Perlu Ditemani

1365 Kata

“Apa perasaanmu juga sudah selesai?” Kami saling menatap lekat, sedekat ini aku dapat merasakan deru napasnya. Aku menerjap saat pandangan Pak Damar beralih ke arah bibirku dan bodohnya aku melakukan hal yang sama. “Sa—saya—” aku mengalihkan pandanganku dan malah terbata-bata, hah, memalukan. “Sebaiknya kamu pulang,” ujarnya berbalik memunggungiku. Dan aku pergi tanpa permisi. Aku bersandar di balik pintu setelah masuk ke dalam unit apartemenku. Jujur lega setelah diusir tadi, jantungku, jangan ditanya debarannya kencang seolah hendak melompat keluar dari tempatnya. Ya, aku diusir Pak Damar dari apartemennya setelah situasi yang cikuk tadi. *** Seperti biasa hari-hariku disibukkan dengan pekerjaan yang tak ada habisnya, menjadi partner kerja Pak Damar ternyata tak seburuk yang aku

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN