Pelukan Hangat

1311 Kata

“Ternyata kita sama-sama menunggu dan merindu.” Aku menarik tanganku agar terlepas dari genggamannya. Benarkah aku menunggunya selama ini? Aku mencari jawaban pada diriku sendiri. Hingga deringan telepon memecahkan kesunyian di antara kami. Dinda. Aku tersenyum kecut membacanya nama yang tertera di layar mobil, aku memang tak boleh selemah ini. Baru dihujani dengan kata-kata lembut nan manisnya saja aku goyah, aku dan Kak Damar sudah benar-benar selesai, benar. “Kakak angkat teleponnya dulu, ya,” ujarnya. Mobil sudah melaju, entah apa yang mereka bicarakan aku tak menghiraukan, sambungan telepon itu pun tak begitu lama. Sejak tadi aku memang lebih banyak diamnya, menjawab seadanya dan seperlunya saja. Kali ini Pak Damar memarkirkan mobilnya di halaman apartemen, ya, kami sudah sam

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN