3 | david almero

1849 Kata
Sybil pulang ke rumah dengan perasaan yang benar-benar gembira. Insiden penjambretan yang terjadi padanya siang tadi pun dengan mudahnya terlupakan karena diterimanya Sybil bekerja di W Entertainment. Padahal, sebelumnya Sybil benar-benar marah pada si jambret dan sakit hati karena ponsel berharganya dicuri. Hari sudah menjelang sore ketika Sybil sampai di rumah. Ia sudah tidak khawatir dengan tabungan keluarga mereka yang menipis, sehingga Sybil pun pulang dengan membawa obat ayahnya yang sudah ditebus, serta bungkusan dari McDonald's yang berisi ayam pedas dan big mac kesukaan adik-adiknya. Sudah lama sekali mereka tidak makan itu karena kondisi perekonomian keluarga yang memburuk. Sebagai perayaan karena dirinya diterima bekerja, maka Sybil membeli itu. Adel dan Dikta, dua adik Sybil yang paling bungsu, tidak bisa menutupi raut bahagia mereka melihat Sybil membawa bungkusan McDonald's. "Kakak kok beli McD?" Dikta, adik bungsu Sybil yang masih SMP jadi yang paling excited. Tidak heran, sejak dulu adiknya memang pecinta makanan dari gerai fast food itu dan sering juga mengumpulkan mainan-mainan happy meal-nya. "Kakak diterima kerja ya?" Adel, si bungsu nomor dua menebak itu. Sybil pun tidak bisa menahan senyumannya dan mengangguk, membuat Adel menjerit tertahan sambil lompat-lompat karena senang. "Ya ampun, beneran?! Kak Sybil selamat ya!" Adel memeluk Sybil, yang tentunya diterima Sybil dengan senang hati. "Selamat Kak Sybil. Kakak keren deh." Dikta ikut memeluk Sybil dari belakang. Meski masih SMP, tapi tinggi Dikta sudah menyaingi Sybil yang berusia dua puluh empat dan Adel yang kelas dua SMA. Sybil tertawa karena dirinya sekarang jadi seperti roti isi di antara adik-adiknya. Dalam hati Sybil bertekad akan berusaha keras untuk memperbaiki keadaan keluarga mereka, demi masa depan adik-adiknya ini. "Ini juga berkat doa kalian, tau? Makasih ya." "Karena kemampuan Kakak juga, jadi Kakak hebat." "Bisa aja sih." Sybil tertawa, lantas melepaskan diri dari pelukan adik-adiknya untuk mengusap puncak kepala mereka berdua dengan sayang. "Udah, kalian makan dulu sana." "Dengan senang hati, Kak!" Dikta langsung meluncur menuju ruang makan sambil membawa bungkusan McDonald's dari Sybil tadi. Sementara Adel masih tetap tinggal bersama Sybil. "Aku tadi udah khawatir banget karena nomor Kakak nggak aktif, padahal aku mau tanya Kakak diterima atau nggak." Sybil meringis. "Ponsel Kakak dijambret." "Hah? Beneran?" "Iya, dijambretnya sebelum interview tadi siang." "Terus gimana dong?" "Gapapa kok, Kakak masih bisa pake ponsel yang lama." Sybil tersenyum kecut. "Ngeselin sih emang, tapi yaudah lah. Toh Kakak dapet sesuatu yang lebih besar lagi." "Ya iya sih..." "Kakak juga udah beli obatnya Papa." Sybil merogoh tasnya dan mengambil plastik dengan label sebuah apotek besar. "Sini, Kak, aku kasihin obatnya ke Papa." "Biar Kakak aja, kamu makan sama Dikta sana." "Nggak apa-apa, aku aja, Kak. Kan Kakak baru pulang, pasti capek." Sybil menggeleng. Ia justru mendorong Adel untuk pergi ke ruang makan dan menyusul Dikta yang sudah lahap memakan big mac disana. Adel pun tidak punya pilihan lain. Setelahnya Sybil pergi menuju kamar sang ayah. Begitu masuk, ternyata ayahnya sedang tidur nyenyak. Sybil berjalan tanpa suara menuju tempat tidur dan duduk di sisi ayahnya. Ada senyum kecil yang terukir di bibir Sybil, sementara napasnya terhela. Ia tidak tega untuk membangunkan ayahnya karena tidurnya nampak nyenyak sekali. Jadi, Sybil memilih untuk memerhatikannya saja dalam diam sampai sang ayah terbangun sendiri. Terkadang, melihat banyaknya perubahan dalam diri ayahnya membuat Sybil sedih. Tubuh ayahnya yang dulu sehat dan bugar, kini sudah mengurus dan tidak bisa bergerak banyak hingga sepanjang hari aktivitasnya hanya di tempat tidur saja. Ayahnya pun masih belum bisa berjalan dan kemana-mana harus didorong dengan kursi roda. Dan setiap beberapa waktu sekali rutin menjalani fisioterapi. Setiap hari Sybil berdoa semoga ayahnya lekas