Adu Domba

1315 Kata

“Ini yang selalu aku takutkan selama ini, bertemu kamu dan jatuh cinta lagi padamu.” “Kalau begitu, jangan temui saya lagi kecuali urusan pekerjaan. Saya perlu istirahat, sebaiknya Bapak pulang dan istirahat juga.” Aku turun dari pangkuannya begitu Pak Damar merenggangkan pelukannya. Dia pasti terkejut dengan jawabanku, ‘kan? Nyatanya tidak, dia tak terkecoh dengan ucapanku. Dia menarik tubuhku, menautkan kening kami bersama, sedekat itu. “Aku sudah pernah merasakan kehampaan dalam hidupku, Ga, aku gak mau melepas kamu lagi, like i did. No!” Air mataku jatuh begitu saja tanpa permisi. “Munafik! Pergi!” Aku mendorongnya, tapi gagal dia malah memelukku, mengecup lembut keningku. “Tanpa kamu jawab, aku sudah tahu isi hatimu, Ga. Kamu cukup diam di sana, aku yang akan datang menghampiri j

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN