Bab 7. (Firasat Noval)

1316 Kata
Kapal laut itu pun terus melaju di perairan Selat Sunda, menuju Pulau Kematian yang entah sebenarnya berada di mana. Tak ada yang tahu sama sekali. Tentang letak Pulau Kematian. Yang bagi mereka menjadi sangat misterius. Yang hanya dapat dibayangkan oleh pikiran mereka saja. Tanpa tahu bentuk yang sesungguhnya dari Pulau Kematian. Tempat berlibur bagi sepuluh pemenang kuis itu. Semua peserta kuis itu pun. Belum yakin dengan keberadaan dari pulau tempat mereka berlibur nanti. Waktu pun terus berlalu bersama Matahari di langit. Yang mulai condong ke arah barat. Terlihat Pulau Sangiang, yang terletak di arah barat tempat dermaga sederhana itu berada. Mulai terlihat jelas. Yang membuat para pemenang kuis itu mengira, kapal laut itu akan berlabuh di pulau itu. Akan tetapi hal itu malah tak terjadi. kapal laut itu semakin menjauhi pulau yang berada di Selat Sunda itu.  Semuanya pun salah duga, dan mungkin kecewa. Terus melaju di atas perairan Selat Sunda. Hingga kapal laut itu pun menuju ke arah gugusan Pulau Krakatau. Yang merupakan bekas dari letusan hebat yang menggemparkan dunia. Karena letusan Gunung Krakatau yang terjadi pada tanggal 26-27 Agustus 1883. Menyebabkan Tsunami setinggi ± 40 meter, yang melanda pesisir pantai Selat Sunda. Dengan mengambil korban sebanyak 36.417 jiwa, yang merupakan korban tsunami terbanyak di dunia. Sebelum terjadinya tsunami Aceh. Pada tanggal 26 desember 2004. Yang dipicu oleh gempa bumi Samudera Hindia, dengan kekuatan 9,1-9,3 skala Mw   Gempa bumi yang terjadi pada kedalaman 30 km/19 mil dan terjadi di 160 km/100 mil sebelah utara Pulau Simeulue. Dikalangan ilmuwan bencana itu dikenal sebagai gempa bumi Sumatera-Andaman. Sedangkan tsunami yang terjadi sesudahnya mendapat banyak nama. Seperti Tsunami Samudera Hindia 2004, Tsunami Asia Selatan, Tsunami Indonesia, Tsunami Natal dan Tsunami Hari Boxing. Yang menerjang 14 negara, yaitu Indonesia, Srilanka, India, Thailand, Somalia, Myanmar, Maladewa, Malaysia, Tanzania, Seychelles, Bangladesh, Afrika Selatan, Yaman dan madagaskar. Dengan perkiraan jumlah korban 230.210-280.000 jiwa tewas. Dengan korban terbanyak berada di Indonesia yang merenggut 220.000 jiwa.       Dan karena kedahsyatan letusannya itu. Sehingga Gunung Krakatau pun ikut lenyap, terhempas entah ke mana. Ia hanya menyisakan 3 pulau. Yaitu pulau Krakatau, Sertung dan Pulau Rakata Kecil. Yang dulu merupakan bagian dari badan Gunung Krakatau yang pernah meletus hebat hingga skala 6 VEI (Volcanic Explosivity Index). Sejak letusan hebat itu, Krakatau belum benar-benar berakhir. Ia masih aktif, dan memunculkan gunung api baru dari dasar Selat Sunda. Yang muncul ke permukaan laut sejak 1927. Dan terus bertambah tinggi, hingga saat ini yang telah mencapai ± 230 meter dari permukaan laut. Lalu meletus dan longsor sebagian hingga terpangkas menjadi 110 Mdpl, yang menyebabkan tsunami pada sabtu, 22 Desember 2018. Lalu meletus terakhir, April 2020. Hingga terlihat tenang saat ini. Seakan sedang menyimpan bom waktu, untuk mengulang periode letusan hebat ibu dan leluhurnya. Yang entah kapan akan terjadinya nanti. Tanpa bisa diprediksi secara pasti, kapan pengulangan itu akan terjadi. Oleh apa dan siapa pun.       Kapal laut itu terus melaju, dan meninggalkan wilayah laut Pulau Krakatau, yang membuat pertanyaan di benak para pemenang kuis aneh itu. Terutama oleh Noval, yang sejak awal curiga terhadap kuis aneh itu, semakin menggema di benaknya dengan begitu gencarnya.       "Sebenarnya di mana letak Pulau Kematian itu? Apakah benar pulau itu benar-benar ada, keberadaannya? Atau jangan-jangan itu hanyalah fiktif karangan mereka saja, untuk melakukan hal buruk terhadap kami semua?" tanya Noval di dalam kalbunya, mencoba menerka dengan pikirannya. Dengan tatapan yang mengarah ke laut lepas.       Setelah semakin menjauh dari Pulau Krakatau, sejauh ± 160 km ke arah selatan dari pulau itu.  Mulai terlihatlah gugusan kepulauan kecil. Yang terdiri dari 7 pulau. 1 pulau terletak di tengah gugusan pulau itu. Yang merupakan pulau terbesar, dengan luas 60 hektaran, dengan sebuah puncak Bukit setinggi 150 meter dari permukaaan laut.  Di samping kanan dan kiri pulau utama itu, terdapat pulau yang lebih kecil, dengan luas pulau masing-masing 30 hektaran. Dengan sebuah Bukit setinggi 100 meter di atas permukaan laut. Sedangkan di luar dari ketiga pulau itu. Yang merupakan bagian terluar dari gugusan pulau itu. Terdapat 4 pulau berbentuk memanjang yang melingkari 3 pulau itu, dengan luas masing-masing pulau 10 hektaran. Dengan Bukit tertinggi di 4 pulau itu setinggi 70 meter dari permukaan laut. Tampak pula gugusan pulau itu dihubungi oleh jembatan-jembatan gantung kayu, yang berada pada 30 meter di atas permukaan laut. Yang bermula dari badan Bukit-bukit yang ada di tiap pulau itu.       Kapal laut itu pun lalu memasuki gerbang masuk ke dalam pulau utama. Yang jarak pemisah antara pulau-pulau terluar itu hanya 100 meteran. Dengan jembatan kayu di atasnya.  Kapal laut itu lalu memasuki laguna, yang memisahkan pulau terluar itu dengan pulau utama sejauh ± 200 meteran.  Dan akhirnya kapal laut itu pun merapat di pulau utama di dalam laguna. Setelah kapal laut itu benar-benar berhenti pada dermaga kayu yang sangat sederhana sekali.  Mereka lalu turun dari kapal laut itu, satu persatu secara berurutan. Dan menginjakan kaki mereka di pantai pulau itu. Yang terdiri dari hamparan pasir putih yang begitu lembut.        Tampak Lelaki Berwajah Berewokan itu, lalu berbicara kepada mereka semua. Dengan tatapan yang tajam, seakan ingin membunuh mereka. Dengan tatapan mata elangnya saat itu juga.       "Ini adalah Pulau Kematian, atau Kepulauan Kematian tepatnya. Yang terdiri dari 7 pulau. 3 Pulau di dalam laguna. Yang di tengah bernama Pulau Hitam, yang merupakan pulau utama, yang sedang kita injak ini. Yang mengiringnya adalah Pulau Merah dan Pulau Kuning. Sedangkan yang berada di pinggir laguna, itu adalah Pulau Hijau, Pulau Biru, Pulau Cokelat dan Pulau Putih, dan laguna yang ada di dalam kepulauan ini bernama Laguna Kematian," jelas Pria Berwajah Berewokan, dengan penuh seksama. Seperti seorang guru yang sedang memberikan penjelasan pelajaran geografi kepada murid-muridnya. "Semakin aneh saja ...," ucap Noval di dalam kalbunya, mendengar penjelasan dari Lelaki Berewokan itu. Yang terkesan sangat dingin dan misterius.       Terlihat para pemenang kuis itu hanya terdiam, seakan mereka sudah mengerti dengan penjelasan itu, padahal belum tentu mereka mengerti dengan penjelasan itu. Hingga Lelaki Berwajah Berewokan itu kembali berbicara. "Kebanyakan bicara," ujar Andro dengan penuh kekesalannya, di dalam hatinya.    "Selamat menikmati keindahan Pulau kematian ini .... Kalian akan segera mengalami bagaimana liburan yang mengasyikan itu sesungguhnya ...," ujarnya dengan penuh misteriusnya.       Sesudah mengucapkan akan hal itu, Lelaki Berwajah Berewokan itu, lalu melangkahkan kakinya untuk masuk kembali ke dalam kapal laut yang sedang menunggunya untuk kembali.  Akan tetapi sebelum dirinya benar-benar pergi meninggalkan mereka. Terdengarlah suara dari salah satu pemenang kuis itu. Yang bertanya kepada Lelaki Berwajah Berewokan itu.       "Kapan kalian akan menjemput kami kembali?" tanyanya dengan nada tegas.       "Pasti, kami akan menjemput kalian. Dan itu tergantung dengan nasib kalian masing-masing ...," jawab Lelaki Berwajah Berewokan itu, dengan nada suara yang aneh dan menyimpan misteri, yang sengaja ia ciptakan. Yang tak mampu diterka oleh siapa pun.       Seusai memberi jawaban, Lelaki Berewokan itu pun lalu terus melangkahkan kakinya menuju ke dalam kapal laut. Yang segera meninggalkan pulau itu dan keluar dari dalam laguna, lalu menuju laut lepas. Entah dengan tujuan ke mana. Setelah dirinya berada di dalam kapal laut itu. Lelaki Berewokan itu pergi. Seakan ingin memberi sebuah misteri besar bagi para peserta kuis itu.       "Dro, aku semakin curiga saja dengan mereka? Sepertinya mereka mempunyai maksud tertentu dengan kita semua," ujar Noval, mengatakan kecurigaannya terhadap Lelaki Berewokan itu. Dengan suara yang pelan. Seakan dirinya sedang berbisik kepada Andro. Takut yang lainnya mendengar perkataannya itu.       "Maksud kamu apa sih Val?" tanya Andro, dengan penuh penasarannya. Merespon perkataan dari Noval. Yang dinilainya sangat aneh, bahkan seakan sedang mengada-ada saja.       "Hingga saat ini aku belum mengetahui maksud mereka itu. Tapi mungkin dengan perjalanan waktu, kita akan mengetahui semuanya ...," timpal Noval, sambil terus mengikuti rombongan para pemenang kuis lainnya. Yang berjalan di depan mereka untuk masuk ke pedalaman pulau utama, yang bernama Pulau Hitam. "Jangan mengada-ada, Val," ucap Andro tetap bersuara pelan. "Aku bukannya mengada-ada. Tapi firasat ini begitu kuat," tutur Noval dengan nada datar kepada sahabatnya itu. " firasat?" tanya Andro dengan penuh selidik. "Ya firasat. Kalau kau tak percaya, ya sudahlah," ungkap Noval, lalu terdiam. Yang membuat Andro pun ikut terdiam. Tak ingin memperpanjang perbincangan di antara mereka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN