4 | kontrak

1260 Kata
Berdasarkan informasi yang didapat oleh Sybil kemarin, hari ini ia harus pergi ke kantor pukul delapan pagi. Dan karena ini adalah hari pertamanya, tentu Sybil tidak ingin datang terlambat barang sedetik pun. Karena itu, hari ini Sybil bangun pagi sekali, bahkan di saat ayam belum berkokok. Tidurnya semalam pun tidak terlalu nyenyak dan ia memimpikan David karena rumor-rumor yang diberitahu Rega semalam. Sybil jadi betulan overthinking dan takut kalau semua rumor itu benar. Ia jelas tidak mau punya bos yang ternyata penjahat kelamin. That's so creepy. Namun di sisi lain, bekerja di perusahaan W Entertainment bisa memberikannya penghasilan serta menjadi batu loncatan untuknya. Karena itulah, Sybil tidak mungkin melepaskan pekerjaan ini hanya karena rumor-rumor beredar yang padahal belum tentu benar. Jantung Sybil jadi deg-degan sendiri di perjalanannya menuju kantor. Entah karena ini adalah hari pertamanya bekerja, atau karena ia takut bertemu David, Sybil tidak tahu yang mana alasan pastinya. Begitu sampai di kantor, Sybil disuruh untuk menunggu Gisella, sekretaris David, di ruang tunggu yang ada di lobi. Sekitar sepuluh menit Sybil menunggu, hingga pada akhirnya seorang wanita yang sepertinya berusia tiga puluhan datang menghampirinya. Wanita itu dikenali Sybil sebagai salah seorang yang ada di ruang interview kemarin, yang duduk di sebelah David. "Askana Sybil?" Sybil tersenyum sopan dan mengangguk membalas sapaan tersebut. "Ikut saya ya." Wanita yang diketahui Sybil bernama Gisella dengan ramah mengajak Sybil pergi dari lobi. Sybil menurut saja, berjalan di belakang Gisella yang ternyata mengajaknya pergi ke ruangan interview kemarin. Dan kali ini, ruangan itu kosong, membuat Sybil hanya bersama Gisella disana. Gisella menyuruh Sybil duduk di salah satu kursi, sementara Gisella duduk di sebelahnya. Lantas, Gisella pun meletakkan sebuah map yang sedari tadi memang dibawanya. "Askana Sybil panggilannya apa?" "Sybil, Bu." "Oke, Sybil." Gisella mengangguk. "Anyway, jangan panggil saya Ibu ya, saya belum setua itu. Panggil Mbak Gisel aja." "Oh iya, maaf Mbak Gisel." "It's okay," balas Gisella diiringi senyum ramah, yang mana disyukuri Sybil karena menurut penilaiannya, Gisel baik serta ramah. Dan Sybil tentu saja senang karena nantinya kan ia akan jadi asistennya Gisella ini. "Sekarang kita bahas kontrak kerja kamu dulu ya." Sybil mengangguk. Gisella pun mengeluarkan beberapa lembar kertas dari map yang dibawanya tadi. Sebelum memberikannya kepada Sybil, Sybil bisa merasakan kalau Gisella terlebih dahulu menghela napas dalam seolah sedang mempersiapkan diri akan sesuatu. "Sebelum saya menjelaskan tentang pekerjaan kamu nanti, saya mau minta maaf dulu ya karena kemungkinan besar ini di luar ekspektasi kamu." Mendengar itu, tiba-tiba saja perasaan Sybil jadi tidak enak. Namun, ia masih berusaha menunjukkan wajah baik-baik saja dan menganggukkan kepala. "Kamu kemarin apply untuk jadi asisten sekretaris, kan?" "Iya, Mbak." "Di bayangan kamu, pekerjaan sebagai asisten sekretaris itu ngapain aja?" "Bantu nge-handle pekerjaan sekretaris?" Gisella mengangguk. "Iya, seharusnya memang begitu. Tapi, kerjaan kamu ini bakal beda, Sybil." "Beda gimana, Mbak?" "Kamu tau kenapa kemarin ada tes kecil yang menentukan siapa yang dapat pekerjaan ini?" Sybil menggeleng. Ia sama sekali tidak mengerti dengan tes sehabis interview kemarin, dimana dirinya hanya disuruh duduk diam, lalu kucing-kucing mendatanginya, dan tiba-tiba saja Sybil mendapat pekerjaan. "Tes itu berhubungan sama pekerjaan kamu." Kening Sybil berkerut bingung. Ia tidak mengerti. "Maksudnya gimana?" Gisella terlebih dahulu menghela napas sangat dalam sebelum menjawab, "Tugas kamu sebagai asisten sekretaris ini berhubungan sama kucing-kucing Mr.David." "Maaf Mbak, saya nggak ngerti," ujar Sybil jujur. "Kenapa berhubungan sama kucing? Kan harusnya saya membantu pekerjaannya Mbak Gisella sebagai sekretaris." "Gini deh, anggap aja salah satu kerjaan saya itu ngurusin kucing-kucingnya Mr.David. Nah, sebagai asisten sekretaris, kamu kedapetan bagian untuk handle kucing-kucing itu." Hah? Sybil betulan tidak mengerti. Apa sih? Kok dari sekretaris jadi mengurus kucing? Hubungannya darimana? Sejak kapan pula tugas sekretaris termasuk mengurusi kucing-kucing atasan? Gisella kembali menghela napas lelah mendapati reaksi bingung Sybil. Ia pun memijat pelipisnya sendiri karena merasa pening. "Kayaknya mending saya langsung aja ya, Sybil, biar kamu nggak bingung," ujar Gisella dengan nada yang terdengar tanpa semangat. "Sebenarnya, title asisten sekretaris itu cuma kedok