Mungkin," ucap Kaisar melangkahkan kakinya ke Restauran tempat dimana ia dan rekan bisnisnya akan bertemu.
Kita akan segera bertemu kembali...
Batin Kaisar.
Sementara itu Dea kesal karena untuk pertama kalinya ia ketahuan memakai tahi lalat palsu diwajahnya. Laki-laki yang baru saja bertemu dengannya itu lancang sekali mengatakan Arga mirip dengannya. Jika saja ia menghapus makeup yang ada diwajahnya tidak akan lagi keraguan jika Arga bukan putrinya karena sejatinya, ia memiliki wajah yang sangat cantik.
"Bunda, Aga ingin minum es krim boleh ya!" Ucap Arga menatap Dea dengan tatapan memohon.
"Boleh, kalau Arga lagi batuk makanya Bunda larang Arga makan es krim, sekarang Arga lagi nggak batuk jadi ya boleh," ucap Dea membuat Arga tersenyum.
Keduanya segera menuju cafe yang menjual es krim dan Dea mengajaknya duduk didalam cafe itu. "Kita makan disini saja, sepertinya banyak makanan yang enak disini!" ucap Dea membuka menu makanan yang telah berada diatas meja.
"Tapi tetap ya Bun, pesan es krim juga!" ucap Arga.
"Iya sayang, udah Bunda pesan kok," ucap Dea dan ia mengelus kepala Arga dengan lembut.
Dea sangat menyayangi Arga dan ia tidak akan membiarkan Arga kekurangan kasih sayang karena ia siap menjadi bunda Arga seterusnya, hingga hayat memisahkannya. Ia dan Alea yang selama ini membesarkan Arga bersama. Ia ingin Arga tumbuh menjadi anak yang sukses dan memiliki pendidikan yang tinggi.
"Bunda yang kemarib itu pacarnya Bunda ya?" Tanya Arga.
"Bukan Ga, Bunda mana punya pacar," ucap Dea. Salah satu teman kerjanya memang memilki perasaan padanya namun Dea menolaknya dan mengatakan jika sebenarnya ia telah memilki anak agar laki-laki itu mundur untuk mengejarnya. Dea memang selalu mengaku kepada orang-orang yang baru ia kenal jika Arga adalah putranya dengan mantan kekasihnya. "Kalau Bunda punya pacar gimana?" Tanya Dea sengaja ingin menggoda Arga.
Arga menggelengkan kepalanya "Nggak mau, Bunda nggak usah punya pacar!" Ucap Arga terlihat sangat menggemaskan bagi Dea.
"Kenapa Bunda nggak boleh punya pacar, nak?" Tanya Dea dan ia tersenyum melihat ekspresi kesal Arga.
"Nanti Bunda nggak sayang lagi sama Aga, nanti Bunda sibuk pelgi sama pacal dan Aga ditinggal di Rumah. Mama kan sibuk kerja juga," ucap Arga.
"Oke nak, Bunda nggak usah pacaran, pacar Bunda Arga aja biar bisa jalan-jalannya sama Bunda aja!" Ucap Dea.
"Iya Bun, Aga aja jadi pacar Bunda," ucap Arga membuat Dea tersenyum senang.
Makanan mereka sampai dan Dea mengajak Arga segera menyatap makanan yang telah terhidang diatas meja. Dea mengunyah makanannya dan ia terkejut saat melihat sosok yang ia kenal berada di Restauran yang sama dengannya. Laki-laki tampan itu untung saja tidak mengenal dirinya, ia sibuk berbincang dengan beberapa temannya. Dea tahu mungkin saja saat ini laki-laki ini sedang memeriksa salah satu bisnis keluarganya. Laki-laki itu bernama Daniel adik berbeda ibu dengannya dan ia tahu jika adiknya itu baru saja menyelesaikan studynya. Kemungkinan besar saat ini Daniel telah bekerja membantu Papinya dan Daniel memang merupakan putra kesayangan Papinya.
Dea berusaha menghindar agar Daniel tidak menyadari kehadirannya dan ia bersyukur melihat Daniel telah tumbuh menjadi laki-laki gagah yang bisa diandalkan. Meskipun hubungannya dengan Daniel tidak terlalu akrab, namun Daniel bukan adik berbeda ibu yang suka mengganggunya. Tidak ikut campur urusan masing-masih telah menjadi kebiasaannya dan juga kedua saudaranya.