sembuh dan beraktivitas seperti biasa lagi dan menjalani hidup yang panjang bersama keluarga mereka. Sybil tidak ingin ayahnya pergi cepat-cepat, seperti bagaimana ibunya meninggalkan mereka semua dua tahun lalu akibat leukimia. Sebagai satu-satunya figur orangtua yang mereka punya sekarang, Sybil tentu ingin ayahnya ada di dunia ini untuk waktu yang lama. Karena itu, Sybil akan berusaha untuk membuat ayahnya sembuh dan membantu keluarga mereka menghadapi semua kesulitan ini. Sybil percaya, semuanya pasti akan berlalu dan mereka pasti akan melewati semuanya. Walaupun kesulitan di keluarga mereka ini juga disebabkan oleh sang ayah, namun Sybil sama sekali tidak marah atau benci pada beliau. Sybil masih tetap menyayanginya, sama besarnya seperti yang sudah-sudah. "Kakak udah dapet kerja, Pa." Sybil membisikkan itu seraya menggenggam tangan ayahnya yang masih tertidur pulas. "Pelan-pelan, Sybil pasti bisa bantu keluarga kita ngelewatin ini semua. Sybil janji." Satu hal yang sangat Sybil syukuri, meski dahulu hidup mereka serba berkecukupan, namun Sybil tidak pernah dididik menjadi anak yang manja. Karena itu, mereka bisa kuat menghadapi kesulitan ini. Dan atas didikan orangtuanya tersebut, Sybil betul-betul merasa berterima kasih. *** Malam harinya, ketika Sybil sedang sibuk memilah-milah pakaian apa yang mesti dipakainya besok di hari pertamanya bekerja, tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka dan muncul Rega, adik pertamanya. Rega masuk tanpa permisi dan begitu saja menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur Sybil, sama sekali tidak peduli jika tindakannya itu berhasil menyebabkan bunyi decitan yang mampu membuat Sybil mendengus keras. "Lo tuh grasak-grusuk banget sih?!" Seru Sybil kesal. Rega cuek saja. Dibandingkan dengan Adel dan Dikta, Rega ini yang paling seenaknya kepada Sybil. Bahkan terkadang tidak menganggap Sybil sebagai kakak, melainkan sebagai seseorang yang sebaya dengannya. Padahal, usia mereka terpaut tiga tahun. Rega sendiri seharusnya sekarang berada di tahun terakhir kuliah. Namun, karena kondisi perekonomian mereka memburuk, Rega memutuskan untuk cuti dan memilih bekerja sebagai barista di kafe milik temannya. Sekarang Rega baru pulang dari shift kerjanya. Dan entah apa maksud tujuannya langsung menemui Sybil begini. Sybil berkacak pinggang dan menatap galak adiknya yang sebenarnya lebih terlihat seperti kakak itu. "Ngapain sih, lo?" "Kata Adel, lo barusan dapet kerja." Mendengar balasan Rega barusan, Sybil jadi tersenyum lebar dan duduk di samping Rega yang tiduran. "Iya, gue barusan dapet kerja, Ga! Tau nggak dimana?" "Dimana?" "W Entertainment!!!" "Oh." Rega merespon datar. "Gitu doang?" "Emang gue harus bilang gimana?" "Kasih selamat kek???" "Males." Sybil menghela napas. "Mending lo keluar deh, bikin bete aja." Rega terkekeh. Ada kepuasan tersendiri yang dirasakannya setiap kali berhasil membuat Sybil merasa jengkel. Sedari kecil, ia memang sudah suka usil pada Sybil. Tapi, terlepas dari keusilan tersebut, Rega tentunya sangat peduli pada Sybil. Terbukti dari dirinya yang langsung mendatangi Sybil ke kamarnya setelah tahu dari Adel kalau Sybil baru saja diterima bekerja. "Lo diterima sebagai apa sih emangnya?" "Asisten sekretaris," jawab Sybil ogah-ogahan. "Asisten sekretaris siapa?" "Yang punya W Entertainment." "David Almero Wicaksono?" "Iya." "Demi apa?!" Senyum miring Sybil terukir mendapati respon terkejut Rega. Hah, akhirnya Rega tercengang juga kan. Bahkan Rega sampai bangun dari posisi tidurannya. "Ngapain juga gue bohong? Gue beneran loh ya. Dan asal lo tau aja, yang nerima gue tuh Pak David langsung!" Sybil berujar sombong. "Lo ngomong dengan bangga gitu, emangnya lo tau gimana track record si David ini?" Sybil mengernyit tidak paham. "Track record gimana? Kalau dia kaya dan nggak cuma punya perusahaan W Entertainment aja? Atau karena dia sekarang udah seterkenal artis?" Rega menghembuskan napas keras. Lantas, ia merogoh ponsel dari sakunya dan mengetikkan sesuatu disana sebelum menyerahkan ponsel itu kepada Sybil. Ternyata, yang diketik oleh Rega adalah nama David Almero Wicaksono di laman pencarian Google. "Lo baca judul artikel yang paling banyak muncul." Menuruti kata adiknya itu, Sybil pun membaca judul-judul artikel yang muncul disana. Ini lah David Almero Wicaksono, Pengusaha Kaya Mantan Suami Artis Jennifer Geraldine! Diceraikan Jennifer Geraldine, David Almero Wicaksono Dituding Melakukan KDRT. Resmi Bercerai Setelah Dua Tahun Menikah, Jennifer Geraldine Mengakui Kesalahan Ada Pada Mantan Suami, David Almero Wicaksono. 10 Fakta Tentang Perceraian Jennifer Geraldine dan David Almero Wicaksono. Nomor 4 Bikin Tercengang! Rata-rata, semua artikel tersebut menyebutkan tentang sosok David Almero Wicaksono yang bercerai dengan Jennifer Geraldine, artis yang namanya sedang sangat melambung selama beberapa tahun terakhir ini karena sosoknya yang selalu membintangi beberapa judul film layar lebar terkenal. Sybil tidak mengerti kenapa Rega repot-repot menunjukkan ini semua. Kalau berita ini sih Sybil juga sudah tahu. Walaupun memang hanya tahu sekilas tanpa ingin repot-repot mengulik lebih detail lagi tentang berita itu karena tidak penting. "Maksudnya apa?" "Kok masih nanya maksudnya apa?" "Lah iya, kenapa lo nunjukin artikel tentang perceraiannya Pak David? Apa hubungannya sama kerjaan gue?" Rega memutar bola mata. "Apa lo nggak tau rumornya? David itu orangnya nggak baik. Dia ngelakuin KDRT, sering digosipin suka main perempuan, dan bahkan ada juga rumor kalau beberapa bisnisnya tuh ilegal. Dan lo bakal kerja sebagai asisten sekretarisnya dia, yang mana artinya bakal berhubungan langsung sama dia." "Masa ada rumor begitu?" "Masa lo nggak tau?" Sybil terdiam. Dia betulan tidak tahu. Selama ini, yang diketahuinya tentang David Almero adalah fakta kalau pria itu merupakan seorang pengusaha kaya, duda, dan punya pengikut banyak di media sosial sampai-sampai menyaingi artis asuhan manajemennya sendiri. Ia sendiri tidak pernah mendengar rumor-rumor miring begitu tentang David. Dan sebenarnya juga tidak pernah ingin dan mau mencari tahu. Untuk apa juga memangnya? Sybil bahkan sedikit heran karena Rega yang cuek bisa mengetahui semua itu. Tapi jika dipikir-pikir, menyeramkan sekali jika rumor-rumor tersebut ada benarnya. Terutama bagian David yang suka menggoda pegawainya. Hiiiih, walau David ganteng juga, Sybil tetap saja ngeri. Kalau sampai dirinya digoda David nanti, sama saja seperti digoda om-om nggak sih? Serem banget! "Terus gue harus gimana dong?" Keluh Sybil yang kini sudah overthinking. "Nggak mungkin kan kerjaan ini gue lepas? Belum tentu gue bisa dapat kerjaan lain. Sedangkan tabungan kita udah bener-bener tipis dan gue butuh banget kerjaan ini untuk keluarga kita juga." "Gue juga nggak nyuruh lo untuk lepas kerjaannya. Gue cuma mau lo hati-hati, jangan sampai terlibat sama David itu di luar dari kerjaan lo. Batasi hubungan kalian dan kalau dia ngegodain atau ngapa-ngapain lo, langsung cari bukti terus buat viral atau lapor ke polisi. Ngerti?" Seperti seorang adik yang menuruti perkataan kakaknya, Sybil mengangguk dan menurut. "Good." Rega mengangguk dan menepuk-nepuk kepala Sybil lembut. Padahal, Sybil adalah kakaknya, tapi posisi mereka sekarang justru terlihat sebaliknya. Setelahnya, Rega keluar dari kamar Sybil. Meninggalkan Sybil yang kini sudah sepenuhnya overthinking tentang David. Ia jadi berspekulasi yang tidak-tidak. Terlebih lagi mengingat bagaimana David merekrut pegawainya dengan cara yang tidak biasa seperti tadi siang. Astaga, bagaimana kalau David turun langsung untuk memilih perempuan yang sesuai seleranya? Lalu, bagaimana kalau ternyata Sybil dipilih karena David naksir padanya dan akan dijadikannya sebagai target? Buruknya lagi, bagaimana kalau David betulan penjahat kelamin?! "Arghhh!" Sybil mengacak-acak rambutnya sendiri. Stress memikirkan hari pertamanya bekerja besok, karena rumor-rumor buruk tentang David Almero Wicaksono.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN