Bab 36. (Kematian Malaikat Kuning)

1161 Kata
Malaikat Merah terus melangkah menembus ilalang raksasa yang menyembunyikan pintu rahasia untuk masuk ke dalam Bukit Hitam dengan gerakan cepat. Hingga akhirnya ia pun tiba di depan pintu rahasia berkaca hitam itu. Tanpa ragu sama sekali. Malaikat Merah pun lalu memencet kode-kode rahasia pada kotak masuk ke dalam Bukit Hitam. Pintu berkaca hitam itu terbuka dengan begitu lebarnya. Hingga Malaikat Merah pun leluasa untuk masuk, tanpa halangan sama sekali. Setelah dirinya masuk. Pintu itu pun tertutup secara otomatis. Seakan ditutup oleh makhluk tak kasat mata. Malaikat Merah terus melangkahkan kakinya. Di dalam ruang lapang itu. Hingga dirinya pun berpapasan dengan Malaikat Cokelat. Yang membuat rekannya itu menjadi curiga. "Kenapa dia ada di sini?" curiga pun berkembang di benak Malaikat Merah, dengan tatapan penuh selidik kepada Malaikat Cokelat, yang terlihat tenang-tenang saja. "Kenapa aku harus berpapasan dengannya?" tanya Malaikat Cokelat di dalam hatinya. Mereka berdua pun, saling menghentikan langkahnya. Dengan saling menatap satu dengan yang lainnya. "Kau sedang apa di sini Cokelat?" tanya Malaikat Merah dengan penuh curiga terhadap Malaikat Cokelat. "Tentu saja menemui Pimpinan. Kau sendiri ingin apa" jawab dan tanya balik Malaikat Cokelat kepada tangan kanan Malaikat Hitam itu. "Tentu saja ingin menemuinya juga," jawab Malaikat Merah, dengan nada sinis. "Sayangnya dirinya tak ada di sini. Mungkin dia sedang berada di ruangan khususnya itu," kata Malaikat Cokelat. "Sepertinya kau, ingin menyampaikan sesuatu hal rahasia. Hingga kau ingin menemuinya secara khusus?" tanya Malaikat Merah dengan penuh selidik. "Ya, ini memang rahasia," jawab Malaikat Cokelat. Malaikat Merah lalu tertawa mendengar penuturan dari rekannya. Seakan apa yang dikatakan oleh Malaikat Cokelat hanyalah sebuah lelucon saja. "Kenapa kau tertawa?" pertanyaan dari Malaikat Cokelat itu telah membuat Malaikat Merah menghentikan tawanya. "Paling kau ingin menceritakan tentang kapal laut yang keluar dari gugusan kepulauan ini?" tebak Malaikat Merah. Malaikat Cokelat terdiam. Bermain dengan pikirannya sendiri. "Jadi ia mengetahui hal itu? Baguslah, aku bisa menyembunyikan hal yang sebenarnya. Yang sudah aku lakukan di sini," kata Malaikat Cokelat di dalam hatinya. Tersenyum dengan penuh kebahagiannya. "Jadi kau tahu tentang hal itu?" tanya Malaikat Cokelat, pura-pura polos. "Tentu saja, aku tahu akan hal itu. Aku melihat kau mengamatinya dari Bukit Cokelat. Saat aku mengamatinya kapal yang sudah menjauh dari gugusan pulau ini. Inginnya aku langsung menanyakan pada Pimpinan. Sayangnya ia sedang berjalan bersama Biru, tanpa memakai kostum malaikat kematiannya. Aku tak ingin Biru tahu, apa yang aku lihat. Jadi aku memilih untuk tidur saja," tutur Malaikat Merah dengan panjang lebarnya. Dengan kejadian yang sudah ia alami. "Baguslah, kalau kau tahu akan hal itu. Kau saja yang menceritakan hal itu kepada Pimpinan. Aku pamit dulu," ucap Malaikat Cokelat, berniat untuk melangkahkan kakinya. Akan tetapi dicegah oleh perkataan dari Malaikat Merah. "Tunggu dulu," perkataan dari Malaikat Merah itu. Membuat Malaikat Cokelat mengurungkan niatnya untuk pergi dari tempat itu. "Ada apalagi?" tanya Malaikat Cokelat dengan penuh kekesalannya terhadap Malaikat Merah. "Apa kau tak tahu, siapa dan kapal siapa itu?" tanya Malaikat Merah dengan penuh penasarannya. "Aku tak tahu. Makanya aku ingin bertanya kepada Pimpinan. Tapi yang pasti kapal yang ada di tempatku masih ada. Sudah ku cek, sebelum ke sini," jawab Malaikat Cokelat. "Mencurigakan ....," desis Malaikat Merah. "Aku pergi dulu," Malaikat Cokelat pun pergi. Yang kali ini tak dicegah oleh Malaikat Merah sama sekali. "Siapa orang dan kapal itu? Jangan-jangan itu kapal hantu yang dikendarai oleh Putih," spekulasi Malaikat Merah pun berkembang dengan liar. Yang membuat kepala menjadi pusing bukan main. "Daripada memikirkan hal yang aneh-aneh lebih baik aku tidur," ujar Malaikat Merah berbicara sendiri. Dirinya langsung saja merebahkan dirinya di tempat itu, tanpa mempedulikan hal apa pun lagi. Dan sesaat kemudian, ia pun terlelap dengan masih memakai kostumnya. *** Sementara itu Tomy dan Thomas yang sedang mencari tubuh Anto. Akhirnya menemukannya juga, di atas puncak bukit di Pulau Merah, yang berada di samping kanan Pulau Hitam. Tampak tubuh Anto berada pada sebuah lubang sedalam 3 meteran dengan diameter 2 meter di atas puncak bukit itu. Terlihat tubuh Anto sedang ditempelin oleh lintah-lintah. Yang mungkin telah menghisap darahnya. Melihat kejadian yang telah menimpa Anto itu. Tomy dan Thomas pun merasa ngeri melihatnya. Hingga mereka berdua pun menjauhi lubang itu. Dan membelakangi lubang itu sejauh 5 meteran. Tetapi sesaat kemudian mereka berdua kembali memandangi lubang itu. "MEREKA BENAR-BENAR GILA!" teriak Thomas, yang menggema di udara, dengan penuh kekesalannya. "Ya, sepertinya mereka itu kumpulan psikopat," sahut Tomy dengan datarnya. Mereka berdua terus memandangi pemandangan di depan mereka. Hingga tanpa mereka berdua sadari. Malaikat Kuning telah berada di belakang mereka berdua. Yang tengah mengincar mereka untuk dibunuh. Walaupun tanpa perintah dari pimpinan mereka. "Tom, sebaiknya kita pergi dari sini," ajak Thomas kepada Tomy. Akan tetapi saat ia berniat untuk melangkahkan kakinya. Tiba-tiba saja, punggungnya merasakan sakit. Yang ternyata berasal dari luka, dari belati bergagang tengkorak kuning, yang dilemparkan oleh Malaikat Kuning. Dengan tangan kirinya. "Ada apa ini ...?" ucap Thomas lirih, lalu terjatuh ke tanah. Yang membuat Tomy terkejut bukan main. Hingga ia pun melihat luka Thomas dengan jelasnya. Malaikat Kuning, yang berada di belakang mereka sejauh 3 meteran. Dan 4 meteran di belakang lubang yang dipenuhi oleh lintah itu. Tampak melangkahkan kakinya, mendekati Tomy dan Thomas. Dengan penuh percaya dirinya, secara perlahan-lahan. Seakan dirinya sangat meremehkan mereka berdua. Yang tak mungkin bisa melakukan perlawanan seperti itu. "Siapa kau!?" ujar Tomy, sambil membalikan tubuhnya dan lalu mengambil belati bergagang tengkorak kuning, dengan tangan kanannya. "Aku, adalah salah satu dari 7 Malaikat Kematian. Yang akan menjemput kalian, untuk pergi ke neraka ...!" timpal Malaikat Kuning dengan penuh keangkuhannya. Saat berada di hadapan Tomy dan Thomas. Tanpa menyadari Tomy, yang tengah bersiap untuk menyerang balik dirinya, secara brutal. Karena dirinya sudah benar-benar dikuasai oleh amarah di dadanya. Akibat keadaan Thomas, yang terlihat semakin memburuk saja. Tomy lalu mencabut belati bergagang kepala tengkorak kuning, yang menancap di punggungnya. Tampak Tomy, melihat kesempatan untuk menyerang Malaikat Kuning. Ketika Malaikat Kuning lengah. Ia pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia pun lalu bergerak cepat, dan menancapkan belati berkepala tengkorak kuning, ke arah perut Malaikat Kuning. Hingga tembus ke dalam perut Malaikat Kuning. Yang sangat terkejut melihat kecepatan Tomy, yang tahu-tahu telah menancapkan belati bergagang tengkorak kuning miliknya, ke dalam perutnya. Dengan terlebih dulu menembus jubah dan kaos yang ia kenakan. Hingga racun pun segera menyebar ke dalam tubuhnya. "AKULAH YANG AKAN MENGIRIM DIRIMU KE NERAKA ...!" teriak Tomy dengan penuh amarahnya, sambil membalikan dirinya. Dan lalu mendorong tubuh Malaikat Kuning yang masih tertancap belati berkepala tengkorak kuning, ke dalam lubang yang dipenuhi oleh lintah-lintah itu. Setelah itu, Tomy pun kembali menghampiri Thomas. Tanpa mempedulikan lagi keadaan Malaikat Kuning, telah mati atau pun masih hidup di dalam lubang penuh lintah itu. "Mas, kau tidak apa-apa?" tanya Tomy, sambil berusaha membantu Thomas untuk berdiri. Yang terlihat tak mampu untuk berdiri sama sekali. "Sepertinya, belati itu beracun ...," timpal Thomas dengan lirihnya. "Ini celaka, aku harus membawamu, sesegera mungkin ke pondok," ucap Tomy dengan penuh kepanikannya. Sembari menggendong Thomas, di punggungnya. Dan lalu berjalan cepat meninggalkan puncak bukit itu, yang diiringi oleh Matahari yang masih merajai langit. Dengan penuh kekhawatirannya terhadap keselamatan Thomas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN