"O ya Nak. Em maksud Bapak, Can." Pria paruh baya itu merasa kikuk. Ada rasa bersalah yang menjalari hati, lantaran berprasangka buruk pada Candra. Dia pikir Candra tak akan bisa berubah jadi baik, dan tetap jadi pemabuk yang egois. Namun kenyataannya, pria itu sampai rumahnya sekarang. Dia mau jauh-jauh menemani Talita. Yang artinya Candra sudah mau menerima kondisi putrinya itu. Alhamdulillah syukurlah. "Ya Pak?" Candra mengucap dengan sama canggungnya. Bukan hanya bapak mertua, dia pun merasa bersalah karena tempo hari sikapnya begitu kasar. Dan bahkan tidak memperlihatkan pembelaan di depannya, saat Talita di -julidin bibi dan saudaranya. "Jika capek istirahat ya," ucap Bapak mertuanya lagi. "Belum Pak, he he." Candra nyengir. Ia benar-benar dibuat salah tingkah sekarang. "Bapak