aja. Kami nggak nyari asisten sekretaris, tapi lagi nyari pengasuh kucing-kucingnya Mr.David." What the f**k?! Sybil ingin teriak begitu. Namun untung saja semua itu hanya tertahan di bibirnya. Melihat raut wajah Sybil, Gisella pun terlebih dahulu melanjutkan. "Iya, saya tau kok kalau kamu kemungkinan besar merasa ditipu. Karena dari deskripsi lowongan pekerjaan yang kami buat, kami menulis lowongannya sebagai asisten sekretaris dan kualifikasinya juga memang setara dengan pekerjaan itu." Gisella menyuarakan isi kepala Sybil dengan tepat. Iya, Sybil memang merasa ditipu. Dirinya melamar pekerjaan sebagai asisten sekretaris yang kualifikasinya minimal harus lulusan S2 dan fasih berbahasa Inggris. Kualifikasinya sama sekali tidak main-main. Jadi, wajar saja jika ekspektasi Sybil tinggi. Terus sekarang kenyataannya apa? Pekerjaan sebagai asisten sekretaris itu ternyata cuma pekerjaan sebagai pengasuh kucing?! Udah gila! "Iya, Sybil, saya juga tau kalau kemungkinan besar sekarang kamu berpikir ini gila." Sybil nyaris tersedak udara karena lagi-lagi, Gisella menyuarakan isi kepalanya. "Saya bisa tau karena kamu bukan yang pertama bilang begitu." Gisella tersenyum kecut. "Kamu orang ke sekian yang diterima sebagai asisten sekretaris Mr.David, tapi kecewa sewaktu tau kerjaan aslinya itu pengasuh kucing. Maaf ya, Sybil. Saya nggak akan heran kok kalau kamu mundur, seperti yang sudah-sudah." "Maaf, Mbak, saya nggak paham kenapa harus dibuat mencari asisten sekretaris kalau yang dicari pengasuh kucing? Seharusnya lebih baik dari awal ditulis pengasuh kucing, kan?" "Kalau ditulis pengasuh kucing, memangnya ada lulusan S2 yang fasih berbahasa Inggris yang mau?" "Memangnya kenapa harus lulusan S2 dan fasih bahasa Inggris?" "Mr.David mau kucingnya diasuh oleh orang yang well educated." "Hng? Okay?" Lagi-lagi, Gisella tersenyum kecut. "I know I know, kamu mungkin merasa bos saya gila. But that's the truth, he is kinda crazy. Dan kucing-kucingnya itu sudah dia anggap sebagai anak sendiri, karena itu dia mau yang terbaik untuk kucing-kucingnya. Termasuk pengasuh kucing lulusan S2 yang harus fasih bahasa Inggris." Sybil jadi ikut-ikutan memijat kepalanya. Tiba-tiba merasa pusing karena tidak paham dan tidak bisa relate dengan kemauan David Almero Wicaksono. Apa orang kaya memang bisa segila itu? "Nggak apa-apa kok kalau kamu nggak mau, saya bisa ngerti. Tapi kalau kamu mau lihat dulu kontraknya, ini..." Gisella menyerahkan beberapa lembar kertas pada Sybil. Dengan perasaan yang sudah memberat, Sybil menerimanya dan membaca apa saja yang tertera di kontrak tersebut. Sekilas Sybil membaca apa saja yang ada disana. Kontrak itu menjelaskan tugasnya sebagai asisten sekretaris alias pengasuh kucing, mulai dari mengawasi mereka dari pagi sampai sore selayaknya jam kantor, memberi mereka makan, mengantar mereka ke pet shop, mengajak mereka bermain, dan lain-lain. Breed kucing-kucing itu pun disebutkan. Dan ternyata ada empat kucing yang harus diurus. Keempat kucing tersebut pun memiliki ras yang diketahui Sybil mahal. Foto kucing-kucingnya juga tertera, dua di antaranya dikenali Sybil sebagai kucing yang menghampirinya kemarin. Mereka semua lucu-lucu dan menggemaskan. Sybil juga sebenarnya suka kucing kok. Tapi rasanya kecewa saja jika dia hanya bekerja sebagai pengasuh kucing. Itu sungguh di luar ekspektasi. Yah, walaupun di kontrak itu dijelaskan kalau nama Sybil akan tetap tercatat sebagai karyawan W Entertainment dan ia pun akan mendapatkan hak-hak yang sama seperti karyawan lainnya, tapi kan tetap saja. Sybil maunya bekerja kantoran biasa, bukannya jadi baby sitter kucing. Sybil menghela napas dalam dan hendak menyerahkan kembali kontrak itu kepada Gisella. Hanya saja, matanya tertuju pada nominal gaji yang akan didapatkan. Disana tertera, Pihak Pertama akan memberikan gaji pokok kepada Pihak Kedua sesuai dengan nominal yang didapat karyawan pada umumnya. Ditambah, Pihak Pertama juga akan memberikan bonus senilai Rp 10.000.000 kepada Pihak Kedua per bulan. Bonus tersebut bisa bertambah pada bulan-bulan berikutnya, tergantung dengan kinerja Pihak Kedua. Oh, s**t. Ternyata gaji sebagai pengurus kucing ini senilai dua digit! Kalau begini, peduli amat dengan pekerjaan yang tidak sesuai ekspektasi dan gengsi. Ini namanya rezeki nomplok. Dan tentu saja kesempatan ini belum tentu akan ditemukan Sybil di tempat lain. Sybil langsung meletakkan kertas kontrak itu ke atas meja. Ia menoleh pada Gisella dan bertanya, "Saya harus tanda tangan dimana, Mbak? Saya tetap mau jadi asisten sekretaris disini."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN