Permintaan Maaf

1433 Kata

Pagi yang cerah, hari ini aku memilih dress batik dengan tambahan blazer warna senada. Sebelum ke kantor, aku sempatkan membeli toast spicy bulgogi. Entah kenapa, sejak malam aku terbayang-bayang ingin menikmati roti panggang isi itu. Saking tak sabar, aku memakannya sambil berjalan menuju ruangan kerjaku. “Pagi, Pak,” sapaku pada Pak Damar, dia sudah berdiri di depan mejaku. Ya, dia datang lebih awal meskipun aku juga tidak terlambat. “Jadwal saya?” Dengan cepat, aku meraih buku agenda khusus jadwal Pak Damar. Aku baru saja membacakan jadwal kegiatannya hari ini, dan saat aku menoleh ke arahnya, ternyata dia tengah menyantap roti panggangku tanpa izin. “Bapak!” rengekku. Dia mengarahkan roti panggang yang sudah tinggal separuh ke mulutku. “Lapar apa gimana?” kesalku. “Sudahlah, ini u

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN